NovelToon NovelToon
Cinta Setelah Perpisahan

Cinta Setelah Perpisahan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ratu jagad 02

12

Sabila Alfiana Bumantara.
Diusia 19 tahun, ia adalah sosok yang begitu periang. Bahkan, diusia itu ia sangat bermimpi untuk menikah muda bersama laki-laki impiannya. Namun, karena sebuah insiden tidak mengenakan membuatnya mengubur impiannya untuk menikah muda. Bahkan, pernikahan sudah tidak ada lagi dalam list tujuan hidupnya hingga kini usianya menginjak 29 tahun.

Lalu, sebenarnya insiden apakah yang akhirnya membuat Sabila menolak untuk menikah? Ikuti kisahnya di sini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

"Selamat bergabung di project ini, Luna. Semoga, kedepannya kita bisa bekerja sama dengan baik." Sekretaris Romi mengulurkan tangannya pada wanita yang baru saja ia nyatakan lulus seleksi.

"Terima kasih."

Tatapan Luna kemudian tertuju pada Xavier yang duduk santai di meja kerjanya tanpa melihat ke arahnya sama sekali. Romi yang melihat arah pandang Luna tertuju pada bos-nya, akhirnya menengok ke sang bos.

"Tuan," panggil Romi, mengisyaratkan Xavier agar mendekat dan memberi selamat Luna.

Akhirnya, Xavier bangkit dari kursinya dan mengulurkan tangannya kepada Luna. "Selamat bergabung."

"Terima kasih, Pak." Luna menjabat tangan Xavier sangat lama, disertai dengan tatapan mata yang hampir tidak terbaca.

"Ehem!" Sengaja Xavier berdehem agar wanita di depannya ini melepas jabatan tangannya. Begitu tangan keduanya terlepas, Xavier langsung meminta Romi mengantar Luna keluar dari ruangannya.

"Silahkan ikuti saya, Nona." Sekretaris Romi mempersilahkan dengan hormat.

"Baik," Baru saja wanita itu akan meangkah keluar, ia kembali menatap Xavier sejenak dan tersenyum manis seraya mengangguk sopan pada Xavier. "Permisi, Pak."

"Hm."

*

"Sayang, suamimu pulang." teriak Xavier saat ia membuka pintu utama kediamannya.

"Apa kau pikir rumah ini hutan? Seenaknya saja berteriak." gerutu Sabila yang keluar dari dapur dengan membawa segelas air putih di tangannya.

"Untukku?" tanya Xavier percaya diri.

"Di dapur banyak, ambil saja sendiri." Sabila langsung meninggalkan Xavier menuju kamar.

Melihat istrinya ke kamar, Xavier langsung mengikuti. Tiba di kamar, ia langsung membersihkan diri dan berganti dengan piyama, lalu ikut berbaring di sisi istrinya yang sudah lebih dulu berbaring di ranjang.

"Ehem! Jadi, ada cerita apa hari ini?" tanya Xavier.

"Tidak ada cerita apa-apa. Hari ini aku hanya seharian di boutique dan melayani beberapa customer yang datang untuk request beberapa model gaun pernikahan. Itu saja." jawab Sabila seadanya.

"Hm."

"Oh iya, bagaiman dengan dengan Luna, kau menyukainya?" tanya Sabila, teringat akan project yang akan Xavier kerjakan bersama desainer yang telah ia pilih sebelumnya.

"Aku jauh lebih menyukaimu." jawab Xavier.

"Project-nya." tegas Sabia. "Apa kau rasa Luna akan cocok memegang project yang akan kau lakukan ini?" tanya Sabila lebih jelas.

"Dari hasil briefing tadi, sepertinya ide-idenya cukup bagus. Tapi, aku tidak tahu apakah akan cocok bekerja sama dengannya kedepannya."

"Setahuku, Kak Luna itu memang cerdas dalam hal mendesain. Bahkan, aku banyak terinspirasi untuk menjadi seorang desainer itu darinya. Dia itu seniorku saat aku sekolah desain di Jerman."

"Sudahlah, kenapa harus membahas orang lain." Xavier menggeser tubuhnya semakin dekat dengan Sabila. "Kenapa tidak mencoba membahas tentang kita saja? Bukankah itu jauh lebih berguna?"

"Tentang kita?"

"Hm, seperti ini contohnya." Dalam sekejap mata, Xavier sudah berada di atas Sabila dan mengukung tubuh istrinya tersebut.

"Vier," Sabila mendorong dada Xavier agar berpindah dari atas tubuhnya. Namun, karena tubuh Xavier jauh lebih besar darinya, membuatnya kesusahan melakukan hal tersebut.

"Bil, izinkan aku—"

"No! Ingat kesepakatan kita, Vier." Belum saja Xavier menyelesaikan ucapannya, Sabila sudah lebih dulu menolak.

Seketika itu, tubuh Xavier langsung terasa lemas saat mengingat kesepakatan antara dirinya dan Sabila. Ya, sejak kejadian Sabila dicegat preman pada malam itu dan diselamatkan oleh Xavier. Sabila sudah mulai mau berinteraksi banyak dengan Xavier.

Namun, dari kedekatan keduanya juga muncul kesepakatan baru, bahwa selama pernikahan kontrak mereka berlangsung, Sabila akan mulai mencoba berteman dengan Xavier. Selama kontrak pernikahan itu pula, Xavier tidak boleh melakukan kontak fisik berkebih pada Sabila, begitupun sebaliknya. Kontak fisik diantara mereka hanya sekedar berpelukan jika diperlukan, dan untuk tidur bersama itu terjadi karena tidak adanya pilihan.

Ya, hunian yang Xavier pilih terbilang sangat kecil, bahkan hanya menyediakan satu kamar. Hal itulah yang akhirnya memaksa Sabila dan Xavier tetap tidur dalam satu ranjang yang sama. Namun, sesuai kesepakatan, kontak fisik kedunya hanya sebatas itu.

"I'm sorry," Xavier menyingkir dari atas tubuh Sabila dan langsung berbaring di tempat semula dengan helaan napas kasar.

Begitu Xavier menyingkir dari atas tubuhnya, Sabila langsung memunggungi Xavier. Setelah itu, ia menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya hingga ke leher, dan dalam sekejab kedua matanya telah tertutup mengarungi alam mimpi yang memang sudah ia dambakan sejak tadi.

Di sisi lain, Xavier bangkit dari baringnya, lalu meraih gelas air di atas nakas dan langsung meminumnya hingga tandas. Ia menyibak selimut dan memilih keluar dari kamar menuju halaman belakang. Tanpa melepas piyamanya terlebih dahulu, Xavier langsung terjun ke kolam renang dan menenggelamkan dirinya cukup lama. Setelah itu, ia memunculkan kepalanya untuk bernapas, lalu kembali menenggelamkan diri setelah itu.

Tidak hanya sebentar, Xavier bahkan merendam dirinya dalam waktu yang cukup lama, hingga membuat bibirnya tampak membiru. Beberapa saat berendam, Xavier naik dari kolam renang, lalu memakai bathrobe dan masuk ke dapur. Karena suhu tubuhnya yang lumayan dingin setelah berenang malam-malam, Xavier langsung menyeduh segelas kopi dan mendudukkan diri di meja makan.

Penolakan Sabila masih terekam jelas dalam benak Xavier. Bukan hanya sekali, wanita yang berstatus istrinya itu bahkan menolaknya berkali-kali dan selalu mengingatkan perihal kesepakatan. Padahal, Xavier menyetujui kesepakatan konyol itu hanya agar Sabila tidak pergi darinya, dan membuat dirinya memiliki kesempatan untuk sedikit lebih dekat dengan Sabila. Tapi ternyata, dekat dengan Sabila membuat nalurinya sebagai laki-laki selalu muncul dan ingin melakukan lebih. Dan ketika ditolak seperti tadi, justru Xavier sendiri yang kelimpungan mencari penawarnya dan berakhir dengan aksi berenang tengah malam.

"Sudah sepuluh hari, tapi kenapa Sabila masih belum menunjukkan gejala-gejala kehamilan. Bukankah waktu itu aku dan dia melakukannya tanpa pengaman apapun." monolog Xavier. "Apa mungkin, seharusnya aku melakukannya lebih dari sekali agar pembuahannya bisa lebih cepat. Tapi, bagaimana aku akan melakukannya? Baru mengukungnya saja, aku sudah langsung mendapat peringatan. Huh!"

Cklek!

Xavier menengok ke pintu kamar, terlihat Sabila keluar dari sana. "Kenapa belum tidur?" tanya Xavier.

"Aaa!" Sabila yang baru memasuki dapur tentu saja terkejut saat mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. Terlebih, suasana dapur saat ini masih tampak gelap. Perlahan, Sabila meraba saklar lampu dan menghidupkannya.

"Terbangun?" tanya Xavier lagi saat Sabila melihat ke arahnya dengan kondisi dapur yang sudah terang.

"A-aku haus."

Xavier melihat gelas di tangan Sabila. Tanpa banyak kata, Xavier langsung mengambil gelas tersebut dan mengisinya dengan air, setelah itu ia serahkan kembali pada Sabila. "Aku yang meminumnya tadi, maaf karena tidak menggantinya."

Sabila mengangguk dan langsung mengambil gelas air dari tangan Xavier. Setelah itu, ia keluar dari dapur dan kembali ke kamar. Setelah masuk kamar, Sabila langsung meminum air yang ia bawa dan menaruh sisanya di nakas. setelah itu ia berniat untuk kembali tidur. Namun entah mengapa, begitu matanya terpejam, bayangan Xavier yang memakai bathrobe dengan rambut yng basah membuat Sabila merasa terganggu. Terlebih, saat tadi Sabila mengambil gelas dari tangan Xavier, kulit keduanya sempat bersentuhan secara singkat, dan Sabila merasakan kulit tangan Xavier begitu amat dingin.

"Apa dia habis mandi tengah malam? Tapi kenapa?"

1
murni l.toruan
Bahagia dan terus berusaha untuk yang lebih baik dari sebelumnya
murni l.toruan
Santuy Bil, biar saja mertua tau kamu tidak bisa masak, ntar disuruh masak benar-benar baru tau rasa loh
charis@ŕŕa
semangat vier buat dedek bayi ny....
Cinnn
Selamat hari raya idul adha semuanya.
Cinnn
Tunggui ya, ia 2 bab meluncur.
charis@ŕŕa
selalu ku terima thor ....
lanjut
Aqil Aqil
vote untkmu thor smngt lnjtkan
Triple
wih sudah 16 eps aja. pelan-pelan oy haha cepat amat nulisnya.

tapi baguslah daripada nanti penasaran terus nanggung jadi lebih baik aku tabung aja HAHA.
Triple
jangan bilang kakaknya doyan sama xavier.
Cinnn: Ngakak😁😁
Baca kelanjutanny di bab seanjutnya, Kak.
total 1 replies
Cinnn
Inshaa Allah satu bab lagi nyusul ya, tungguin.
charis@ŕŕa
mencari kesemptan anda xavier
Triple
haha
Nurhayati Nia
Hai _haii aku singgah lagi di karyamu setelah dokter anggi dan dokter njoyyy aku nyimak cerita yng niii.. lanjutttt
Cinnn: Terima kasih, Kak. Semoga betah ya❤
total 1 replies
Triple
adegan ekstrim gk ada?, haha
Triple
caper bet
Kadek Bella
lanjut
Kadek Bella
lanjut thoor
Cinnn: siap kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!