Cinta Jingga

"Jadi kapan berangkat?" tanya ulang ayah Jingga

"minggu depan om" jawab Jimmi

"ngga berat ninggalin?" tanya ayah Jingga sambil melirik Jingga. Jingga masih cuek mengerjakan skripsi nya.

"pasti om, tapi saya akan segera menyelesaikan nya dan segera kembali lagi"

"kenapa ngga di nikahi aja" ucap ayahnya tiba². Jimmi dan Jingga kaget mendengar ayah nya bicara seperti itu.

"ayah!" panggil Jingga agak keras.

"loh kenapa? Masalah nya dimana?, kalian tinggal daftarkan saja pernikahan kalian"

"terus gimana kehidupan kami setelah nikah? Jimmi masih kuliah aku pun masih kuliah, Jimmi belum memiliki pekerjaan yah, aku ngga mau setelah nikah kita masih jadi beban orang tua" ucap Jingga

"kamu ngga percaya sama Jimmi dia bisa menghidupimu?" ucap Ayahnya

"maksudnya?" Jingga bingung dengan pertanyaan ayahnya.

Sementara Jimmi masih diam, dia bingung harus bereaksi gimana, dia memang niat akan menikahi Jingga, tapi tidak secepat ini karena dia takut ditolak oleh Jingga, mereka baru sebulan ini menjalin hubungan. Sebenarnya orang tua Jimmi pun sudah menyarankan untuk segera bertunangan dengan Jingga, tapi Jimmi tidak berani melangkah sejauh itu dan kini justru ayah Jingga menyuruhnya untuk menikahi anaknya.

"saya memang niat menikahi Jingga tapi tidak secepat ini"

"kenapa hanya niat, segerakan saja" ayah Jingga sangat bersemangat.

"saya takut om" ungkap Jimmi

"takut apa?"

"takut ditolak Jingga"

Jingga benar² tidak menyangka mendengar jawaban Jimmi.

"aku belum selesai kuliah, kenapa harus buru² sih?"

"kamu rela dia diambil orang jepang?" tanya ayahnya becanda.

"coba aja kalau berani, ngambil punyaku!" jawab jingga emosi. Jimmi mendengar itu tertawa senang.

"kamu belum menikah dengannya, jadi dia bukan punyamu, yang sudah nikah aja bisa diambil orang, contohnya punya ayah" ayah nya masih mencoba membujuk Jingga.

"Kami pelan² saja om, saya ngga mau memaksa Jingga". Ucap Jimmi dengan senyumnya yang lembut.

"yakin kalian? 2 tahun loh, itu juga bisa lebih?"

"kenapa sih Ayah ingin aku cepat menikah?"

"karena ayah ngga mau calon mantu ku ngabur gara² calon istri nya judes" Ayahnya masih bercanda dengannya

"ayaaaahh" Jingga kesal.

" ya sudah terserah kalian saja, tapi kalau kalian berubah pikiran bilang ke ayah ya" akhirnya ayahnya menyerah. " ya sudah kalau gitu, ayah mau istirahat dulu dikamar, kalian ngobrol lah, siapa tau nanti waktu ayah bangun tidur kalian sudah berubah pikiran". Ayahnya pun beranjak dari sofa dan menuju kamar.

Jimmi pun beranjak dari sofa nya untuk pindah tempat duduk disamping Jingga "Kenapa ngga bilang kalau ayahmu datang?" tanya Jimmi

"Dia juga ngga bilang aku kalau mau datang " ucap Jingga.

"setidaknya tadi pas aku menelponmu kamu memberi tahuku, agar aku bisa membawakan sesuatu untuk ayahmu"

"ngga usah repot², kaka ada yang dirahasiakan dari ku?" tanya Jingga

Jimmi mengeryitkan dahinya, dia bingung dengan pertanyaan Jingga.

"ayah bilang tadi kamu bisa menghidupiku kalau kita nikah, maksudnya gimana itu?"

Jimmi tersenyum dan membelai rambutnya "aku memang punya perusahaan kecil yang masih aku kembangkan, aku baru memulainya setengah tahun yang lalu, makanya kenapa aku mengambil beasiswa di jepang itu karena terkait dengan perusahaanku ini dan untuk penghasilannya jika hanya untuk membiayai mu hidup lebih dari cukup" jelas Jimmi

"kenapa kakak ngga pernah cerita ke aku?"

"kamu ngga pernah nanya ngapain aku cerita, nanti kamu bilang aku pamer".Jimmi tertawa kecil. "jadi gimana?? Kamu mau berubah pikiran?" tanya Jimmi bercanda.

Jingga menggeleng kan kepalanya " tetap aja setelah nikah kamu pergi dan aku tinggal disini, aku mau nya itu ikut kamu"

" atau setelah kamu wisuda kita langsung menikah saja gimana, jadi kamu ngga perlu nunggu aku selesai S2, setelah nikah kamu ikut aku ke jepang?"

Jingga menatap Jimmi " kaka serius?"

" aku selalu bilang, aku ngga pernah main² soal hubungan ini, aku ingin membicarakan soal pernikahan dengan mu tapi aku pikir ini masih terlalu dini untuk kita bicarakan karena hubungan kita baru aja dimulai dan aku takut kamu menolak lalu menghindari ku"

"ayo bantu aku ngerjain skripsi biar aku cepat menyelesaikannya dan menikah denganmu"

Mata Jimmi berbinar mendengar Jingga bicara seperti itu, tanpa ragu dia memeluk erat pacarnya tersebut, Jingga pun membalas pelukan Jimmi.