NovelToon NovelToon
Lebih Dari Dia

Lebih Dari Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kravei

Leo Evano mencintai Bianca Anulika di hari pertama dia menatapnya. Namun, Bianca memiliki pria yang dia cintai bernama Gavin.
Padahal Gavin tidak mencintai Bianca sebaik yang dia harapkan, tapi Bianca bersikeras ingin setia terhadapnya.
“Sampai dia membuatmu menangis, aku bersumpah aku akan merebutmu darinya. Saat itu, aku tidak akan takut kau benci. Aku akan melakukan apa pun untuk menyeretmu keluar dari rumahnya.” Itu adalah apa yang Leo tanamkan dalam hati dan hari itu pun datang. Leo memantapkan diri, membuktikan dia bisa memperlakukan Bianca lebih dari pria yang dia cintai. Berharap bahwa Bianca akan segera mencintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kravei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masalah Tanpa Solusi

Bianca menggebu-ggebu menjelaskan, "dia menculikku kemari, Tan! Dia menjebakku membuat Gavin berpikir aku berselingkuh. Dia membuat Gavin mengusirku. Karena itu aku harus pulang, aku harus meluruskan kesalahpahaman di antara kami. Aku mohon bantuanmu, Tan!"

Devi tidak merespon tapi terdiam di tempat. Dua menit berlalu dan ekpresi wajahnya kembali berubah syok. "Yaampun, Leo! Tak kusangka dia melakukan hal seperti itu." Bag belanjaan terjatuh dari tangan Devi dan perempuan itu menyentuh dadanya sembari mengambil nafas guna menenangkan diri.

"Aku pun begitu, Tan! Aku masih tak menyangka sampai hari ini dia melakukan hal seperti itu."

Devi mempertemukan kontak mata dan menyentuh kedua pundak Bianca guna menatapnya lekat. "Tenang, Bianca. Aku akan memarahinya!" Bianca merespon dengan anggukan cepat dan Devi meraih hp dari tasnya yang bertenteng di pundak.

Devi menelepon Leo dan dengan cepat diangkat. Dia berkacak pinggang, segera menghardik, "apa yang sudah kau lakukan, Leo!"

Bianca tidak merasa senang melihat Leo dimarahi. Sebaliknya, merasa bersalah di saat dia seharusnya tidak merasa demikian. Devi menyerocos, "aku pikir kau merebut Bianca dengan jantan! Aku pikir kau berduel dengan suaminya tapi ternyata kau menjebaknya?"

Hah? Dahi Bianca mengernyit, tak berpikir Devi 'memarahi' Leo dengan benar. Dia melanjutkan, "itu adalah perbuataan yang sangat pengecut yang aku tahu dan aku tidak pernah mengajarimu seperti itu!"

Ragu-ragu Bianca mendekat, menyentuh lengan Devi dan menjelaskan, "Tan, tapi-" Devi menyela dengan menggangat tangannya.

Dia melanjutkan ocehan, "kau sangat memalukan! Apa kau adalah pria? Tidak seharusnya kau melakukan hal seperti itu. Jika kau menginginkan seorang perempuan, kau harus bertarung untuknya! Bukan malah melakukan sikap pengecut. Kau harus minta maaf pada Bianca, kau mengerti itu?!" Devi mematikan panggilan setelah puas mengoceh. Dia mengembus nafas sebelum kembali pada Bianca. "Tenang, Bianca. Aku sudah memarahinya, dia tidak akan berani lagi!"

Bianca kebinggungan. Mulutnya terbuka tapi tidak tahu apa yang harus dikatakan. Maksud Bianca adalah Devi menegur Leo soal sikapnya yang buruk dan mengembalikannya pada Gavin. Bila hatinya sangat baik, tolong bantu mereka memperbaiki hubungan tapi dia malah memarahi Leo perihal Leo merebutnya dengan cara yang tidak sesuai standarnya. Rasa-rasanya amarah Devi tidak memperbaiki masalah Bianca tapi seolah memberi Leo lampu hijau.

"Kau masih tidak bisa memaafkan Leo?" Devi menyentuh kedua pundak Bianca guna menyadarkannya dari lamuan, ekpresi wajahnya cemas. "Tenang, Bianca! Aku pastikan untuk memerahinya secara langsung ketika bertemu dengannya."

"Bu-bukan begitu maksudku …, tapi itu, Tan-"

"Masih belum cukup?" Devi panik menyadari raut wajah tak bahagia Bianca, otaknya mulai berputar cepat guna menemukan solusi. Ketika menemukannya, dia segera menawarkan, "akan aku belikan kau perhiasan sebagai permintaan maaf! Benar, anggap saja sebagai permintaan maaf karena anakku gagal memperlakukanmu dengan baik."

Bianca belum sempat menolak dan Devi sudah menyeretnya ke sana dan kemari.

ITU JUGA BUKAN APA YANG AKU INGINKAN! jerit batin Bianca.

...

Selang beberapa jam Bianca diantar pulang oleh supir bersama setumpuk bag belanjaan sementara Devi pergi ke bandara tanpa bertemu Leo atau memarahinya seperti yang dia janjikan.

Bianca tertekan. Dia tak sanggup melakukan apa pun dan hanya duduk merenung di atas sofa. "Aku ingin pulang ...," batinnya menjerit-jerit, ekpresi wajahnya seolah tak bernyawa.

Pukul enam sore. Sebentar lagi malam dan Bianca masih belum menemukan solusi atas masalahnya. Dia terlalu fokus melamun sampai tidak menyadari Leo sudah duduk di depannya entah sejak kapan, meja kaca setinggi lutut memisahkan mereka.

Semakin lama Leo mengamati Bianca, semakin manis senyumnya. Omong-omong soal ocehan Devi tadi. Leo tidak mendengarkan. Dia sedang menonton saat itu, ditemani semangkok cemilan dan semua yang keluar dari mulutnya hanya, 'iya. Oh. Oke.'

Itu lucu Bianca berpikir mengadu pada ibunya adalah solusi dan sepertinya Bianca telah menyadari kesalahannya. Leo terkekeh tak sengaja, suaranya berhasil sampai di telinga Bianca dan membuyarkan fokusnya.

Buru-buru Bianca memperbaiki posisi duduk, dia tak katakan apa pun karena masih dilanda kebinggungan atas yang sedang terjadi. "Kau bersenang-senang?" Leo membuat topik pembicaraan.

Bianca tak merespon tapi jawabnya adalah tidak. Bianca hanya bisa membisu dan mengikuti Devi ke mana pun dia pergi. Mereka menghabiskan waktu untuk duduk dan menikmati semangkok es serut tapi tak banyak yang mereka bicarakan. Bianca tertekan, seluruh pikirannya hanya berfokus pada pulang.

"Ibumu ... sangat manis." Hanya itu yang melintasi benak Bianca.

"Benar." Leo tersenyum seolah-olah pujian itu untuknya. "Ibuku sangat ramah, tidakkah begitu? Itu karena dia pernah sangat miskin, jadi dia tidak tahu bagaimana caranya sombong."

"Ibumu pernah miskin?" Bianca sedikit tertarik pada pembicaraan. Dia penasaran karena apa yang dia ketahui dari Gavin adalah Leo sudah kaya tujuh turunan dari sebelum lahir.

"Itu sudah lama sekali sebelum dia menikahi ayahku. Dia sangat miskin dia bahkan bekerja sebagai pembersih sepatu di jalanan. Well ... aku tidak begitu mendengarkan ketika dia bercerita soal kehidupannya yang suram tapi aku yakin itu yang dia katakan."

Leo lagi-lagi memamerkan senyuman manis. Sebenarnya dia malu mengingat ibunya sering kali bernostalgia tapi dirinya hampir tak pernah mendengarkan karena tidak tertarik.

"Wuaah aku tidak tahu itu," gumam Bianca, sebenarnya cukup kagum pada karakter Devi yang bersemangat dan manis. Padahal usianya sudah mencapai kepala empat tapi dia bahkan tidak terlihat setua itu.

"Kau tahu bagian menariknya?"

"Hm?"

"Ayahku jatuh cinta pada ibuku di saat ibuku membersihkan sepatunya. Dia bilang ibuku sangat cantik dan murah senyum, karena senyumannya, dia jatuh cinta."

Bianca mengganguk paham tapi kemudian dahinya mengernyit mempertanyakan mengapa Leo tersenyum seperti itu? Dia terus mengerjapkan mata dan menarik kedua sudut bibirnya kian tinggi. Terlihat aneh dan seolah mengharapkan sesuatu. Ragu-ragu Bianca bertanya, "Kenapa ... kau tersenyum seperti itu?"

"Aku sedang mencobanya," ungkap Leo. "Siapa tahu kau akan jatuh cinta juga." Kata-katanya yang blak-blakkan membuat Bianca menyemburkan tawa. Itu tidak lucu, hanya wajah tampannya jadi terlihat bodoh dan cukup menghibur.

"Kau terlihat aneh! Berhenti melakukannya." Bianca menggeleng kecil setelah puas tertawa.

Leo tak merespon tapi beranjak menghampiri Bianca. Dia duduk di sebelahnya dan tiba-tiba mengambil tangannya untuk digengam. Bianca yang terkejut tidak sempat bereaksi. Leo berkata, "aku senang kau ada di sini." Leo tulus mengatakannya. "Meski aku yakin kau tidak begitu, tapi aku benar-benar senang bersamamu."

Bianca bukan tipikal yang pandai membenci seseorang apalagi mendendam. Mendengar dia yang telah menikamnya dari belakang berkata sebaik dan setulus itu saja sudah berhasil menyentuh hatinya.

Andai Bianca tidak mengingat Gavin, dia pasti tersenyum meskipun kecut—untuk menghargai kejujuran manisnya. Namun, karena teringat suaminya, Bianca menarik tangannya menjauh dari Leo.

1
Jennifer Alexander
thorr semangat thorr aku di sini menunggu kelanjutan ceritanya /Drool//Smirk/
Kravei: Thank uuu🥰🥰🫶
total 1 replies
Masdi Masdi
sebenarnya AQ merasa Gavin GX cinta hanya merasa terbiasa aja jdi GX mau kehilangan. kalo Leo itu cinta Krn sebegitu terluka nya pun dia berusaha keras untuk tetap bertahan dgn hati tentunya tidak baik² saja untung nya GX sampai gila. di pertahankan pun selamanya Bianca tx akan pernah bahagia.
Kravei: Hihi wajib nantikan flashback di mana Leo galau parah karena Bianca mau persiapan nikah xixi
total 1 replies
Masdi Masdi
hai,,,salam kenal kak... rajin² update ya kak,agar kita GX lupa alur ceritanya.... sampai disini cerita nya bagus banget. AQ suka.🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Kravei: Siap, Kak … bakalan ditambah babnya kalau makin ramai
Makasih karena sudah meninggalkan komentar🥰<3
total 1 replies
Jennifer Alexander
thorr lanjutin ya ceritanya..ada aku di sini yg selalu menunggu kelanjutannya.. ceritamu bagus...kalo episode nya lebih banyak pasti lebih banyak yg baca /Smirk/
Kravei: Hihi makasih banyak, Kak🥰 nanti kalau makin rame, babnya ditambah juga yaaa <3
total 1 replies
Jennifer Alexander
lanjutkan thorr aku menunggu karyamu /Applaud//Kiss/
Jennifer Alexander
lanjut Thor aku sukaaa bangettt
Jannah Sakinah
Semangat Thor nulisnya. rajin update ya. hehehe
Bening Hijau
ikut event dong cerita ini bagus banget
Bening Hijau
sama q juga pecinta second lead
Bening Hijau
bagus banget alur nya
Bening Hijau
bagus banget
Kravei
Hi, salam kenal, Kak🥰
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
Mưa buồn
Jujur aja, ini cerita paling baik yang pernah aku baca.
Kravei: Awww thank you, Akak🥰
total 1 replies
Fatima Rubio
Wah, cerita yang luar biasa! Semangat terus author!
Kravei: Hi, Kak
Makasih ya🥰
Jangan lupa dilika dan follow supaya tidak ketinggalan!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!