NovelToon NovelToon
Hidup Yang Tidak Terpenuhi

Hidup Yang Tidak Terpenuhi

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rifaat Pratama

Menganggur selama 3 tahun sejak aku lulus dari Sekolah Menengah Atas, aku tidak mengetahui ada kejadian yang mengubah hidupku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifaat Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

Saat kami berdua melakukan panggilan video, itu membuatku tidak bisa bermain game. Karena walaupun aku mengecilkan layar panggilan video, itu akan menghalangi pandanganku. Jadi aku hanya bisa melihat-lihat sosial media dan mencari sesuatu di internet. Awalnya aku tidak menyukainya, karena saat aku ingin bermain game aku tidak bisa mengatakan bahwa aku ingin menutup panggilan videonya untuk bermain game. Itu terdengar sangat kejam jika aku bayangkan, jadi aku hanya bisa menahannya.

Aku juga tidak memiliki permainan di laptopku, karena laptopku bukanlah laptop yang memiliki mesin yang bagus, jadi bermain game di sana hanya akan merusak laptopku. Selama Melissa menggambar, aku terkadang memperhatikan dirinya, dia tampak berbeda ketika berada di rumah.

Dia mengenakan kacamata seperti seseorang yang memiliki gangguan penglihatan, walaupun aku tidak pernah menanyakan kenapa dia menggunakan kacamata saat menggambar di rumah. Awalnya itu terasa aneh karena saat pertama kali aku melihat dan bertemu dengan dirinya, dia sama sekali tidak menggunakan kacamata. Namun, saat pertama kali melakukan panggilan video aku cukup terkejut.

Aku tidak mengatakan dia aneh atau tidak terlihat cantik ketika menggunakan kacamata. Aku bahkan bisa mengatakan aku menyukai dirinya saat dia menggunakan kacamata itu, dia tampak lebih lucu karena kacamata itu sangat cocok dengan wajahnya.

Setiap selesai menggambar satu papan cerita, dia memperlihatkannya kepadaku, meminta saran dan meminta pertolonganku sebagai pengamat yang melihat karya seninya. Dia selalu menanyakan apa yang kurang, dan saat aku mengatakan bahwa gambarnya sudah bagus dan aku menyukainya, dia tidak akan mengubah apapun.

Kartun web yang Melissa gambar tidak terlalu terkenal, tetapi ada beberapa pengunjung yang selalu menunggunya. Salah satunya adalah aku, aku menanyakan apa judul yang dia gambar saat itu dan dia mengatakannya dengan malu-malu. Sampai saat itu aku selalu membaca kartun web milik Melissa yang dia unggah di sosial media sebagai bentuk dukuganku.

Tidak terasa waktu terbang dengan cepat, hari sudah malam dan waktu menunjukkan pukul 10 malam. Melissa berhenti menggambar dan mendorong tubuhnya ke atas untuk melakukan peregangan karena dia sudah duduk cukup lama di meja kerjanya. Ketika dia melakukan peregangan, aku melihat sesuatu yang seharusnya tidak aku lihat. Aku tidak sengaja melihat tubuh bagian depannya ketika dia mengangkat kedua tangannya untuk peregangan.

Aku bukan orang mesum yang akan menatap dirinya seperti itu walaupun aku tidak bisa bohong jika aku menyukainya. Aku tidak ingin melihat dia sebagai sesuatu yang akan membangkitkan sesuatu yang jahat di dalam diriku, jadi aku membuang wajahku dan tidak melihat ke arah ponselku lagi.

Tetapi saat dia melakukan peregangan, Melissa mengeluarkan suara desahan yang panjang. Membuatku menutup telingaku. Setelah merasa cukup, dia kemudian melihat ke arah ponselnya, dia melihatku sedang tidak melihat ke arahnya dan sedang menutup kedua telingaku.

Dia tidak menanyakan apapun tentang itu, tetapi dia langsung mengatakan: “Makan bareng yuk, laper.” Kata Melissa.

Kebetulan aku juga belum makan apapun saat ini, walaupun kami berdua terkadang izin satu sama lain untuk pergi ke kamar mandi atau sekedar mengambil minum dan aku juga mengecek keadaan Ayahku sesekali. Kami belum makan apapun sampai sekarang.

“Ayo.” Aku dengan semangat menerima ajakannya.

“Yo.” Dia mengangguk, tetapi dia tidak bergerak. Karena dia tidak bergerak, aku juga belum beranjak dari kasurku.

“Ayo.” Kataku dengan tegas, dia tersenyum dan mengulangi perkataanku. Pikiran kami berdua saat itu memiliki persamaan, aku menunggu Melissa untuk pergi terlebih dahulu dan Melissa menungguku untuk pergi terlebih dahulu. Karena aku tidak bisa menang darinya, jadi aku mengambil inisiatif terlebih dahulu dan keluar duluan untuk pergi mengambil makan.

Saat aku keluar kamar, tatapanku pertama kali bukanlah ke arah meja makan. Tetapi ke arah Ayah yang sedang tertidur di kasurnya, Ayah tertidur sambil menutup matanya dengan punggung tangannya, aku memperhatikan perut Ayah dan itu masih bergerak. Jadi sebelum aku pergi ke meja makan, aku pergi menghampiri Ayah.

Aku duduk di samping Ayah dan mencolek lengan Ayah. “Yah, mau makan ga? Saya ambilin.”

Ayah mengangkat tangannya yang menutupi wajahnya dengan lemas, dia menatapku dengan kosong seperti sebelumnya dan tidak mengatakan apapun. Aku terus mengajaknya makan dengan menunjukkan gestur tangan orang makan, tetapi itu tetap tidak berhasil.

Jadi aku beranjak dari tempat duduk itu dan pergi mengambil nasi. Ibu memasak ikan goreng, sambal bawang dan sayur kangkung. Menu sederhana yang menjadi kesukaanku, aku seseorang yang menyukai pedas, aku juga sangat menyukai ikan, dan kangkung adalah satu-satunya sayur yang kumakan karena aku tidak menyukai wortel atau sayuran hijau lainnya.

Setelah mengambil sepiring nasi dengan lauk-pauknya, aku kembali menghampiri Ayah, mencoba menyuapi beberapa suapan ke mulutnya. Tetapi Ayah langsung membuang wajahnya dan tidak mengatakan apapun.

Bibir Ayah sudah berwarna putih, itu membuatku sedikit khawatir. Ayah juga belum minum apapun beberapa hari ini, tubuhnya pasti dehidrasi karena tidak memiliki banyak cairan. Aku berinisiatif mengambilkan minum untuk Ayah, tetapi saat aku mencoba mendekatkan ke mulutnya, Ayah menolak.

Aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan untuk membujuk Ayah agar bisa makan atau minum sesuatu, sikap Ayah membuatku takut sekaligus cemas. Tetapi aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, Ayah hanya tidur dan tidak pernah bangun dari kasurnya.

Aku tau ini sudah malam, tetapi aku mencoba menanyakannya sekali lagi. “Ayah mandi dulu mau ga?” Ayah Tidak menjawab. Bau pesing dari kasur Ayah masih tercium. Ibuku sudah tidur di bawah lantai, menunggu Ayah jika sewaktu-waktu Ayah membutuhkan Ibu.

Ayah membuang wajahnya, melihatku dengan sikap yang mengatakan bahwa aku berisik karena terlalu banyak mengirimkan pertanyaan. Dengan berat hati, aku mengambil piring makananku dan pergi ke kamar. Di sana Melissa sudah duduk di depan makanannya, tetapi dia belum menyentuh makanan itu sama sekali. Dia menungguku kembali.

Kami bertanya dan menunjukkan makanan satu sama lain, memuji Ibu kami yang sudah membuatkan makanan itu dan mulai memakannya. Makan seperti ini, membuatku merasa seperti sedang makan malam berdua dengannya. Walaupun kami berbeda tempat, aku merasakan perasaan seperti pasangan yang sedang keluar untuk pergi makan malam di sebuah restoran.

Setelah kami selesai makan, kami tidak langsung keluar untuk menyimpan piring kotor kami. Kami hanya menaruhnya ke tepi dan kembali membicarakan sesuatu yang berbobot, tentang sains atau manusia. Kami berbagi pengalaman yang menyenangkan saat itu. Bahkan saat aku sedang tidak mencoba untuk melucu dia tiba-tiba tertawa, aku tidak melarangnya untuk tertawa. Malah, aku menyukainya saat dia tertawa. Tawanya sangat anggun karena dia selalu menutup mulutnya ketika tertawa, membuat Melissa tampak seperti wanita yang memiliki adab yang tinggi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!