Setiap manusia punya jalan kisah cinta sendiri, dimana ia tidak dapat memilih dengan siapa dan dimana Allah menyuratkan episode perjalanan kita.
Begitupula yang Aliza alami, ia tidak pernah menyangka jika sosok yang diam-diam ia kagumi teryata menaruh hati yang sama bahkan berniat menikahinya. Gus Asfhan Syarfiq Al Ghazali, putra Kyai Nya, yang menarik hati Aliza.
Tetapi, teryata sang maha cinta memiliki takdir lain dimana Aliza harus kehilangan Asfhan, namun tanpa di sangka Asfhan meninggalkan pesan kepada Alfhan untuk menikahi Aliza.
namun perjalanan mereka tak semulus yang di bayangkan di mana berbagai lika liku mengguncang hubungan Meraka.
hingga kedatangan pak Rahmad yang membuka semua rahasia dan merubah kebahagiaan mereka, bersama fitnah tentang kematian Sang pengasuh Ponpes Abu Abbas, hingga membuat Alfhan membenci Aliza.
Namun, di balik semua luka, sebuah kata masih terpatri di hati Aliza, bahwa dia tetap mengakui Alfhan sebagai suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anafitrotun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua puluh Tiga
15 menit berlalu dan Aliza masih terisak di pelukan Alfhan. Sesekali Alfhan terlihat mengecup pelan kepala Aliza.
"Sayang," panggil Alfhan mengangkat kepala Aliza lalu menangkup pipinya.
"Udah ya nangisnya," ujar Alfhan mengusap air mata Aliza yang menunduk.
Aliza masih merasa berat melihat Alfhan, rasa bersalah seakan menekan perasaanya.
"Ma-af," bisik Aliza di tengah Isak tangisnya. Alfhan hanya tersenyum menggenggam tangan Aliza.
"Kamu nggak salah sama Aku,"
"Tapi kamu kaya gini gara-gara aku__"
Alfhan menyentuhkan telunjuknya di bibir Aliza.
"Kamu nggak salah sayang, ini takdir,"
Ucap Alfhan lembut merubah posisinya menjadi duduk lalu memeluk Aliza.
"Kamu nggak salah sama Aku tapi salah sama Abah, minta maaf ke Abah ya," Alfhan mengusap kepala Aliza lalu melihatnya dalam.
"Minta maaf ya sayang," lanjut Alfhan dan Aliza segera memeluknya erat.
"Maaf in aku Mas," bisik Aliza dan bulir air mata luruh dari mata Alfhan.
"Iya, minta maaf sama Abah, aku tidak ingin gagal mendidik kamu," ucap Alfhan membuat Aliza terpaku karena tidak menyangka Alfhan mengatakan itu.
"Kamu__"
"Cukup aku yang jelek Za, jangan kamu," potong Alfhan mengusap kepala Aliza. Aliza memejamkan matanya lalu mengangguk.
"Makasih Fhan," bisik Aliza melihat Alfhan yang menarik bibir Aliza dengan telunjuk dan jempolnya.
"Senyum," bisik Alfhan dan Aliza tersenyum menyeka air matanya melihat Alfhan yang diam melihatnya.
...****************...
Di ruang pribadinya Kyai Azzam duduk berhadapan dengan Bu Azni. Sudah 15 menit mereka saling diam di ruangan itu.
"Maafin Abah Ummah," ucap Kyai Azzam melepas kacamatanya.
Bu Azni hanya diam cairan bening menggenang di matanya. Di usapnya pelan cairan itu lalu netranya melihat Kyai Azzam.
"Ummah yang minta maaf jika Abah merasa kita gagal mendidik Alfhan, tapi Ummah minta Bah, jangan sakiti Alfhan seperti itu,"
"Tapi Ummah dia__"
"Dia memang sudah mengecewakan Abah, dia juga tidak seperti Asfhan tapi dia anak kita Bah, kita yang membesarkan dia," potong Bu Azni melihat Kyai Azzam yang hanya bisa diam menunduk.
"Apa yang membuat Abah begitu membenci Alfhan? Apa karena dia bukan__"
"Tidak!, Bagi Saya semua anak Saya!" potong Kyai Azzam melihat Bu Azni.
"Lalu apa Bah?"
Kyai Azzam menghela nafasnya berat.
"Abah merasa gagal menjaga Amanah Luqman," ucap Kyai Azzam yang di susul Isak tangisnya.
"Abah tidak pernah gagal, hanya semua butuh waktu,"
"Lalu kapan waktu akan membuka semuanya?"
Kyai Azzam menatap dalam Bu Azni yang menggeleng.
"Jangan Bah, biar waktu itu sendiri yang membuka dirinya, jangan kita, Ummah tidak mampu jika harus melihat itu semua," ujar Bu Azni mendekati Kyai Azzam lalu menggenggam tangannya.
"Jangan jadikan aku seperti Dewi Kunti yang harus menahan lara karena anaknya harus kluar dari istana Amarta karena perjanjian permainan dadu, karena jika Waktu itu tiba Aku akan menjadi Permadi yang merelakan Cintanya di ambil oleh Kurawa,"
"Siapa Kurawa itu Ummah?" tanya Kyai Azzam melihat manik mata istrinya.
"Diri Alfhan sendiri karena jika ia tau kebenarannya dia pasti akan membawa dirinya sendiri pergi,"
...****************...
Aliza melihat suasana ndalem yang terasa sepi. Kyai Azzam dan Bu Azni masih berada di ruang pribadi mereka dan Aliza belum berani untuk mengganggu mereka.
Aliza memilih duduk di tepi kolam ikan di samping rumah. Mata indahnya melihat beberapa ekor ikan Koi yang berenang lincah.
Tanpa menyadari Kyai Azzam dan Bu Azni yang berdiri di belakangnya.
"Nduk," sapa Kyai Azzam dan Aliza segera menghampirinya.
"Abah," ucap Aliza meraih tangan Kyai Azzam lalu menciumnya.
" Aliza minta maaf Abah, Maaf Aliza sudah membentak Abah," ujar Aliza dan Kyai Azzam tersenyum mengangkat pundak Aliza lalu memeluknya.
"Abah sudah memaafkan kamu nduk, Maafkan Abah juga ya," Kyai Azzam tersenyum melihat lekat wajah Aliza lalu mencium keningnya, mengugurkan segala rasa bersalah Aliza.
"Maafkan Mas Alfhan juga nggeh Bah," ucap Aliza yang hanya di balas anggukan oleh Kyai Azzam.
"Sudah kamu temani saja suami ya Nduk, kasihan dia kalau di tinggal sendiri," timpal Bu Azni melihat Aliza yang mengangguk lalu berpamitan naik ke kamarnya.
...****************...
"Assalamualaikum,"
"Walaikumsalam," sahut Alfhan menutup bukunya lalu melihat Aliza yang berjalan lalu duduk di sampingnya.
"Udah minta maafnya?" tanya Alfhan mengusap kepala Aliza yang mengangguk.
"Pinggul kamu gimana?" tanya Aliza melihat Alfhan yang menyetuh pinggulnya.
"Mendingan, makasih ya sayang," Alfhan tersenyum mengusap tangan Aliza.
"Buat?"
"Kebaikan kamu tadi, coba kalau kamu nggak ngasih uang ke bapak penjual itu mungkin kita nggak ketemu lagi Za," Alfhan tersenyum mengusap pipi Aliza yang tersenyum menggenggam tangannya.
"Makasih kembali buat kamu Mas,"
"Mas?" Alfhan menatap Aliza heran karena tiba-tiba saja ia memanggilnya dengan panggilan itu.
"Iya, Aku pingin belajar sopan ke kamu," ujar Aliza yang di balas tawa pelan Alfhan.
"Nggak kebalik, harusnya aku yang belajar sama kamu," Alfhan menepuk pipi Aliza.
"Ya udah kita belajar sama-sama aja,"
Aliza menyentuh tangan Alfhan yang tersenyum.
"Syiap sayangku," Alfhan bergaya hormat yang segera mendapat pukulan pelan Aliza di lengannya.
"Akh, sakit sayang," keluh Alfhan meringis pelan dan Aliza segera mengusap Pundak Alfhan
"Maaf in," ucap Aliza khawatir yang di balas senyuman lebar Alfhan.
"Pijitin sayang, badanku rasanya sakit semua," ucap Alfhan yang di balas krucutan mulut Aliza.
"Iya," ucap Aliza mulai memijat pundak Alfhan yang tersenyum puas.
...****************...
semangat terus nulisnya kakak😁/Smile/
bisa gak si it adi pa haji di karungin dulu
semangat nulisnya kakak☺