NovelToon NovelToon
Terpikat Cinta Mas Duda

Terpikat Cinta Mas Duda

Status: tamat
Genre:Tamat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Bunda RH

Salwa Nanda Haris, anak sulung dari pasangan Haris dan Raisya. Salwa menolak perjodohannya dengan Tristan, pria yang berstatus duda anak satu.

Awalnya Salwa sangat menolak lamaran tersebut. Ia beralasan tak ingin dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya. Padahal saat itu ia belum sama sekali tahu yang namanya Tristan.

Namun pernikahan mereka terpaksa dilakukan secara mendadak lantaran permintaan terakhir dari Papa Tristan yang merupakan sahabat karib dari Haris.

Sebagai seorang anak yang baik, akhirnya Salwa menyetujui pernikahan tersebut.

Hal itu tidak pernah terpikir dalam benak Salwa. Namun ia tidak menyangka, pernikahannya dengan Tristan tidak seburuk yang dia bayangkan. Akhirnya keduanya hidup bahagia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kabar bahagia

Di sepanjang perjalanan, Salwa tersenyum bahagia di balik cadarnya. Tanpa sadar ia selalu mengelus perutnya. Khumairah yang sedang memperhatikan Bundanya pun penasaran.

"Bunda, kenapa dari tadi pegang perut? Bunda lapar?"

"Tidak, Sayang."

"Sakit perut?"

"Tidak juga."

"Terus kenapa?"

"Em... kalau Bunda bilang di dalam perut Bunda ada adiknya Ira, percaya nggak?"

"Yang benar, Bun?"

"Benar nggak ya?"

"Ah, Bunda! Ira serius nanya."

Salwa mengelus kepala Khumairah.

"Nanti juga Ira bakalan tahu benar apa nggak."

Mereka pun sampai di rumah. Karena orang rumah sudah makan siang, Salwa dan Khumairah makan siang berdua setelah mereka shalat Dhuhur.

Sore harinya

Salwa, Tita, dan orang tua Tristan sedang duduk santai di depan rumah. Khumairah sudah berangkat ke tempat TPQ diantar Encus dan Mang Jaja.Tadinya Salwa ingin mengantarnya sendiri. Namun ia merasa sedikit pusing.

Tristan pun datang. Seperti biasa Salwa menyambutnya dengan hangat. Melihat keharmonisan rumah tangga Salwa dan Tristan, Pak Ferdi semakin semangat untuk terus sehat.

"Mas, aku punya sesuatu untuk kamu."

"Apa itu?"

"Ayo mandi terus ganti baju dulu!"

Setelah selesai mandi Tristan mendekati Salwa dengan hanya mengenakan handuk yang dililitkan di tubuhnya.

"Sayang, jangan bilang kamu mau ngasih aku kenikmatan sore ini juga."

"Apaan sih, Mas? Udah ayo pakai dulu bajunya!"

Tristan pun memakai baju yang sudah disediakan istrinya. Setelah itu, Salwa mengambil sebuah kotak kecil berbentuk pergi panjang.

"Apa ini, Sayang? Aku kan tidak berulang tahun?"

"Dibuka saja dulu, tapi jangan lupa baca do'a. Siapa tahu isinya bom."

"Ah, kamu ini bisa saja."

Dengan berhati-hati, Tristan membuka kotak tersebut. Lalu ia mengambil stick testpack.

"Sayang, ini..."

"Iya, Mas." Salwa mengangguk.

"Ka-kamu hamil, iya kan?"

"Iya, Aku positif."

"Alhamdulillah."

Sontak Tristan memeluk Salwa dengan erat. Ia meluapkan rasa bahagianya saat ini. Ia tidak melihat ada gambar di bawah alat testpack.

"Lihat lagi yang di kotak, Mas!"

Karena penasaran dengan gambar yang tertinggal di kotak, Tristan pun mengambilnya.

"Apa ini, Kok titik-titik?"

Salwa tersenyum melihat ekspresi suaminya yang tidak jauh beda dengannya tadi.

"Mas, Itu janin yang ada di perutku. Karena masih berusia 5 minggu jadi masih sekecil itu. Itu menandakan kalau aku beneran hamil, bukan hamil kosong. Dan...." Salwa menjeda ucapannya.

"Dan apa?"

"Dan janinnya ada tiga."

"Tiga?"

"Iya, Mas."

"Masyaallah... ini sungguh luar biasa, Sayang. Aku tidak percaya ini."

"Allah yang sudah memberi amanah, Mas. Tugas kita menjaga mereka."

Tristan mencium seluruh wajah Salwa.

"Jadi permintaan anehmu itu mungkin karena kamu ngidam, Sayang."

"Mungkin, hehe... eh iya, mana kue pesananku?"

"Sebentar lagi pasti sampai, Iyan tadi yang cari. Padahal sudah dari tadi dapatnya, entah masih mampir ke mana anak itu."

Tidak lama kemudian, Iyan datang.

"Om, Tante, mana Bang Tristan?"

"Baru juga pulang dari kantor, Yan! Kamu sudah mencari Bos-mu."

"Aku cuma mau nganterin ini, pesanannya Nyonya Bos."

"Apa itu, Kak?" Sahut Tita.

"Kue, namanya putu Belanda. Nih, Ta! Tolong kasihkan ke Abang ya, aku mau pulang."

"Okey, Kak."

Tita menelpon Tristan dan memberitahu kalau Iyan mengantarkan pesanannya. Tristan dan Salwa pun turun ke bawah. Tristan menuntun Salwa.

"Mas, jangan dituntun, kita nggak lagi nyebrang."

"Iya, tapi kamu harus hati-hati turunnya. Jangan jalan cepat kayak biasanya!"

"Iya, Mas. Ini juga hati-hati."

Berdebatan mereka tidak luput dari perhatian tiga orang yang sedang duduk di tuang tengah.

"Bang, buat apa beli kue sebanyak ini, emang bisa ngabisin?"

"Bilang saja kalau kamu mau, Dek! Tunggu jangan dimakan dulu, biar Mbak-mu yang makan terlebih dulu! Nanti kalau dia sudah puas, baru kamu boleh minta."

"Mas, aku cuma pingin, bukan doyan!"

"Ya kan, aku nggak mau anakku ileran!"

Belum ada yang sadar dengan ucapan Tristan.

Salwa pun duduk di samping Tita.

"Ayo kita cobain, Dek! Abi sama Ummi kalau mau juga boleh kok! Tapi untuk Abi satu saja ya, jangan banyak-banyak, karena ini tuh, manis rasanya."

Setelah makan dua kue, Salwa menyudahinya.

"Mas, kamu nggak mau coba? Enak loh!"

Karena penasaran, Tristan pun mencoba. Dan setelah thu rasanya, ia justru menghabiskan lebih banyak dari Salwa dan yang lain.

Salwa mengelus perutnya.

"Kamu mau apa lagi, Sayang?"

"Cie, mau juga dong, Bang!" Celetuk Tita menggoda Tristan dan Salwa.

Pak Ferdi dan Bu Ratna hanya tersenyum melihat mereka.

"Dek, jangan gitu! Nanti Mbak mu malu! Kasian ponakanmu yang masih sebiji kacang kalau mereka kekurangan gizi."

Sontak Tita penasaran.

"Mbak Salwa hamil, Bang?"

Tristan menepuk dahinya, ia baru sadar kalau dirinya belum memberitahukan orang rumah.

"Maaf...maaf, sampai lupa! Abi, Ummi, Tita, aku mau ngasih pengumuman bahwasanya istriku saat ini sedang hamil." Dengan senyum merekah Tristan mendekap bahu Salwa.

"Alhamdulillah.." Ucap ketiganya serentak.

"Yeay, punya keponakan lagi!"

"Beneran, Wa?" Pak Ferdi memastikan.

"Iya, Bi. Tadi aku sudah periksa, dan memang positif. Usianya sudah 5 minggu."

"Masyaallah, sini Wa!"

Salwa mendekati kedua mertuanya. Bu Ratna memberikan pelukan hangat untuk Salwa. Dan Pak Ferdi mengelus kepala Salwa. Mereka sangat senang mendengarkan kabar ini.

"Ayahmu belum dikasih tahu soal ini, Wa?"

"Belum, Bi."

"Biar Abi yang memberitahunya."

"Tunggu dulu, Bi! Masih ada kabar bahagia lagi!" Ujar Tristan.

"Apa lagi, Tris?"

"Salwa hamil kembar."

Nampak wajah Pak Ferdi berubah murung, mungkin ia ingat kepada Satria.

"Abi, Abi baik-baik saja?" Tanya Salwa.

"Eh iya, Abi baik-baik saja."

"Abi, do'akan anak-anak kami yang di dalam kandungan sehat ya? Mereka bertiga pasti senang nantinya lahir dalam keluarga yang penuh kehangatan."

"Tiga?"

"Iya Bi, kembar tiga."

"Masyaallah, sekali lagi selamat ya." Bu Ratna mencium kening menantunya, lalu mengelus perut menantunya.

Pak Ferdi segera menghubungi Ayah Haris untuk memberitahukan kabar bahagia. Ayah Haris pun langsung menyebarkan kabar bahagia itu di grup chat keluarganya. Semua anggota keluarga memberikan selamat kepada Salwa.

Salwa pun memberitahu Khumairah saat anak itu sudah pulang dari TPQ.

"Jadi beneran Bunda hamil?"

"Iya, Sayang. Ira bakal punya adik tiga."

"Woh, keren.... teman Ira cuma punya satu, Ira langsung tiga, Bun?"

"Iya, karena adik Ira kembar tiga."

"Hore...! Jadi nggak sabar pingin lihat adik bayinya Bunda."

"Do'akan adiknya sehat ya?"

"Iya, Bunda."

Malam harinya, saat hendak tidur Salwa merasa lapar, ia ingin sekali makan mie instan rasa soto yang dimasak pakai telur. Bayangan makanan tersebut tidak dapat hilang dari benaknya. Makanan tersebut sering ia masak saat berada di Kairo saat itu.

"Mau kemana, Sayang?"

"Mas, di dapur ada mie instan nggak?"

"Mungkin tidak ada, karena Ummi membatasi kami makan mie instan, kenapa?"

"Pingin mie kuah soto pakai cabe lima dimasak sama telur dan sawi, pasti mantap."

"Jangan, Sayang! Masa' babynya dikasih mie instan, nanti kalau mereka kenapa-kenapa gimana?"

"Nggak pa-pa kok, Mas! Kan, diimbangi sama sayuran.Pingin banget ini, Mas. Nanti kalau anaknya ileran gimana hayo?"

Melihat istrinya memelas, Tristan pun tidak tega. Ia segera menghubungi Bi Eni dan menanyakan stok mie instan. Ternyata Bi Eni menyimpan beberapa mie instan dengan aneka rasa untuk konsumsi sendiri di kamarnya.

Bersambung....

...----------------...

Nex ya kak...

1
Ariyani Ariyani
cayo Salwa cairkan beruang kutub nya 🥰💪
Ariyani Ariyani
semangat Salwa💪
Ariyani Ariyani
assalamu'alaikuum wr wb ijin hadir dn menyimak 🙏
Ariyani Ariyani: insyaallah suka soalnya ceritanya gk bertele-tele mkasih ya dd othor 💪💪💪💪💪🌷🥰
Bunda RH: wa'alaikum salam, makasih kak semoga suka ya
total 2 replies
Leni
mulai datang bibit" pelakor
Dy Idtoudiah
seruuu
Dy Idtoudiah
Luar biasa
Bunda RH: Terima kasih Kak 😍
total 1 replies
Siti Tanisah
akhirnya selesai jg bacanya maraton Thor.. lanjuuuuuttt baca karya author yg lain semangat thor
Bunda RH: makasih banyak kak🥰
total 1 replies
MPit Mpit MPit
mampir akuh
Bunda RH: makasih kak
total 1 replies
Siti Tanisah
angger klo udh mulai bahagia ada aja ulet bulu nongol.. lanjut baca lagi nih hihihi
Bunda RH: selingan kak😄
total 1 replies
Siti Tanisah
lanjuuuuuttt baca masih nyimak
Siti Tanisah
mampir Thor
Bunda RH: Terima kasih Kak, semoga suka dengan karya author
total 1 replies
lia rahma
Luar biasa
Susiwisnu
Lumayan
Majotiku
Buruk
Majotiku
Luar biasa
Putri Kesuma
wuahahahahaha.... gak dosa ya kan ngetawain gina
Bunda RH: pahala kak 🤣
total 1 replies
Lismawati Salam
Luar biasa
Lismawati Salam
Lumayan
Azzura 🌸
Suka ceritanya

Tpi Si arif sama tristan di kibulin sama masa lalunya wkwkwk 🤣🤣🤣
Bunda RH: Terima kasih kak
total 1 replies
Azzura 🌸
Bangkeee memang arif
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!