Kavian akan lakukan apapun untuk bisa membuat kekasihnya bangga pada dirinya, termasuk dia mau berkorban besar atas kesalahan yang kekasihnya lakukan.
Namun apa jadinya jika pengorbanan yang dia lakukan adalah sebuah kesalahan besar. Hingga dia harus kehilangan segala hal. Bahkan kekasihnya itu sudah mengkhianatinya.
Qiana adalah seorang yang membantunya menemukan jalan untuk balas dendam, namun apa jadinya jika hati terlibat.
Apakah Kavian akan meneruskan jalannya ? atau memilih berhenti ?
Penasaran yuk ikuti kisah mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lita aprillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8
"Tekanan darahnya semakin menurun" ujar salah satu pramugari lagi.
"Dokter" tegurnya pada Kavian
Kavian yang tersadarkan, dia pun berjongkok. Namun dia belum bisa mengendalikan hatinya yang kini sangat rapuh, bahkan dia ingin menangis ketika ini.
Apa yang baru saja yang temui hari ini, dia mendapatkan jawaban atas semua pertanyaannya selama ini.
"Berapa lama lagi kita akan mendarat ?" tanya Kavian pada pramugari itu. Dan dia mencoba fokus pada Qiana lagi
"Kami sudah meminta pendaratan darurat, dan akan memakan waktu kurang lebih 30 menit ke bandara terdekat ,
Kavian mengambil alkohol di kotak obat dan dia membasahi kedua tangannya dengan itu.
"Ada banyak udara dan air dalam paru parunya, jika kita menekan jantungnya, dia dapat meninggal dengan cepat" ujar Kavian.
"Apa yang anda katakan, apakah dia akan mati ?"
"Kita tidak punya waktu banyak untuk menunggu" Kavian mengambil suntikan dan sesuatu dalam kotak obat.
"Aku hanya dapat memindahkan udara dan mengukur waktu" Kavian pun menyuntikkan itu pada dadanya Qiana.
Lalu tiba tiba Qiana sedikit kejang, Kavian pun panik begitu juga Renata dia juga ikut panik.
"Apakah dia pernah mengalami kecelakaan ?" tanya Kavian
"Kenapa ? Apa ada yang salah ?" tanya Renata balik
"Aku tanya apakah dia pernah mengalami kecelakaan ?" dengan tegas Kavian kembali bertanya.
"Aku yang bertanya, apa yang salah ?"
"Apakah tulang rusuknya pernah patah karena kecelakaan mobil ?" Kavian terus bertanya begitu.
Renata tidak menjawab sama sekali, Suntikan yang Kavian lakukan mengeluarkan darah, dan Kavian berniat untuk menyuntikkan kembali, tapi Renata menahannya
"Hentikan, tolong berhenti !!, dia akan meninggal" ucap Renata panik.
Tapi Kavian tidak menanggapi, dia pun menyuntikkan kembali itu.
"Kavi, hentikan. Kau bahkan bukan seorang dokter, hentikan, Kavian !!" teriak Renata.
Kavian langsung menatap Renata dengan tatapan yang seram, ingin rasanya Kavian mencabik cabik Renata ketika ini.
Dan tiba tiba Renata jadi tidak berkutik sama sekali, Kavian kembali fokus pada pekerjaannya, lalu setelah selesai dia cek tekanan darahnya Qiana dan itu kembali normal.
Kavian bernafas lega ketika ini "Tekanan darah dan detak jantungnya kembali normal" jelas Kavian,
"Wajahnya sudah tidak terlalu pucat" ujar salah satu pramugari.
"Dia pun di posisi selamat, tolong cek tekanan darah dan detak jantungnya secara berkala" pramugari itu mengangguk.
"Apakah tim dokter sudah menunggu di bandara ?" tanya Kavian.
"Ya dokter"
"Dia seharusnya pulih dalam waktu 10 menit" gumam Kavian.
"Aku sudah berusaha semampuku" Kavian pun berdiri dan para pramugari semua mengucapkan terima kasih pada Kavian.
Kavian pun pergi, Renata ikut berdiri dan hendak akan memanggil Kavian, tapi terhenti sampai Kavian hilang dalam pandangan matanya.
Keluar dari ruangan itu, tubuhnya Kavian jadi terasa lemah, keringat dingin juga membasahi wajahnya. Kalau boleh jujur dia merasa takut, dia takut apa yang dia lakukan tadi itu gagal, dan terlebih dia bertemu dengan Renata dalam keadaan Renata sudah menikah dan mengkhianatinya
Mencoba untuk kuat pun rasanya sulit, itu sangat sulit baginya, padahal dia sudah berkorban banyak untuk Renata, tapi kenyataannya ...
Dan dia pun menangis
***
Sampai di bandara Qiana langsung dibawa dengan ambulan.
"Saya pikir Dokter itu sudah memeriksanya secara detail, dan melakukan hal benar" ujar dokter yang menangani Qiana kini.
Renata yang mendengar itu nampak menelan ludahnya.
Di dalam mobil yang menjemput Andrian dan Kavian. Andrian pun tau kalau Kavian sudah bertemu dengan Renata
"Dia Renata kan ? Tak ku sangka kalian akan bertemu dalam keadaan seperti itu" ujar Andrian.
"Ternyata benar rumor yang mengatakan kalau dia itu menjadi istri kedua Ketua Paragon grup, ku yakin kau satu satunya yang tidak percaya itu" cerocos Andrian
Kavian hanya diam saja tak berkata apa apa "Aku kan juga sudah bilang, kalau Renata bukan terbaik untuk kamu, dan kamu sangat ngeyel, bahkan mau begitu saja berkorban untuknya" ledek Andrian lagi
"Kamu ingat, saat kamu masuk penjara, pernahkah dia datang menemui kamu ? tidak sama sekali kan ?"
"Aku heran, apa yang Renata berikan sama kamu, sampai kamu mau berkorban dan berpura pura sudah membunuh orang itu, meski kamu tidak pernah cerita akan hal itu, tapi aku kalau bukan kamu yang membunuhnya" Andrian tak berhenti berbicara.
"Kenapa begitu ? Karena aku tau, Kavian punya impian menjadi dokter, sedangkan dokter itu adalah penolong manusia, bukan pembunuh manusia. Dia memang punya sifat yang buruk, tapi dia bukan tipikal pembunuh"
"Mutia, harusnya kamu bilang jika ingin ke kamar mandi, anak berumur empat tahun harusnya sudah tidak pipis di celana"
Kavian kecil sedang sibuk mencuci pakaian Mutia Sang adik karena pipis di celana. Dan ketika itu datang anak perempuan masih memakai seragam sekolah mendatangi rumah Kavian.
Kavian lihat kalau perempuan itu nampak terluka di bagian wajahnya.
"Aku butuh tempat bersembunyi" ujarnya pada Kavian "Tolong aku"
Kavian pun menunjuk tempat dimana perempuan itu bisa bersembunyi. dan dia pun berlari ke arah yang Kavian tunjuk.
Tak lama dari situ saat seorang laki laki dan bertanya pada Kavian "Apakah kamu melihat adanya anak perempuan lari ?"
Kavian menggelengkan kepalanya dan laki laki itu pergi. Kavian pun masuk ke dalam rumah, dimana perempuan itu bersembunyi.
Kavian dapat melihat, kalau tubuh perempuan itu nampak bergetar hebat, dan sepertinya sedang ketakutan sekali.
Kavian membawa kotak obat dan dia pun duduk di sebelah perempuan itu, lalu dia juga mengeluarkan alkohol.
"Ini akan sedikit sakit" ujar Kavian.
Kavian mengoleskan itu pada luka di tangan perempuan itu dan dia sedikit mengernyit karena alkohol itu mengenai lukanya.
"Aku punya mimpi menjadi seorang dokter, namaku Kavian, Kavian Airlangga"
"Aku Renata" jawab perempuan itu.
"Aku tahu, kamu perempuan tercantik di desa ini" Kavian tersenyum, begitu juga dengan Renata.
Kavian masih menatap jalanan, dan dia teringat akan masa lalunya, pertama kali bisa mengobrol dengan Renata. Ingatan saat jaman sekolah, juga saat kuliah bersama sama juga kembali hadir.
"Kavi, kamu dapat nilai terbaik lagi ?"
Kavian dan Renata sedang duduk di atas rumput, dengan buku buku di sekitar mereka.
"Kamu sangat beruntung, tapi aku pikir aku pun akan gagal lagi, tapi ternyata tidak"
"Tapi tes menjadi seorang reporter kelihatannya sangat sulit di banding tes menjadi pengacara" Cerocos Renata, sedangkan Kavian masih sibuk dengan buku bukunya.
"Hei, Kavian. Putri pak dosen Ridwan masih mengejar kamu kah ?"
"Masih"
"Kalau masih, kenapa kamu tidak kencan dengan dia saja, itu akan bisa merubah hidup kamu. Ah, apakah dia jelek ?"
"Tidak, dia cantik"
"Terus kenapa kamu menolak dia ?"
Kavian tidak menjawab "Kamu pasti merendah diri kan, karena terlahir jadi orang biasa. Padahal kamu terbaik, bahkan kamu bisa kuliah di fakultas kedokteran terbaik di kota ini"
"Kamu juga jenius, punya kepribadian baik, dan juga kamu tampan. Aku yakin kamu akan jadi dokter hebat nantinya, dia pasti beruntung dapatkan kamu"
"Bukankah kamu yang sudah beruntung ?" kali ini Kavian yang bertanya
Renata tersenyum "Iya ya, kalau di pikir pikir aku yang paling beruntung, bisa dapatkan kamu"
"Ingat ya Kavian, jika nanti kamu jadi dokter hebat, jangan mengkhianati aku bahkan meninggalkan aku, aku temani kamu dari nol loh ya"
"Kamu milikku dan selamanya jadi milikku"
Kavian kembali ke masa kini, apa yang Renata ucapkan dulu semuanya berbanding terbalik, justru dirinya lah yang mengkhianati Kavian.
"Lupakan Kavian, tidak semua hal yang kamu inginkan berjalan sama, perasaan bisa berubah kapan saja" gumamnya sendiri.
"Lupakan Kavian, lupakan"