They Are Not Your Baby

Setelah kepergian Ghama Dian Haryadi ponsel Syifa bergetar, nomor tidak lain dan tidak bukan adalah Fira membuatnya langsung menjawab. "Ada apa Fira? Apa ada masalah? Mereka tidak menyusahkan kamu bukan?" Syifa bertanya .

Dia sekedar memastikan apakah ada masalah dengan pertemuan mereka kenapa Fira menghubunginya secepat ini.

"Oh gak masalah, aku nelfon kamu buat nanyain Vina apa dia sudah bangun?"

"Tante Sisi apa itu Mama?" Vina kebetulan mendengar suara dari dalam ponsel Syifa.

Anak kecil itu terlihat sangat ingin berbicara dengan ibunya , Syifa terpaksa memberikan ponsel itu padahal ada hal penting yang ingin dia diskusikan dengan Fira.

Ghama sudah kembali ke perusahaannya dia dibuat terkejut saat memasuki ruangannya Jihan dan Rio berdiri di sebelah kursinya dengan wajah yang pucat.

"Ada apa dengan kalian berdua" tegurnya seraya melangkah masuk melewati pintu, kursinya berputar mata Bisma langsung menghunusnya dengan sangat tajam.

"Bos tolong kami" jihan mengeluh. Tadi pagi setelah kepergian Ghama Bisma datang dan menanyakan Ghama. Mereka sudah berusaha menahan Bisma tapi melawan anak Abra yang menyeramkan itu sulit akhirnya mereka terpaksa jujur.

Keduanya mengatakan segalanya kepada Bisma prihal vidio dan foto yang Ghama bawa untuk menemui Syifa.

"Kamu baru saja keluar dari rumah sakit kalau Mama tahu dia pasti khawatir kamu sudah dilarang keluar rumah 1 bulan" Bisma memijat keningnya, dia pusing melihat kelakuan adiknya.

"Yasudah jangan kasih tahu Mama" Ghama menghiraukan perkataan Bisma dia langsung duduk di kursi sofa. Jihan dan Rio berdiri dibelakangnya.

Bisma jadi berpindah duduk di depan Ghama, mereka berbicara santai seperti biasanya. keduanya memang terkenal akrab dan akur. Ghama menceritakan hal yang tadi terjadi di SDL Collection bersama Syifa. Dia yakin jika Syifa menyembunyikan sesuatu.

"Jadi kamu akan apakan dia?"

"Selidiki latar belakangnya, universitasnya, cari tahu dengan siapa saja dia berhubungan ditahun itu" begitulah rencana Ghama selanjutnya.

"Ternyata kamu sudah dewasa" Bisma tersenyum, setidaknya Ghama saat ini sudah bersikap dengan menggunakan otaknya bukan ototnya.

Kejadian serupa pernah terjadi saat menyelidiki wanita itu Ghama menyekap seorang wanita yang diduga teman Fira. Tapi nihil tidak mendapat apapun malah dihukum oleh papa nya.

"Kalian berdua jaga dia jangan sampai dia melakukan hal aneh lagi" Rio dan Jihan mengangguk paham mereka mengantar kepergian Bisma.

"Mulai selidiki wanita ini aku ingin berita lengkapnya" dia memperlihatkan foto Syifa.

Jadwal kerja Syifa dan Fira tidaklah padat keduanya kini sedang pergi keluar untuk berbicara tentu saja Vina juga diajak tapi bocah kecil itu dibiarkan bermain sendirian.

"Kamu benar-benar gak kenal dia?" Syifa menanyakan tentang Ghama kepada Fira atas kejadian pagi tadi setelah kepergiannya.

"Enggak" wanita itu lekas menggelengkan kepalanya. Dia sangat yakin dirinya tidak mengenal orang yang dimaksudkan oleh temannya itu.

"Sepertinya kamu benar-benar tidak mengenalinya tapi kenapa dia menanyakan kamu bahkan fotonya juga cuma bagian belakang bahu kamu, aku tahu karena dia menunjukkan foto itu" celetuknya.

"Entahlah... mungkin dia salah mengenali orang" Fira malas meladeninya.

Di rumah sakit dokter Ibnu kedatangan tamu yang sangat merepotkan. Ibu paruh baya itu sedang menghujani banyak pertanyaan padanya. Dia menanyakan kebanyakan hal tentang Vino saudara kembar Vina.

"Bu sudah saya katakan anak itu bukan anak saya dia putranya teman saya tugas saya sebagai dokter hanya untuk menjaganya" dokter Ibnu sekali lagi dia menjelaskan hubungannya dengan Vino.

"Oh baguslah bawa aku menemui anak itu" Tiwi meminta Ibnu membawanya menemui Vino.

"Bu anak itu sedikit berbeda , dia sangat pendiam bahkan saya saja kewalahan mengurusnya" Ibnu berusaha menolaknya

Dia menjelaskan jika Alvino Antara adalah anak yang sangat pendiam dan terkenal tidak bicara di rumah sakit itu. Dia sampai dikira bisu hanya karena sang perawat berkali-kali bertanya tapi bocah itu tidak menyahutinya. Tentu saja termasuk Ibnu dia dan Vino hanya pernah beberapa kali bicara.

Mendengar penjelasan dari Ibnu, Wanita bernama lengkap Diandra Pertiwi itu tetap kekeh ingin bertemu Vino. Dokter Ibnu dibuat kehabisan akal untuk menolaknya.

Mereka berdua sudah berada di depan ruangan rawat Vino. Begitu ingin masuk Ibnu dipanggil seorang suster untuk menangani pasien gawat darurat.

"Permisi.." Tiwi melangkah masuk. Pintu kamar Vino memang jarang dikunci agar memudahkan perawat masuk.

Bocah tampan itu sedang tidur langkah pelan Tiwi sudah mendekatinya tapi wajahnya belum terlihat jelas Dimata Tiwi. Begitu mendekatinya lagi langkah Tiwi membuat bocah itu tersadar.

"ibu?" anak itu menatapnya. Dia mengharapkan jika yang datang adalah ibunya tapi ternyata bukan.

"Anda siapa?" Vino bertanya padanya.

"Apa aku membuat kamu terbangun" Tiwi tidak lagi melangkah pelan dia langsung mendekatinya dan duduk di kursi sebelah Vino.

"Tidak" Vino mengacuhkannya.

Melihat tingkahnya Tiwi merasa tidak asing dia seperti pernah melihat anak itu. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya"

Wajah Vino penuh tanya. Dia saja tidak pernah keluar rumah sakit itu bagaimana mungkin pernah bertemu wanita itu.

Mereka terus bicara meski respon Vino tidak baik tapi Tiwi sangat senang dan bahagia. Dia terus-menerus bicara tanpa jeda hingga Vino pusing. Dia menanyakan alamat rumah Fira, bagaimana kondisi Vino?, dia juga menanyakan kapan operasi Vino di jalankan. Begitu banyak pertanyaannya hingga kedatangan Bisma sangat membantu Vino. Bocah malang itu sudah lelah menjawab pertanyaan Tiwi.

"Mama kenapa disini? Kalau bukan karena Ibnu yang telfon Bisma pasti sudah mengira mama hilang.." dia benar-benar terlihat gusar.

Lelaki berparas ganteng itu begitu pulang kerumahnya mendapati ibunya tidak ada. Baru saja dia selesai dengan urusan Ghama sekarang malah ibunya yang bikin dia khawatir.

"Lain kali mama kalau mau pergi harus kasih tahu Bisma biar aku gak khawatir" dia mendekat.

"Iya iya mama paham, kenalin anak ini Vino dia anak yang pintar mama kesini buat ketemu dia" Tiwi memperkenalkan mereka.

Keduanya saling sapa dengan wajah terpaksa.

"Ma ayo pulang, temen papa mau ngajakin kita makan malam diluar tadi papa telfon mama gak angkat" ujar Bisma.

Tiwi akhirnya berpamitan dengan Vino. Mereka sudah pulang kerumah mata Tiwi tertuju pada foto dinding yang sudah berganti.

"Bisma siapa yang mengganti foto ini" dia menyentuhnya.

"Oh itu Bisma yang suruh ma, foto yang kemarin rusak belum selesai dibenerin jadinya aku taruh foto keluarga kita yang lama"

"Ini waktu kalian masih kecil, dulu kalian lucu-lucu sekali sekarang kalian sudah seperti papa kalian"

"Bisma apa ini kamu eh bukan ini Ghama" dia memperhatikan wajahnya dengan seksama. Barulah dia menyadari jika bocah kecil tadi mirip sekali dengan putra keduanya.

"Emangnya kenapa Ma?" Bisma mendekat.

"Kamu coba perhatikan wajah Ghama, dia mirip sekali dengan anak kecil tadi .. Itu loh yang tadi dirumah sakit" Tiwi berusaha membuat Bisma mengingatnya.

"Loh iya Ma, kenapa mirip sekali" Bisma mengingat-ingat wajah Vino dan membandingkan dengan foto adiknya waktu kecil keduanya sangatlah mirip.

...[6]...