Diam-diam Cinta

Dirga lalu menempelkan bibirnya dengan bibir milik sang istri, menciumi istrinya itu dengan lembut.

Melalui lumatan kecil hingga lama-kelamaan ciuman itu semakin dalam. Terlihat, tatkala Dirga yang kemudian memiringkan kepalanya, memperdalam ciuman diantara mereka.

Dirga mengabsen setiap deretan pagar gigi milik wanita itu, cukup lama sampai akhirnya ia melepaskan ciuman itu saat nafas diantara keduanya mulai menipis.

Ciuman Dirga pun lalu turun, meninggalkan jejak kissmark di leher jenjang milik sang istri.

Entah sejak kapan, tetapi yang pasti Tiara sudah tidak lagi berbusana saat ini. Gerakan pria itu tampak sang cepat, bahkan Tiara saja tak sadar kapan dirinya bisa begitu.

Dirga lalu menegakkan tubuhnya sebentar, melepas semua helaian benang yang ada ditubuhnya.

Pria itu lalu meninggalkan jejak kiss di kedua buah gundukan favorit milik sang istri, mengisapnya hingga membuat tanda kemerahan tercetak jelas di sana.

Desahan kecil yang keluar dari mulut Tiara membuat gairah di dalam diri Dirga mulai membara.

Ia mengarahkan tangan Tiara untuk ke arah bawah, memegang dan memainkan miliknya yang sudah menegang di sana.

"Ahh .. ahh .. "

Keduanya saling mengeluarkan desahan mereka, merasakan kenikmatan yang tidak bisa keduanya jelaskan dengan kata-kata lagi.

Permainan Tiara membuat Dirga cukup terbuai, tak sabar lagi untuk menyampaikan semuanya hingga puncak sesungguhnya.

Remasan pada kedua gundukan itu membuat Dirga semakin merasa kenikmatan yang tak bisa dituliskannya dengan kata-kata lagi.

"Good, Sayang. Kamu memang yang terbaik."

Dirga menggenggam tangan sang istri, memindahkannya ke lehernya.

Ia lalu menindih tubuh sang istri, menggesekkan miliknya di sekitar area kepemilikan Tiara.

"Kita mulai ya, Sayang."

Dirga berbisik ditelinga wanita itu, mendapati anggukkan kecil dari Tiara sebagai balasan.

Keduanya sama-sama telah diselimuti dengan nafsu dan gairah yang tak tertolong lagi.

Perlahan namun pasti, Dirga mulai memasuki miliknya ke dalam milik Tiara, menggoyangkan pinggulnya pelan untuk memancing desahan kecil ditelinga wanita itu.

Lama-kelamaan, permainan Dirga mulai berubah, tempo yang dimainkan Dirga mulai mengencang.

"Ah .. ahhh .. "

Keduanya saling menyalurkan rasa kenikmatan, tak bisa dijelaskan oleh kata-kata apapun lagi selain desahan semata.

Gejolak nafsu telah menyelimuti keduanya.

Mereka terus melakukan penyatuan itu, saling memberikan kenyamanan.

Suara penyatuan yang mengisi seluruh sudut kamar mereka itu terdengar jelas, menimbulkan decitan pada ranjang yang mereka tempati.

"Ah .. Mas .. "

Tiara merasakan dirinya yang sudah akan sampai pada puncaknya, membuat Dirga semakin mempercepat gerakannya agar keduanya sama-sama keluar diwaktu yang sama.

"Bersama, Sayang."

Setelahnya, Tiara bisa merasakan rasa hangat tertanam di dalam rahimnya. Dirga tampak kelelahan, masih berada diatas tubuh Tiara dengan posisi kepemilikan keduanya yang masih saling menyatu.

"Terima kasih, Sayang." Dirga berbisik, menyembunyikan wajahnya diceruk leher sang istri.

Pria itu, terlelap dengan terus dalam pelukan istrinya.

**

Pagi harinya.

Baru saja tiba di ruang kantornya, Tomi menerima panggilan telefon dari Pak Seno. Ia segera menuju ke ruangan pimpinan tertinggi di Abraham Group itu.

“Pagi Tuan,” sapa Tomi menunduk hormat.

“Jelaskan ini padaku! Aku tahu kau mengetahuinya, tidak mungkin Dirga hanya melakukan kebohongan ini sendirian!” Pak Seno melempar sebuah map berwarna biru. Di dalamnya ada surat perjanjian pernikahan antara Tiara dan Dirga.

“Apa ini Tuan?” Tomi mendapat firasat buruk. Dan Dirga, sang aktor utama dari rencana pernikahan kontrak baru akan datang ke kantor siang nanti.

“Jangan pura-pura tidak tahu. Aku yakin ini semua ulahmu dan Dirga, bagaimana kalau istriku tahu! Dia pasti akan sangat kecewa jika mengetahui pernikahan Dirga dan Tiara hanya pernikahan bohongan!” Pak Seno lebih terlihat kecewa daripada marah.

“Maaf Tuan, aku tahu aku salah! Maaf membuat Anda kecewa tetapi aku tidak bermaksud melakukannya! Saya hanya ingin melakukan yang terbaik untuk Tuan Dirga, saya pikir seiring berjalannya waktu Tuan Dirga akan jatuh hati dengan Nona Tiara dan akan membatalkan kontrak pernikahan!” jelas Tomi terbata.

“Omong kosong apa! Kamu dan Dirga sama saja! Aku tidak mau kalau istriku sampai tahu! Ini tanggung jawab kalian!”

“Saya sedang berusaha Tuan, saya yakin sebelum kontrak pernikahan ini selesai baik Tuan Dirga maupun Nona Tiara akan saling jatuh cinta dan membatalkannya. Aku janji!” Tomi nyaris bersimpuh di hadapan Pak Seno. Seharusnya, sejak awal ia tidak perlu menyetujui keinginan Dirga, karena sekarang ia ikut menerima getahnya.

Pak Seno mendengus kesal.

“Kamu fokus saja ke pekerjaan! Bagaimanapun, proyek pembangunan taman kota harus jatuh ke tangan kita! Mulai sekarang kamu tidak usah memedulikan Dirga, dia bukan anak kecil lagi! Urusi saja pekerjaan, biar dia belajar mengurus kehidupan pribadinya sendiri!” titah pemilik jabatan tertinggi Abraham Group itu.

“Baik Pak!”

“Satu lagi, suruh orang untuk mencari latar belakang Tiara!” pintanya. Dengan mudah Pak Hadi akan memaafkan Tomi. Namun, tidak dengan Dirga. Dia akan mendapat hukuman karena sudah membohongi kedua orang tuanya.

“Iya Tuan, selama ini saya sudah berusaha dan akan terus berusaha mencari tahu mengenai asal-usul agar bisa bertemu dengan orang tua atau salah satu saudara Nona Tiara.

“Bagus.”

Pak Seno mangut-mangut, rasa kecewanya pada Tomi sedikit berkurang.