menceritakan seorang anak bernama Alfin dirinya selalu di benci bahkan menjadi bahan olok-olokan keluarganya karena dirinya tidak terlalu pintar akhirnya dirinya berjuang mengungkapkan potensinya hingga dirinya menjadi seorang pengusaha kaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ATAKOTA_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
penghujung bibir jurang
"Kasus penculikan anak yang beredar luas melalui media sosial seperti Facebook, Twitter tiktok, dan maraknya pesan-pesan berantai akhir-akhir ini sangat meresahkan masyarakat. di sejumlah daerah di Indonesia, salah satunya di kota Padang Sumatra Barat RT 2 RW 1 Pancang soal kelurahan purwadi bersama rekan kami Disana," ucap presenter TV One.
"Baik Tiara, sekarang kami sedang berada di RT 2 RW 1 Pancang soal kelurahan purwadi. Menurut laporan yang beredar ada 2 orang siswa remaja SMP suka karya anak yang bernama Alfin dan Doni salah satu anak dari pasangan Rahim azkara dan kemala sari. pada pukul 06:57 dinyatakan hilang dari rumahnya, menurut laporan komisi untuk orang hilang dan tindak kekerasan menyatakan korban merupakan 2 dari 28 kasus yang di duga kuat menjadi korban sindikat tindak penculikan anak di bawah umur," ucap reporter sembari meliput berita di halaman depan perumahan azkara.
"Astaghfirullah bi, ini kan RT kita bi sepertinya nama Alfin dan Doni dinyatakan telah masuk pada salah satu korban hilang. Menurut laporan komisi untuk orang hilang dan tindak kekerasan anak dibawah umur bi," ucap istrinya rintih seraya menyudahi membaca ayat suci Al-Quran nya.
Abi yang hendak melanjutkan pekerjaannya merasa sangat terkejut setelah menonton berita tentang resminya laporan yang keluar menurut komisi untuk orang hilang dan tindak kekerasan anak di bawah umur baru-baru ini.
"Astaghfirullah hal adzim, sabar umi. kita doakan yang terbaik untuk mereka berdua," ucap Abi seraya menenangkan istrinya yang sangat histeris dalam dekapan.
"Ya Allah, bimbinglah mereka berdua supaya diberikan keselamatan untuk selamat dari segala musibah dan Maribaya," gumam umi lirih.
Ayahnya azkara yang mendengarkan kebisingan berasal dari halaman depan rumahnya, merasa sangat terkejut setelah dirinya mengintip melalui jendela rumah. bahwasanya di halaman depan rumahnya telah di penuhi oleh wartawan yang ingin mewawancarainya.
"Astaga bu, di depan rumah kita sudah banyak wartawan yang berkumpul," kaget azkara seraya meminta jawaban dari istrinya.
Istrinya yang menangis tersedu-sedu hanya memeluk foto Doni dalam dekapan yang kuat tidak menggubris pertanyaan suaminya. Ayahnya yang tidak mendapatkan respon apa-apa dari istrinya, menjadi semakin panik dengan situasi itu. Tampak wajahnya terlihat pucat berkeringat kebingungan bagaimana cara memberikan kesaksian pada para wartawan mengenai alasan kaburnya mereka berdua. apalagi dirinya saat ini sedang banyak masalah dengan pihak perubahan.
Tuut!..
Satu panggilan tak terjawab.
Tuut!..
Dua panggilan tak terjawab.
Azkara yang sangat panik tidak menyadari bahwa telfonnya sudah berdering berkali-kali.
"Astaga Gimana ini! dengan ramainya wartawan, bagaimana caraku pergi ke perusahaan," panik azkara sejadi-jadinya.
Tuut!..
Enam panggilan tak terjawab.
"Ayah, kenapa sih ngak di angkat telfonnya berisik tau dari tadi berdering terus," ucap Agus seraya berlari ke dalam kamarnya untuk melanjutkan bermain game online.
Haah?.. yang benar Gus! astaga," ucap azkara yang berlari keruang tamu untuk mengangkat telfonnya yang berdering.
"Ya dengan azkara disini," ucap ayah seraya mengangkat telfonnya.
"Kamu angkat juga ya azkara, kamu ini gimana sih, untuk laporan keuangan bulan ini saja semuanya selalu saja anjlok bagaimana kamu ini bekerja. meskipun dengan kabar duka hilangnya putra mu itu, kau tidak bisa melepaskan tanggung jawabmu pada perusahaan ini," gertak bos dengan suara nada tinggi.
"Ya bos maaf sebenarnya untuk laporan keuangan..,"
"Agh.. tidak usah dilanjutkan azkara, pokoknya sekarang kamu harus datang ke perusahaan ini. hari ini juga," gertak bos seraya mematikan telfonnya.
"Agh dasar," Geram azkara sembari menuju angin. "Astaga kenapa saat ini hidup ku selalu saja di timpa dengan segala musibah apa yang harus aku lakukan sekarang?" panik azkara seraya jongkok memegangi kepalanya dengan kedua tangan.
Tuut!..
Satu panggilan tak terjawab.
Tuut!..
Dua panggilan tak terjawab.
Ayah yang sudah sangat panik setengah mati tidak menyadari telfonnya berdering kembali.
"Agh.. kenapa sih, kenapa ayah sering mengabaikan suara panggilan telfonnya," geram Agus melepaskan headphone nya lagi seraya pergi mengingatkan ayah.
Ayahnya yang terlihat sangat stres dengan segala masalah dan tekanan perusahaan tampak meringkuk di lantai seraya memeluk kedua lututnya dengan bergenangkan air matanya yang tampak membasahi pipi.
Tuut!..
12 panggilan tak terjawab.
"Astaga ayah kenapa sih," panik Agus seraya mendekati ayahnya yang terlihat gemetaran seperti anak kecil meringkuk dengan memeluk kedua lututnya.
"Ayah," panggil Agus menepuk pundak ayahnya seketika itu juga ayahnya tampak emosian reflek hendak menampar putra busuknya Agus.
Agus yang mendapati wajahnya hampir di tampar oleh sang ayah merasa sangat histeris berlari dengan menangis bagaikan bayi yang hendak mengadu ke pada ibunya.
Tuut!..
"Ya dengan azkara disini," ucap azkara lirih dengan suara seraknya.
"Pekak kamu ya, dari tadi Oma nelpon kamu kebiasaan kamu ini," gertak Oma dengan suaranya yang lantang.
"Ya Oma, maafkan azkara," balas azkara lirih terdengar dalam telfonnya.
"Lihatlah semuanya azkara, ini semua terjadi karena ulah kamu yang selalu mengabaikan anak kandungmu sendiri. karena kau yang terlalu gila karena harta dan karena kau yang telah lama bodoh bersama wanita busuk itu," ucap Oma dengan angkuhnya seraya tersenyum miring.
"Apa yang harusnya azkara lakukan sekarang Oma, mohon bantu azkara Oma," rintih azkara lirih memohon pertolongan kepada mantan Ibu mertuanya.
"Haah, mohon bantuan? oh tidak azkara. demi tuhan ku, tidak akan pernah Sudi membantu dirimu ini. yang mulai tenggelam dalam kehancuran. kau tau kenapa azkara? karena saat ini, aku sedang membawa banyak pengacara untuk menuntut mu kembali ke pengadilan karena semua barang bukti. telah kuat ku miliki azkara hahaha," gertak Oma seraya tertawa tawa mematikan telfonnya.
"Lagi dan lagi," gertak azkara yang emosi setengah mati dengan situasi itu.
"Ibu ayah jahat Bu," manja Agus yang hendak mengadu kepada ibunya.
Pada saat sampai di dalam kamar ibunya, terlihat ibu menangis tersedu-sedu seraya memeluk foto Doni di dalam pelukannya.
Dengan ragu-ragu Agus bertanya kepada ibunya. Ibu tidak papa kan?" tanya Agus dengan suara pelan.
Ibunya yang terlihat sangat kusut karena menghawatirkan kondisi kakaknya Doni tak menggubris pertanyaan dari Agus.
"Hmm, kalau begitu Agus kembali ke dalam kamar lagi ya Bu," ucap Agus seraya menutupi pintu kamar ibunya dengan raut wajah kawatir.
Wartawan yang telah memadati halaman depan rumahnya, lama-kelamaan. mulai di kerumuni dengan banyaknya warga yang mulai berkumpul di depan pagar halaman rumah Azkara.
"Keluar kamu azkara berikan kesaksian kepada kami," ucap mbok Asih yang mulai membawa banyak warga untuk mendesak azkara keluar dari rumahnya demi memberikan kesaksian kepada wartawan.
Wartawan yang mulai menyadari beberapa warga yang mulai mendesak azkara untuk memberikan kesaksiannya, mulai menyoroti mereka semua yang mulai anarkis. sebagian besar dari para warga yang hanya sekedar ikut-ikutan demi bisa ikut viral di media sosial.
"Keluar kamu azkara," teriak mbok Asih sekali lagi.
"Betuuuul" dikuti dengan sorak para warga yang semakin panas.
Menyikapi ramainya warga yang berteriak di halaman depan rumahnya Agus sangat keheranan dengan suara kebisingan itu ia menyempatkan dirinya mengintip melalui jendela kamarnya guna mengetahui alasan dibalik kebisingan itu.
"Waduh kenapa terulang seperti waktu itu lagi. ini tidak benar nih," ucap Agus seraya mematikan PC nya untuk bertanya kepada sang ayah.
"Ayah kemana sih, orang diluar sudah ramai sekali yah," panggil Agus kepada ayahnya.
Pada saat dirinya sampai di ruangan tamu ayahnya terlihat bersembunyi di bawah meja meringkuk cemas dengan menutupi kedua daun telinganya, seraya melantur kata-kata tak jelas tampak menutupi kedua daun telinganya dengan berkata.
"Bukan salah ku, bukan salah, ku bukan salah ku," ucap azkara panik setengah mati.
"Ayah tidak apa-apa kan," ucap Agus seraya menyentuh pundak ayahnya sekali lagi.
Reflek ayahnya langsung menampar wajah Agus dengan tamparan yang sangat kuat.
Plak!..
Bunyi tamparan keras yang terdengar menggema di dalam rumah, diiringi dengan tangisan Agus yang menangis sejadi-jadinya seraya memegangi pipinya yang merah.
Para warga dan wartawan yang mendengarkan tangisan seorang anak yang menangis sejadi-jadinya, di dalam rumah itu. mulai semakin yakin dengan beberapa rumor aneh yang beredar itu dari mulut ke mulut. tentang menterengnya nya keluarga itu karena telah menjual kedua anaknya bukan karena mereka kabur dari rumah.
"Oi azkara keluar kamu sekarang juga," ucap beberapa warga yang mulai memanjat pagar rumah itu.
Azkara yang tidak ada pilihan lain terpaksa keluar dari rumahnya, yang mana ia terlihat masih mengunakan piyama tidur dengan rajut wajahnya yang tampak muram. di sertai tatapan matanya yang kosong, keluar dari rumahnya. tanpa menggunakan sandal, untuk mendekati kerumunan warga dan wartawan di halaman depan rumahnya.
"Berdasarkan rumor yang beredar apa benar anak bapak itu di jual,"
"Apakah ada kaitannya dengan masalah keluarga bapak,"
"Pak bagaimana respon bapak mengenai kaburnya anak bapak dan kaitannya dengan viral nya video itu," ucap beberapa wartawan yang mulai berdesak-desakan memberikan banyak pertanyaan kepada azkara.
"Haah,"
keluh azkara seraya berusaha menjelaskan kepada wartawan dan para warga mengenai alasan kaburnya mereka berdua serta membantah rumor-rumor buruk mengenai keluarga besar mereka.
"Bagaimana ibu bos, apakah kita langsung pulang," ucap supir pribadi neneknya yang terlihat menyetir mobil mewah hitam BMW X6.
"Tahan dulu sebentar, saya sedang menikmati suasana ini," ucap neneknya seraya menatap dari kejauhan azkara yang sedang terpuruk kebingungan.
"Bai ibu bos,"
"Apa yang akan kau lakukan lagi azkara? dengan kehancuran mu yang tinggal menunggu waktu lagi. ini semua karena sikap dan pilihan bodoh mu itu," gumam Oma seraya menatap foto seorang bayi yang tak lain merupakan cucunya Alfin yang baru lahir terlihat dalam gambar tersebut Alfin bersama papa dan mamanya Tampak pada gambar itu sangat mirip dengan momen dimana Alfin sempat melihat dirinya yang baru dilahirkan pada saat terjebak di dalam mimpi waktu itu.
"Bagaimana ini gan gerak-gerik kita Sepertinya sudah di pantau oleh pihak kepolisian,", ucap salah satu pelaku penculikan anak tersebut, dengan dengan kepala plontosnya ia terlihat sangat panik mengintip ke luar jendela rumah itu.
"Agh.. berisik kamu anjing,"
Prak!
geram bang Rian seraya menendang meja makan dengan tendangan yang sangat kuat hingga menghempaskan nya diatas lantai. Karena saking kesalnya setelah melihat berita yang banyak membahas hilangnya 2 orang remaja waktu itu dengan mengaitkannya pada video viral akibat kebodohan rekanya itu.
Alhamdulillah di tempat tinggal ku org2x nya ndak spt ini.