Lima tahun bukan waktu yang sebentar bagi Naila untuk tinggal satu atap dengan mertua nya. Terlebih mertua nya selalu saja menghina diri nya lantaran tak kunjung hamil.
Hingga ia harus menerima kenyataan bahwa suami nya harus menikah lagi agar bisa mendapatkan keturunan.
Namun, saat ia memilih pergi dan bercerai dengan suami nya ia harus menerima kenyataan bahwa diri nya tengah mengandung benih dari suami nya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pusphaa_sariiyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Keputusan dari sang hakim telah sah. Naila dan Al di nyatakan resmi bercerai. Seminggu setelah nya, masing-masing sudah bisa mengambil akte cerai nya.
"Alhamdulillah ya Mas, sekarang aku senang kamu sudah cerai dari wanita itu. Dan aku harap kamu melupakan nya untuk anak kita." Sengaja Monalisa berkata demikian, agar dapat di dengar oleh Naila, bahwa diri nya benar hamil anak dari baru saja bergelar mantan suami.
Tetapi, Naila acuh dengan perkataan wanita yang berada di samping pria yang pernah mengisi hati nya. Sesakit apa pun yang di rasakan nya, ia berusaha untuk terlihat tenang.
"Huuuuhhh..... Untung saja anak ku mau mendengar ucapan ku. Ngak sabar dah pengen nimang cucu." Timpal Rossa menatap sinis kepergian Naila.
"Mah, sudah lah. Jangan buat masalah terus. Lagian pula kita sudah pisah." Ucap Al. Namun ia merasakan sesak di dada nya. Diri nya hanya terlalu mengikuti ego saja. Tanpa ia sadari bahwa ia menyakiti diri nya juga. Bukan hanya menyakiti Wanita itu, tetapi ia juga menyakiti perasaan nya sendiri.
Monalisa yang mendengar itu tersenyum bahagia. Lantaran berpikir jika Al, sudah membuka hati untuk nya.
***
Di dalam mobil, Naila kembali menetes kan air mata nya. Diri nya memang terlihat kuat di depan orang-orang. Akan tetapi rapuh jika sendirian tak ada orang di sekeliling nya.
Seperti saat ini, ia kembali rapuh. Hati mana yang tidak sakit jika di hadapkan dengan perpisahan? Naila percaya dengan pepatah petua dulu.
Setiap pertemuan, akan ada perpisahan. Dan perpisahan itu hanya ada dua kemungkinan. Kita yang akan pergi meninggalkan, atau kita yang akan di tinggalkan pergi.
Sama hal nya dengan wanita yang tengah menitihkan air mata nya ini, kini ia harus rela kehilangan sosok pria yang sudah pernah mengisi relung hati nya. Meski pun berat, diri nya harus ikhlas melepas genggaman sosok pria itu bersama wanita lain.
Lamunan Naila seketika buyar lantaran suara getaran panggilan ponsel. Tertera nama Vino asisten babang nya.
Dua kali panggilan ia abaikan. Dengan cepat ia menghapus kembali sisa-sia air mata nya kemudian menjalankan kendaraan nya membelah jalanan.
Sementara di tempat lain, Vino merasa gelisah. Ia takut terjadi apa-apa dengan adik bos nya itu.
"Aduh, kalo begini bisa-bisa aku kena amukan dari si bos. Apa aku susul saja yak ke sana." Gumam nya pelan
Untung saja Vian masih berada di luar kota. Meski pun cuman sehari, tetapi tidak membuat Vino merasa tenang jika tugas nya masih belum selesai.
Seperti ini, Vino di tugas kan untuk menjaga adik bos nya. Diri nya di perintah untuk mengantar jemput Naila kemana pun. Tetapi, Naila merasa tidak nyaman berada di dekat orang lain. Maka dari itu ia pergi sendiri ke kantor pengadilan. Dan itu di iya kan oleh Vino lantaran masih ada beberapa pekerjaan yang di buru nya.
Baru saja hendak melangkah kan kaki nya menuju tempat mobil terparkir, Vino melihat sebuah kendaraan yang ia kenal telah memasuki area parkiran. Seketika seulas senyum terbit di wajah tampan nya.
Di lihat wanita nan cantik itu turun dari mobil. Tetapi ada yang sedikit aneh. Wajah nya terlihat sendu. Dapat di tebak oleh Vino, bahwa wanita yang di lihat nya itu tidak keadaan baik-baik saja.
Biarlah wanita yang di kagumi nya itu menenangkan diri nya sendiri. Yang penting ia sudah menjalankan tugas dari bos nya.
Di dalam kamar, wanita cantik itu tertidur dengan posisi meringkuk di bawah selimut. Dengan mata yang sembab. Hingga sore hari, wanita cantik itu tak kunjung keluar kamar.
🌾🌾🌾
"Alhamdulillah, janin nya sehat dan berkembang dengan baik." Ucap sang bidan.
Pria yang baru pertama kali menemani wanita hamil itu terus mendengarkan sang bidan menerangkan soal kehamilan. Sembari melihat gerakan-gerakan kecil pada layar monitor di depan nya. Beruntunglah diri nya tidak merokok, sehingga janin itu dapat di pastikan sehat tidak kekurangan apa pun sampai lahir nanti.
"Ini saya buatkan vitamin untuk ibu dan janin nya. Di habiskan ya. Bulan depan jangan lupa kontrol perkembangan nya di puskesmas terdekat." Pesan sang bidan nya.
Setelah selesai di periksa, pria itu mengantri obat. Sementara sang istri pamit hendak ke toilet.
"Mas, aku mau ke toilet dulu. Nanti aku nunggu nya di mobil aja ya. Kepala ku pening kalo lama-lama di sini." Manja sang istri
"Baik lah." Ujar nya lalu memberi kunci mobil
Di toilet, Monalisa melepas hajat buang air yang sudah tak bisa ia tahan lagi.
"Ugghhhh... Lega."
Tak lupa ia memperbaiki riasan di wajah nya yang mulai pudar. Di lihat nya pada pantulan cermin diri nya yang sedikit memancar aura cantik. Mungkin saja itu pengaruh kehamilan nya yang terlihat lebih segar lagi.
"Sempurna." Puji diri nya
Kemudian ia segera keluar dari toilet itu menuju mobil.
Bruk..!
"Awwww...." Ringis nya
"Kalo jalan itu pake mata." Hardik wanita hamil itu.
Kemudian pria yang tak sengaja menabrak nya itu membuka masker di wajah nya.
"Kamu..." Tiba-tiba saja tenggorokan Monalisa merasa cekat. Tak mampu berucap lagi, ketika sadar ia pun cepat berlalu. Namun pergelangan tangan nya di cekal oleh pria itu.
"Jangan kabur kamu.!" Seru pria itu
"Beruntung kita di pertemukan di sini. Aku hanya ingin menagih janji kamu saja. Ingat, jika rahasia mu ingin aman semua nya segera lah transfer sesuai janji mu." cicit pria itu
"Sampai kapan pun aku tidak mau di perbudak kamu. Kerja keras dong kamu untuk kebutuhan mu semua. Jangan tau nya hanya meras orang saja." Sungut wanita itu kemudian menghentakan lengan nya hingga terlepas dari cekalan pria itu.
"Jika sampai besok janji itu tidak ada, ku pastikan janin mu itu hilang dengan cara ku sendiri. Kamu tau kan resiko nya jika janin itu tidak ada. Maka kamu akan mudah di tendang dari rumah itu oleh mertua kebangganmu seperti mantan kakak madu mu itu." Senyuman smirk terpampang di bibir pria itu.
Monalisa yang tadi nya ingin pergi mendadak kalap mendengar ancaman pria itu. Segera ia mengeluarkan selembar kertas cek, kemudian menulis nominal nya.
"Puas kamu." Kesal nya, seraya melempar kertas itu
"Hahahaaa.... Ingat, bulan depan jangan pernah telat menunggu ancaman dulu." Pesan pria itu dengan menatap nyalang pada wanita di depan nya.
Setelah mendapatkan nya, pria itu meninggalkan saja wanita tadi begitu saja.
"Aku harus mencari cara agar bisa terbebas dari pria berengsek itu."
Segini dulu ya kak bacanya nanti di lanjut lagi🥰🙏