Aku memang wanita yang jahat, jika kalian tidak suka, apakah aku peduli? dan lagi, bukankah wajar jika aku jahat, suamiku seorang iblis. Hahah, jadi jangan macam-macam atau jika tidak, kematian akan menghampiri kalian!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunpiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Rintikan hujan terus mengguyur wilayah kerajaan dengan begitu derasnya, para penyihir sudah membuat perlindungan di pemakaman ratu mereka. Agar acara pemakamannya berjalan dengan lancar tanpa adanya halangan.
Xera berdiri sedikit jauh dari mereka semua, dibelakangnya ada Amy dan Syua yang memayungi dirinya. Xera menatap datar pada putra mahkota yang menangis tersedu-sedu disana, begitu pun dengan para saudara dari pihak ibunya.
Raja pun terlihat sedih dan murung, namun bisa Xera lihat bahwa dia nampak senang dan lega, terlebih untuk wanita muda disampingnya, dia nampak puas. Semua orang mengira bahwa ratu mereka meninggal karena penyakit jantung, padahal itu semua karena sihir gelap yang dilakukan oleh Tansy.
Bisa Xera lihat dari peti mati milik ratu terdapat asap hitam yang mengepul, dan itu hanya terlihat oleh orang-orang yang memiliki sihir gelap saja.
"Nyonya." Sapa Ethel disamping Xera, Xera menatapnya dan mengangguk.
Mereka berdua menatap acara pemakaman dengan diam membisu, Xera teringat akan dirinya kemarin saat dia menangisi kepergian ayahnya. Xera langsung mendongakkan kepalanya, matanya teras panas kembali dan orang-orang disamping nya menyadari hal itu.
"Xera."
Xera menatap seorang wanita setengah baya yang terlihat berbeda, dia nampak memakai pakaian mewah dan beberapa perhiasan dari toko nya, semua yang dikenakannya berasal dari mall miliknya.
"Ya?" Tanya Xera.
"Kau harus menghormati ku, karena kedepannya putriku akan menjadi ratu!" Tegasnya, Xera mengulum senyum.
"Tentu." Angguk Xera.
Bibi Melinda tersenyum puas, dia segera pergi dengan langkah kaki yang penuh dengan kesombongan. Xera menatapnya datar, dia melirik Ethel.
"Bagaimana jika mereka tahu bahwa aku permaisuri dari mereka?" Tanya Xera, Ethel terkejut namun detik berikutnya dia tersenyum lebar.
"Sungguh membuat iri mereka semua." Balasnya, Xera mengangguk. Sayangnya Xera tidak suka dengan hal itu, dia tidak mau mengumbar status atau jabatannya, biarkan mereka sendiri yang mengetahui hal itu.
Tiba-tiba saja, Xera memerah. Apakah dia sudah menerima kaisar? dan apa-apaan tadi, kenapa dia menyebut dirinya sebagai permaisuri?
"Yang mulia, seharusnya kaisar dibawa ke gunung berapi untuk menghangatkan tubuhnya. Tapi kaisar terus menolak dan ingin berada didekat anda." Bisik Ethel.
"Separah itukah? apakah tidak ada cara lain untuk mengobati penyakitnya itu?" Kaget Xera, pantas saja suhu tubuh kaisar tetap dingin seperti es.
"Ada, anda harus tidur dengannya dan berbagai racun itu." Jelas Ethel dengan serius.
Xera menatap lurus kedepan, tatapannya mendadak kosong. Tidur? tidur seperti apa? apakah seperti itu?
"Apakah tidak ada cara lain untuk berbagi racun itu?" Tanya Xera, matanya bertabrakan dengan putra mahkota, Xera melihat mata putra mahkota yang sembab dan bengkak.
"Hanya itu yang mulia, itu cara satu-satunya." Jujur Ethel, dia juga melihat sosok putra mahkota yang terus memperhatikan Xera.
Ethel menatap tajam pada putra mahkota, hingga laki-laki itu langsung mengalihkan pandangannya dari Xera. Xera sadar akan tindakan Ethel, laki-laki disampingnya juga sangat over protektif pada dirinya seperti kaisar.
"Aku akan memikirkannya." Ucap Xera sambil berlalu pergi untuk mendekati peti mati sang ratu.
Xera menundukkan kepalanya sedikit, setelah itu Xera meletakkan setangkai bunga diatas peti matinya. Xera memberikan sihir pada bunga yang dia simpan disana, hal itu membuat Tansy terkejut. Wanita itu menatap Xera dengan tatapan yang penuh dengan tanda tanya, sedangkan Xera tidak menghiraukannya sosoknya.
"Saya turut berduka cita atas perginya sang ratu." Ucap Xera dengan tegas pada raja, bahkan Xera tidak membungkuk sama sekali.
Kaisar hendak protes, tapi ini bukan waktu yang tepat karena disana sedang banyak orang ditambah ada Ethel juga, siapa yang tidak mengenal sosoknya?
"Yang mulia turut berduka cita atas kepergian istri tercinta anda." Ucap Ethel dengan tegas, aura nya terasa berbeda saat Ethel berbincang dengan dirinya.
"Terimakasih tuan." Balas sang raja dengan sedikit menundukkan kepalanya, bagaimana pun juga Ethel memiliki kedudukan yang sangat tinggi di kekaisaran.
"Nyonya, saya permisi." Ethel menundukkan kepalanya pada Xera sebelum pergi, semua orang langsung diam membisu. Ethel tidak memberikan hormat pada sang raja, sedangkan pada Xera? Ethel bahkan sampai tersenyum.
Mereka tahu, Xera adalah kekasih dari kaisar. Tapi mereka mereka pikir, itu hanya bualan semata, nampaknya itu memang nyata adanya, Ethel saja sampai menghormatinya.
"Kalau begitu saya permisi." Pamit Xera yang pergi begitu saja, Xera melirik Tansy yang hanya diam. Xera menyeringai padanya dan Tansy hanya bisa mengepalkan tangannya kuat-kuat, terlihat dengan jelas begitu besarnya rasa benci Tansy pada Xera.
"Amy, siapkan air untuk aku mandi dan juga berikan wewangian di airnya. Aku ingin berendam." Ucap Xera sambil berlalu, Amy dan Syua saling pandang, wajah mereka langsung memerah.
Mereka paham apa yang Xera ingin lakukan, karena itu sering dilakukan untuk mereka yang akan melakukan hubungan suami istri.
•••
"Nona..."
"Jangan ganggu kamarku sebelum aku menyuruh kalian untuk datang." Ucap Xera.
Xera memakai jubah tidurnya yang pendek, rambutnya yang panjang nampak terurai dengan indah, Xera memakai parfum yang begitu menyegarkan, bahkan Xera juga sedikit berdandan.
Jantung Xera berdetak kencang, dia tidak tahu bahwa rasanya akan segugup ini, namun Xera tidak ingin membiarkan laki-laki itu terus kesulitan seperti ini. Xera tak tega, bagaimana pun juga kaisar sudah banyak menolongnya dan melindunginya juga.
Langkah kaki Xera berjalan mendekati ranjang, Xera naik keatas ranjang. Di tatapnya wajah kaisar yang sedang tertidur pulas, tubuhnya masih terasa dingin bahkan Xera tidak menyentuhnya, namun terasa disekitarnya.
Tangan Xera terulur untuk menyentuh pipi kaisar, tidak ada reaksi apapun dalam diri kaisar. Xera menelan ludahnya bulat-bulat, dia semakin menurunkan tangannya hingga memegang dada bidang kaisar, dingin seperti es.
"Yang mulia." Panggil Xera.
"Yang mulia."
"Eum...." Kaisar sedikit menggeliat, tapi dia tetap memejamkan matanya. Xera menghirup nafasnya dalam-dalam, setelah itu Xera mendekati telinga kaisar.
"Yang mulia...." Bisik Xera, suaranya yang lembut dan harumnya tubuh Xera membuat kaisar membuka matanya, hal yang pertama kali kaisar lihat adalah wajah Xera yang cantik dan memukau.
Keduanya terlihat berbeda jika sedang bersama, bahkan ekspresi wajah Xera yang lembut dan hangat tidak pernah Xera perlihatkan pada orang lain, hanya dengan kaisar dia memperlihatkannya.
"Xera? ada apa? kau sudah kembali...." Tanya kaisar dengan suara seraknya, nampaknya kaisar benar-benar sakit.
"Aku sudah kembali sejak tadi." Balas Xera, tangan Xera terulur untuk menyentuh pundak kaisar yang terbuka.
"Aku tidak menyadarinya, maafkan aku." Kaisar mulai bangkit dari tidurnya, namun tubuhnya sangat lemas. Xera jadi tidak yakin, apakah kaisar mampu melakukannya dengan tubuh yang lemah seperti ini? Batin Xera.
"Ada apa?" Tanya kaisar heran, kaisar juga mencium aroma tubuh Xera yang berbeda, kali ini terasa menyengat namun sangat membuatnya pusing karena gairahnya, seperti mengandung obat perangsang.
"Apa kau mampu melakukannya? melihat kondisi mu yang seperti ini, aku tidak yakin kau bisa melakukannya." Jujur Xera, dia terlihat khawatir pada kondisi kaisar yang lemah, namun hal itu terdengar seperti penghinaan bagi kaisar.
"Melakukannya? melakukan apa?" Heran kaisar, dia menatap wajah Xera yang langsung memalingkan wajahnya, hingga akhirnya kaisar paham. Dia langsung terbatuk-batuk dari tempatnya, dia nampak gugup sekarang. Pantas saja Xera terlihat berbeda sekarang.
"Aku ingin tidur, kau istirahat dan pulihkan saja tubuhmu agar stamina mu kembali seperti sebelumnya." Ucap Xera yang langsung membaringkan tubuhnya dan membelakangi kaisar, dia benar-benar malu saat ini.
"Kau sudah mengizinkan aku untuk melakukannya? kalau begitu aku tidak akan sungkan lagi." Xera terkejut melihat perubahan wajah kaisar, sebelumnya kaisar terlihat pucat dan lemas, tapi sekarang? dia terlihat menyeramkan dan mengerikan.