Gisel mendapatkan ide gila dari keluarganya, yaitu untuk memb*nuh Evan—suaminya. Karena dengan begitu, dia akan terbebas dari ikatan pernikahannya.
Mereka bahkan bersedia untuk ikut serta membantu Gisel, dengan berbagai cara.
Apakah Gisel mampu menjalankan rencana tersebut? Yuk, ikuti kisahnya sekarang juga!
Jangan lupa follow Author di NT dan di Instaagram @rossy_dildara, ya! Biar nggak ketinggalan info terbaru. Sarangheo ❣️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossy Dildara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23
"Gisel lihat deh ...." Olla datang menghampiri meja Gisel di ruang guru, menunjukkan ponselnya yang memutar sebuah video dari aplikasi yuetobe.
Mereka berdua sudah sama-sama selesai mengajar sekarang, hanya tinggal menunggu bel pulang saja.
"Video apa itu, La?" Gisel menatap ponsel Olla, tapi tidak mengerti dengan video yang temannya itu maksud lantaran hanya ada dua orang di sana, antara pria dan wanita yang tengah duduk santai di sebuah ruangan dengan berjarak.
"Ini video podcast salah satu yuetober yang aku ikuti, dan bintang tamunya seorang istri yang diselingkuhin suaminya. Tapi selingkuhannya wariaa, Sel."
"APA?! Wariaa?" Gisel terkejut, matanya membulat sempurna. "Kalau wariaa itu sama kayak bencoong 'kan, La? Dia laki-laki aslinya dan masih punya burung?"
Olla mengangguk cepat, lalu menarik kursi dan duduk disebelah Gisel. "Iyalah, Sel. Kecuali kalau namanya transgender, itu artinya kelaminnya udah dioperasi jadi kelamin perempuan. Kayak artis si Luna-Luna itu, kan?"
"Iya." Gisel mengangguk. Seketika bulu kuduknya merinding kala mengingat Evan yang dicurigainya selingkuh dengan Mbah Yahya. "Ah tapi kok bisa ya, La, suami selingkuh sama wariaa begitu. Apa enaknya coba? Pasti nggak bisa main juga, kan? Cuma bisa ngemut atau ngocok doang," tambahnya frontal sambil meringis geli.
"Masih tetap bisa lah, Sel. Kan lewat lubang belakang. Pantaat," sahut Olla setengah berbisik.
Meskipun di ruangan itu hanya ada mereka berdua, tapi mereka tentu harus berhati-hati dalam berbicara, supaya pembahasan tak senonohnya itu tidak didengar orang lain, apalagi murid-muridnya yang masih dibawah umur.
"Astaghfirullahallazim ...." Gisel tampak menggigil geli. Jantungnya berdebar kencang. "Iiiihh, membayangkannya saja aku geli, La. Sumpah, ya, rasanya aku pengen banget minta suamiku berhenti kerja sekarang. Aku takut nanti dia kecanduan."
"Lho ... hubungannya sama suamimu apa, Sel?" Olla tampak bingung dengan pembasahan Gisel yang sedikit melenceng, sebuah dugaan pun seketika terbesit dalam benaknya. "Oohh ... jangan bilang suamimu sama bosnya juga begitu? Iihh amit-amit sih, Sel." Olla langsung bergidik geli.
"Semoga saja sih enggak, La. Ini mangkanya aku lagi cari bukti, buat mastiin. Tapi agak bingung juga caranya gimana, ya, kira-kira??" Mungkin dengan bercerita kepada Olla, akan membuatnya mendapatkan inspirasi.
"Dihhh ... ternyata bener ya, Sel? Aku kira enggak lho, padahal aku cuma nebak asal." Jika memang benar, rasanya menjijikan sekali menurut Olla. Dan amat disayangkan juga, karena selama ini dia menganggap Evan suami yang baik.
"Aku sih sebenarnya baru nebak dan curiga, La. Ya itu dia, bukti kuatnya belum dapat. Aku masih bingung cari cara buat dapatinnya gimana. Kamu harusnya ikut membantuku sih, kamu 'kan satu-satunya bestie kentelku sekarang."
"Biasanya sih ... feeling seorang istri itu kuat dan nggak pernah salah, Sel. Bisa jadi memang benar. Tapi bagaimana kalau kamu coba ikutin suamimu aja, pas dia pergi kerja. Pasti 'kan kalau memang dia memiliki hubungan dengan bosnya, akan kelihatan, Sel. Ya minimal ada cipika-cipiki lah gitu. Namanya ada rasa, kan?"
"Bener, La. Bagus juga idemu." Gisel mengangguk setuju. Menurutnya, ide Olla cukup cemerlang. "Semoga aja besok dia kerja deh, biar bisa aku ikutin."
"Tapi besok hari Minggu, memangnya suamimu nggak ikutan libur juga?"
"Suamiku bukan pekerja kantoran, La. Dia 'kan kerjanya cuma jadi asisten. Jadi mana ada liburnya coba? Semalam aja tau nggak kamu ... dia sampai nggak pulang lho, dari tempat bosnya. Mencurigakan sekali, kan?"
Sangking asiknya menggosipi Evan, mereka sampai mengabaikan video dari yuetobe itu sampai-sampai videonya telah selesai tanpa keduanya sadari.
"Fiks, sih, Sel ... Kalau udah begitu!" Olla menyahut dengan semangat. Sama seperti Gisel, dia juga paling suka yang namanya bergosip. "Eh tapi, buat sekarang-sekarang sih kamu coba aja periksa manual dulu, barangkali nanti malam suamimu pulang ke rumah."
"Periksa manual gimana maksudnya?" Gisel tampak tidak mengerti maksud temannya, dahinya berkerut.
"Periksa lubang pantaatnya, Sel."
Gisel sontak terbelalak, merasa sedikit terkejut. "Lubang pantaat?! Yang benar saja kamu, La? Diperiksa gimana, coba?"
"Ya dilihat aja dengan seksama. Kalau lubangnya gede ... itu tandanya suamimu udah nggak perawan."
"Tapi suamiku 'kan laki-laki. Mana ada istilah perawan buat laki-laki, La?"
"Oohh iya juga, ya? Ya Berarti perjaka, Sel. Kalau memang lubangnya terlihat lebih besar nggak seperti lubang pantaat pada umumnya, fiks berarti suamimu udah disodok sama bosnya."
"Tapi bukannya lubang pantaat itu kisut, ya, bentuknya? Memang kelihatan bedanya? Selain itu ... aku juga nggak tau bagaimana ukuran lubang pantaat yang masih perjaka, La. Bagaimana dong?" Gisel jadi bingung sendiri, dia menggaruk rambut kepalanya yang mendadak gatal.
"Cari taulah di internet, Sel. Masa kamu gitu aja nggak ngerti? Zaman sekarang semua 'kan ada di internet."
"Ooh iya, kenapa aku nggak kepikiran ke arah sana, ya?" Gisel mengangguk cepat, sekarang dia sudah paham.
Teeettt ... Teeeettt ... Teeettt.
Suara bel sekolah tiba-tiba berbunyi, menandakan berakhirnya semua mata pelajaran dan seluruh murid serta guru telah dibolehkan pulang.
"Terima kasih sarannya, ya, La. Nanti malam aku akan langsung eksekusi. Do'ain aku biar suamiku nanti malam ada di rumah, ya?" Gisel bersiap-siap, memasukkan buku-buku ke dalam tasnya lalu melangkah keluar bersama Olla.
"Siaaappp ... santai aja, Sel." Olla menggandeng tangan Gisel dan menepuk bahunya dengan lembut. "Tapi jangan lupa kasih tau aku, ya, nanti? Aku juga ikut penasaran jadinya, bener apa enggak itu suamimu udah disodok."
"Iya." Gisel mengangguk.
Langkah keduanya yang memasuki halaman sekolah pun seketika terhenti, saat melihat seorang pria tampan berjas hitam dan berkacamata hitam turun dari mobil berwarna hitam.
Salah satu tangannya memegang sebuah buket bunga, dan saat kacamata hitam itu dilepas, keduanya sama-sama terkejut lantaran mengetahui bahwa dia adalah Evan.
"Eehh ... itu suamimu lho, Sel. Panjang umur juga dia, baru tadi diomongin udah nongol," ucap Olla merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Evan langsung tersenyum menatap mereka berdua, lalu mengulurkan buket bunga mawar yang dia pegang ke arah Gisel.
"Abaaaangg ... Abang ke sini?" Dari kejauhan, Gisel tampak senang dengan kehadiran suaminya, apalagi dengan begitu romantisnya dia sampai membawa bunga segala. Segera, Gisel berlari dan menghamburkan pelukan kepadanya. "Apa Abang mau menjemputku pulang?"
Evan mengangguk cepat. "Iya." Tujuannya datang memanglah ingin menjemput, memenuhi permintaan Umi Mae. Dan inisiatif membawa bunga pun bukan dari dirinya sendiri, karena Umi Mae yang juga meminta. "Ayok, masuk, ini aku bawakan bunga juga untukmu. Tapi aku nggak tau kamu suka bunga mawar apa enggak."
Seingat Evan, dulu sebelum menikah dia pernah memberikan Gisel sebuket bunga mawar merah. Tapi karena perempuan itu begitu acuh tak acuh dan sering menolak cintanya, jadi bunga itu tidak pernah diterima.
Evan sendiri tidak berharap banyak jika bunga yang dia beli sekarang akan diterima, karena mungkin saja, alasan Gisel menolak bunga itu karena tidak suka dengan bunga.
"Tentu sukalah, Bang." Gisel langsung mengambil bunga itu dengan hati gembira, lalu menghirup aromanya dalam-dalam dan begitu wangi sekali memenuhi indera penciumannya. "Jangankan bunga mawar, bunga bangkai pun kalau itu dari Abang ... aku tetap menyukainya," tambahnya sambil tersenyum manis.
...Tadinya kasih aja tuh si Gisel bunga beracun, Bang 🤣🤣...
jadikan ini sebuah pelajaran berharga didalam kehidupan bang evan, ternyata berumah tangga itu butuh ketulusan hati, cinta dan kepercayaan, jika didasari dengan kebohongan apalagi sampai ingin melenyapkan itu sudah keterlaluan
buat kak Rossy semangat 💪, jujur aku suka ceritanya kak, seru buatku, malah selalu nunggu up tiap hari