NovelToon NovelToon
Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Duda / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Heni Rita

Cinta Devan atau biasa di panggil Dev. begitu membekas di hati Lintang Ayu, seorang gadis yang sangat Dev benci sekaligus cinta.

hingga cinta itu masih terpatri di hari Lintang meski dirinya sudah di nikahi seorang duda kaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heni Rita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tugas Dari Pak Bowo

Berjalan dengan wajah sinis, Ayu mendekati Devan.

“Jadi gini, kerjaan mu tiap hari! Menggoda gadis! Cih!" Ayu meludah untuk kesekian kalinya di depan Devan.

Devan mendengus kasar, tidak menduga. Gadis yang di godanya ternyata Ayu, gadis angkuh.

"Jangan pernah tampakkan wajahmu di hadapanku ya? Jijik aku lihat kamu!" Maki Ayu lagi.

Devan menatap tajam wajah Ayu dari balik kaca mata hitamnya.

"Dasar buaya darat! Jangan pikir semua gadis bisa kamu bohongin ya?"

Jantung Devan mau meledak mendengar ocehan dan hinaan yang terlontar dari mulut Ayu.

Di diamkan malah ngelunjak, habis sudah kesabaran Devan. Mulut kasar Ayu tidak bisa ia biarkan begitu saja.

Devan tidak merasa punya dosa pada Ayu, yang dia sakiti Sania bukan Ayu. Tapi kenapa Ayu yang justru secara terang terangan memperlihatkan seolah gadis yang Devan beri gelar Mak lampir itu jadi korban yang tersakiti olehnya.

Tentu saja Devan lama-lama jengkel dengan prilaku tidak sopan Ayu, di jalanan berani membentak Devan tanpa melihat banyak orang lalu lalang lewat di depan mereka.

Apa gadis itu tidak sadar! Kalau prilakunya jadi pusat perhatian orang orang yang kebetulan melihat aksi kasarnya.

"Dasar penjahat kelamin! Aku doain kamu biar di samber gledek!" Ayu memojokkan Devan tiada henti. Membuat rahang Dev mengeras, bahkan kedua tangan Devan sudah mengepal di kedua sisi tubuhnya.

Devan sengaja diam, enggan melawannya. Tapi bukan berarti Devan takut menghadapi Ayu, Devan masih menghargai gadis itu. Devan tidak mau di sebut banci karena bertengkar dengan gadis kampungan seperti Ayu, yang minim etika kurang gaul dan bodoh.

Hanya ada satu cara agar mulut gadis itu berhenti mengoceh.

"Pergi! Jangan ikuti aku, dasar muka Badak! Gak punya ma_"

Sebelum Ayu menyelesaikan kalimatnya, Devan raih pinggul Ayu.

"Kau?" Ayu berusaha melepaskan tangan Devan yang memegang pinggulnya dengan kuat.

Devan lalu mencium paksa bibir Ayu dengan kasar.

Ayu meronta.

Setelah puas, Devan jorokkan tubuh gadis arogan itu hingga tubuh mungil itu terjerembab menyentuh aspal jalanan.

Ayu membelalak sambil menyusut bibir mungilnya.

Bukannya iba melihat Ayu, Devan malah terkekeh menertawakan ketidakberdayaan Ayu.

"Kalau suka sama saya bilang terus terang!" Sindir Devan sambil pergi berlalu meninggalkan Ayu yang terduduk di jalanan.

"Kurang ajar kau Doniiiii!" Pekik Ayu.

"Hahahaha ..." Hati Devan puas karena sudah ngerasain bibir ranum milik gadis yang sangat ia benci.

Dengan melecehkannya. Devan yakin, gadis itu kapok dan tidak akan menghina dan mencacinya lagi.

Ayu harus di beri pelajaran yang setimpal. Devan tidak peduli kalau suatu hari Ayu melaporkan tindakan mesumnya pada pihak berwajib. Dan jika itu terjadi, Devan akan beberkan perlakuan kasar Ayu, karena gadis itu sering menginjak-injak harga dirinya.

Ayu menangis sesegukan.

"Awas kamu Doni! Aku akan balas perbuatanmu!" Caci Ayu sambil merapihkan rok seragamnya.

*****

Tiba di kantor. Devan bersiul riang, dirinya tidak menyangka bisa seberani itu mencium gadis angkuh seperti Ayu.

Bahkan Devan masih merasakan hangatnya bibir Ayu saat ia cium tadi.

Devan senyum-senyum sendiri kalau ingat itu.

"Pak Dev." Tiba tiba seseorang menepuk bahunya dari belakang.

Sontak Devan yang sedang menghayal kejadian tadi pagi, terlonjak kaget.

"Duh! Pak Iwan, bikin kaget saja!" Devan mengerat dada.

"Ada apa sih Pak. Saya perhatikan dari tadi pak Dev senyum senyum sendiri, pasti dapat korban baru ya?" Sindir Pak Iwan.

Bukan rahasia lagi, kalau teman sekantornya sudah mengetahui sifat buaya Devan.

"Ah ...Bapak bisa aja," kata Devan sambil menguar rambutnya.

Pak Iwan lantas menyeret kursi kantornya dan duduk di samping Devan yang tengah pokus melihat laptop.

"Si Bos manggil tuh, bapak di suruh menghadap," bisik Pak Iwan.

Kening Devan mengerut.

"Serius? Saya di suruh ke sana?"

"Kok bapak kayak kaget gitu Pak?"

Devan mengusap kasar wajahnya, setahunya. Kalau atasannya memanggilnya pasti ada pekerjaan penting yang harus ia kerjakan.

"Sial! Pasti si Bos nyuruh lembur!" Devan bicara pada diri sendiri, kesal.

"Ayo sana temui si Bos."

Devan menghela nafas panjang.

"Baiklah." Setelah mematikan layar laptopnya, Devan lalu pun beranjak dari duduknya.

"Pak! Ingat ya?" Pak Iwan menepuk pundak Devan.

"Ingat apa Pak?"

"Pak Dev ini pura pura lupa, itu yang barusan saya katakan."

"Yaelah Pak! Kaya gak tahu si bos, orang pelit gitu."

Pak Iwan terkekeh.

Sebelum menghadap Pak Bowo atasannya, Devan merapihkan kemejanya terlebih dahulu agar tidak kena omelan Pak Bowo yang sering protes dengan penampilan para karyawannya.

"Pak!" Seseorang memanggil Devan.

Dev langsung menoleh.

"Eh Pak Indra," sapa Devan ramah.

"Pak, Bapak mau menghadap Pak Bowo ya?"

"Iya Pak."

"Saya dengar putri Pak Bowo ada sini," ujar Indra salah satu teman satu divisinya Devan.

Devan bekerja di sebuah perusahaan Besar yang bergerak di perusahaan teknologi yang ternama.

Perusahan tempatnya bekerja termasuk dalam 10 besar perusahaan terbesar di kota Bandung, yang banyak dikunjungi di Indonesia, dan beberapa bulan ini berada di peringkat ke 7.

Posisi Devan di perusahaan ini adalah sebagai senior business development setelah 6 tahun lebih bekerja semenjak lulus sekolah. Menerima gaji yang cukup besar di sana dan juga lingkungan kerja yang nyaman dengan atasan yang baik, tak membuat Devan berminat mencari pekerjaan di tempat lain.

Sebelumnya, Devan memiliki seorang Bos yang sangat baik dan loyal kepada karyawan. Pak Bambang, pria berusia 50 tahun itu tiba-tiba saja mengatakan bahwa dia mengundurkan diri menjadi pekerjaannya dan akan digantikan oleh keponakannya. Devan saat itu dan beberapa karyawan lainnya tentu saja sedih ditinggal pemimpin seperti itu.

Bos baru yang bernama Bapak Bowo tidak sebaik Pak Bambang. Tapi, mereka masih ada hubungan persaudaraan.

"Hah! Putri Pak Bowo ada di sini?"

"Tadi Bu Yuki bilang ke saya, kalau putri Pak Bowo ada di kantor ini."

Devan menarik nafas.

"Wah ...ada putri si Bos, pasti cantik ..." Guman Devan.

"Eh, tapi dengar- dengar, Putri Pak Bowo itu cantik loh, Pak."

"Ya rata-rata putri Bos memang cakep Pak."

Indra memutar bola mata. Teman kerja nya yang bernama Devan ini, jika sudah membahas perihal wanita cantik, dia paling menggebu-gebu.

"Kita bisa kerja sambil cuci mata deh setiap harinya," lanjut Devan lagi.

"Kamu aja Pak, aku enggak."

Indra mencibir.

"Bapak mah payah. Nggak seru kalau diajak bahas Wanita cantik. Aku heran, Bapak suka sama wanita nggak, sih?"

Indra melotot tajam.

"Sembarangan kalau ngomong!"

"Habisnya Bapak kayak nggak semangat gitu kalau aku lagi bahas wanita. Bapak betah amat jadi jomblo, udah berapa tahun, sih? Keburu tua nanti," ledek Devan.

"Saya ini masih 24 tahun dan imut-imut gini. Lebih muda 4 tahun dari pada kamu malahan.

“Iya deh, yang baby face.”

Bahri yang sedari tadi mendengar percakapan Devan dan Indra, langsung beranjak dari kursi.

"Lihat Pak, ke arah pintu masuk! Pantesan heboh banget." Bahri menyenggol lengan Indra dengan mata yang terarah ke pintu utama.

Ada dua ruangan yang saling berhadapan di lantai itu, seperti lantai-lantai lainnya di Gedung itu. Dan perusahaan tempat Devan bekerja sekarang, telah memiliki 2 lantai secara resmi, tanpa menyewa dari pihak gedung. Divisi marketing dan pengembangan, ada di lantai 2 sebelah kiri. Terdapat 3 ruangan di sana yaitu, ruangan Atasan , HRD dan divisi marketing yang merupakan ruangan bebas tanpa sekat. Sedangkan di sebelah kanan lantai ini, ada bagian finance dan accounting, ruang meeting serta bagian IT. Dan di lantai 3 terdapat bagian operational dan logistik serta customer service.

"Apaan, sih?" tanya Indra tak begitu berminat.

Kening Devan mengerut.

"Itu putri si Bos. Pak, gila… cantik banget!"

Devan acuh tak acuh, pura pura tidak menanggapi.

"Lihat dulu, Pak!" Bahri tampak antusias sekali, tapi tidak dengan Indra.

"Ssttt ...berisik." Devan menyela.

"Dia jalan ke dekat sini, mau masuk ke dalam ruangannya."

Devan pun memutar kepala hanya karena tak ingin Bahri yang terus-terusan berisik mengguncang lengannya saking hebohnya. Seketika, mata Devan melebar saat mendapati seorang wanita yang berjalan ke arah mereka bertiga.

Tanpa bisa dicegah, hati Devan membuncah seketika. Sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman. Di saat yang sama gadis cantik itu juga menoleh pada Devan, dia tampak terkejut. Devan tersenyum manis kepadanya. Namun, siapa sangka kalau gadis berparas cantik itu berjalan begitu saja melewati Devan tanpa membalas senyumannya.

Senyum Devan luntur seketika.

"Kalau anak si Bos kerja di sini, aku bakalan betah di kantor lama-lama," ucap Bahri sambil senyum-senyum.

"Gimana menurut kamu, Pak? Putrinya si Bos cantik banget, 'kan?"

Devan enggan menjawab.

Devan tidak fokus lagi dengan ocehan Bahri selanjutnya, karena pikiran Devan langsung beralih pada Bapak Bowo atasannya.

Barusan putrinya masuk ke ruangan Pak Bowo, di dalam sana. Devan bisa memandangi gadis itu sepuasnya.

Berjalan perlahan Devan masuk ke ruangan Pak Bowo.

Baru saja Devan hendak masuk ke dalam. Devan mendengar Pak Bowo sedang bicara dengan putrinya.

"Kuliah yang bener! Jangan maen cowok melulu!"

"Loh, Papi ini gimana sih? Wajar dong Dela di deketin cowok."

"Nabila! Kalau Papi beri nasehat dengarkan baik-baik!"

Nabila tersenyum kecut.

"Pastinya. Aku akan belajar lebih rajin supaya cepet lulus dan bisa kerja sama Papi di kantor ini. Kalau soal lelaki yang deketin, nggak akan ada yang mampu meluluhkan aku selain David."

"David? Siapa lagi David.

"Ehem!" Devan berdehem memecah percakapan Nabila dan Pak Bowo.

Pak Bowo dan Nabila langsung menoleh ke arah Devan.

"Eh, Pak Dev. Sini masuk Pak, kenapa berdiri di sana? Ayo kemari Pak!" Titah Pak Bowo.

Nabila menatap Devan.

Devan menunduk hormat ke Pak Bowo, tanpa melirik gadis berparas cantik yang berdiri tepat di samping atasannya.

"Pi, Dela pergi dulu ya?"

"Iya sana! Awas jangan pulang larut malam ya?"

"Baik Pi." Setelah mencium punggung tangan ayahnya, Nabila pergi sambil menatap wajah Devan sekilas, lalu dengan tergesa gadis itu pergi meninggalkan ruan kerja ayahnya.

"Bye Pi!" Nabila melayangkan sun jauh pada ayahnya, tapi matanya melirik Devan.

Tentu saja Devan jadi salah tingkah.

"Genit juga dia," umpat Devan dalam hati.

"Ayo duduk Pak." Pak Bowo mempersilahkan Devan duduk.

Devan mengangguk patuh.

"Begini Pak Dev, selama tiga hari Bapak mau pergi ke Solo. Jadi Bapak minta Pak Dev mau menyelesaikan tugas Bapa selama tiga hari ke depan."

"Ba- baik Pak." Yang ada di pikiran Devan tenyata benar, pria berkumis tebal ini pasti membebaninya setumpuk pekerjaan.

"Tugas ini boleh di kerjakan di rumah."

"M-maksud bapak?"

"Bapak akan berikan Pak Dev cuti selama tiga hari, dengan catatan, setelah saya pulang dari Solo. Tugas ini harus sudah selesai. Gimana pak? Apa Bapak Dev bersedia?"

"Siap Pak!" Tegas Devan.

Siapa yang menolak, di beri cuti selama tiga hari, dengan begitu Devan bisa nyantai di rumah sambil mengerjakan tugas dari Pak Bowo.

"Wah, beruntung kau Dev ..." Devan bicara pada dirinya sendiri.

"Ok. Bapak harap kamu kerjakan tugas ini dengan baik." Pinta Pak Bowo sambil menyerahkan beberapa berkas ke tangan Devan.

"Saya akan kerjakan tugas ini dengan baik." Tegas Devan.

"Baiklah, pak Dev boleh kerjakan tugas ini hari ini."

"Hari ini Pak?"

"Iya hari ini. Bapak boleh pulang, kerjakan saja di rumah ya?"

"O. Ba- baik Pak!"

Setelah pamit pada Pak Bowo, Devan pun pergi dari sana.

1
Abel_alone
tetap semangat 🌹🌹🌹🌹
Luna Sani: Terima kasih kak ..🙏😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!