Di tengah-tengah kemelut perang, seorang gadis muda yang berbakat, Elena, tergabung dalam unit pasukan khusus. Dalam sebuah misi yang kritis, kesalahan bermanuver mengakibatkan kematian tragis.
Namun, alih-alih menemukan ketenangan di alam baka, jiwanya terbangun kembali dalam tubuh gadis polos bernama Lily, seorang siswi SMA yang kerap menjadi sasaran bully dari teman-temannya.
Dengan kecerdasan militer yang dimilikinya, Elena mencoba untuk memahami dan mengendalikan tubuh barunya. Namun, perbedaan antara kehidupan seorang prajurit dan remaja biasa menjadi penghalang yang sulit dia atasi.
Sementara Elena berusaha menyelaraskan identitasnya yang baru dengan lingkungan barunya, dia juga harus menghadapi konsekuensi dari masa lalunya yang kelam. Di sekolah, Lily mulai menunjukkan perubahan yang mengejutkan, dari menjadi korban bully menjadi sosok yang tegas dan berani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balasan Untuk Alina
Lily segera melangkahkan kakinya menuju kelas, dia tak lagi mempedulikan orang-orang yang saat ini terus membicarakannya di belakang.
"Lili? Kau kembali?" seorang gadis berkulit hitam manis mendekat ke arahnya, sambil menyunggingkan senyuman, Lily membalasnya dengan ramah.
"Tentu, aku sangat merindukan kalian semua," jawab Lily sambil menatap bergantian pada ketiga orang temannya.
"Kami juga," mereka segera mendekat, kemudian memeluk Lily dengan sangat erat.
Bel masuk berbunyi, semua siswa langsung duduk dengan sangat tenang di kursinya masing-masing. Tak lama seorang guru muncul, dia langsung menyapa Lily, meskipun jauh di lubuk hatinya merasa sangat kesal dengan keberadaan gadis miskin itu.
"Lily? Bagaimana kabarmu? Kau telah meninggalkan sekolah selama 3 bulan terakhir, sepertinya kamu membutuhkan bantuan dari seseorang untuk mengejar ketinggalan," ucap guru itu, wajahnya tidak terlalu ramah.
Lily menjawab dengan sangat tenang, dia sama sekali tidak terpengaruh dengan ucapan gurunya. "Kabarku baik, dan ya beberapa bulan ini aku terpaksa beristirahat di rumah, bahkan orang tuaku sendiri tidak memperbolehkan aku untuk kembali ke sekolah, karena ada terlalu banyak manusia yang selalu bertopeng di tempat ini, apalagi dalam beberapa bulan terakhir, muncul para pembunuh berdarah dingin yang tidak tersentuh oleh hukum, hanya karena usia mereka masih di bawah umur."
Wajah guru itu langsung menghitam, dia tentu saja sangat kesal mendengar jawaban Lily, karena sebelumnya dia adalah perantara antara Mona dengan Tuan Ferdinand, sehingga permasalahan ditutup dengan catatan adanya jaminan pengobatan.
Alina, Rossa dan Leni memelototkan mata mendengar jawaban yang keluar dari mulut Lily, ketiganya langsung mengepalkan tangan dengan dada yang bergemuruh.
"Sial! Gadis itu benar-benar menantang kita!" ucap Leni, Rossa yang di sebelahnya segera menjawab.
"Tunggu sampai jam istirahat, mari kita beri pelajaran gadis itu agar dia tahu untuk menjaga mulutnya lebih baik mulai saat ini!"
Sedangkan Alina menggeram marah, otaknya seketika memanas, setelah mengetahui bahwa Lily tak lagi menyimpan rasa takut terhadap mereka bertiga.
"Bu Ranti, segera mulai pelajarannya, tidak perlu berdebat dengan seorang gadis miskin seperti Lily. Dia hanya menularkan kebodohan bagi kita semua," ucap Alina sambil tersenyum tipis di depan gurunya yang bernama Ranti.
"Tentu! Mari kita mulai pelajarannya dengan baik," wanita itu langsung membenarkan ucapan Alina, karena walau bagaimanapun, dia merupakan putri kesayangan dari keluarga Antonio, salah satu investor terbesar di sekolah tersebut.
Semua murid terlihat bersungguh-sungguh pada saat bu Ranti menjelaskan pelajarannya, mereka duduk dengan rapi, sambil sesekali menuliskan sesuatu jika ada yang dirasa penting.
Jam pelajaran selesai, bu Ranti segera keluar dari kelas dan berganti dengan guru yang lain. Lily masih tetap diam, sedangkan Alina, Rossa dan Leni mulai berjalan mendekat ke arah mejanya sambil bersedekap dada.
"Apakah kau membali untuk menantang kami? Ingatlah gadis udik, kau bisa masuk ke sekolah ini hanya karena beasiswa, jadi jangan pernah mencari masalah dengan kami bertiga!" ucap Alina.
Lily melirik sekilas, tatapannya terlihat sangat tajam, bahkan Alina, Rossa dan Leni langsung bergidik, ketiganya merasa ada sesuatu yang berbeda dengan gadis itu. Dari mana Lily memiliki keberanian untuk menatap mereka? Padahal sebelumnya, dia akan terus menunduk dan tidak pernah membantah.
"Apakah kalian sudah selesai bicara? Lebih baik cepat pergi! Melihat wajah kalian, benar-benar membuat perutku mual," jawab Lily.
Semua murid langsung terkejut mendengar jawaban gadis itu, mereka tak menyangka jika Lily akan memiliki keberanian, bahkan beberapa orang murid mulai menargetkan untuk berteman dengan Lily, karena selama ini mereka juga sering dibully oleh ketiga orang itu.
"Ciiih! Kau pikir siapa dirimu? Ayahku adalah salah seorang investor di sekolah ini, jadi kau bisa mencari ilmu dan hidup karena belas kasihan dari keluarga Antonio, yang telah mengeluarkan beasiswa untuk orang-orang miskin dan bodoh sepertimu!" jawab Alina.
"Benarkah? Aku tidak menyangka jika keluarga Antonio memiliki kekayaan yang sangat fantastis, pantas saja dalam beberapa waktu terakhir ini ada banyak sekali berita miring tentang keluargamu, ternyata dia bersekongkol dengan kelompok mafia Black Eagle untuk melakukan berbagai macam kecurangan," jawab Lily hingga membuat Alina langsung memelototkan matanya.
"Kau!" gadis itu langsung menunjuk wajah Lily menggunakan jarinya.
"Turunkan jarimu sebelum patah! Aku benar-benar benci pada orang yang selalu menunjuk wajah orang lain,"jawab Lily sambil berdiri, dia kembali mendudukkan bokongnya di atas meja.
"Oh iya, aku bahkan mendengar bahwa keluargamu tidak pernah membayar pajak dengan patuh. Apakah itu karena uangnya terlalu banyak dipergunakan untuk hal-hal yang tidak penting?" tanya Lily sambil menunjukkan berita terbaru tentang keluarga Antonio dari layar ponselnya.
Murid-murid yang lain juga segera berselancar di internet, mereka mulai mengetahui satu persatu kebusukan dari keluarga tersebut.
"Ternyata benar, keluarga Antonio bukanlah orang baik-baik, mereka pernah bekerja sama dengan mafia Black Eagle," salah seorang murid bersuara dengan sangat lantang, kemudian menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.
Murid-murid yang lain pun ikut berceloteh, mereka tak lagi merasa takut terhadap Alina dan juga teman-temannya.
"Pantas saja jika dia sering membully teman-teman sekolahnya, karena ternyata merupakan anak dari seorang pengikut mafia!"
"Aku tidak yakin jika harta yang dimiliki oleh keluarga Antonio didapat dengan cara yang baik-baik, bisa saja mereka mendapatkannya setelah membunuh seseorang. Bukankah mafia akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya?"
Wajah Alina langsung menghitam, dia menatap teman-temannya penuh permusuhan, namun berita miring tentang keluarga Antonio masih terus beredar, bahkan berhasil menduduki tranding topik pemberitaan.
"Lihat ini! Aku baru saja mendapatkan berita baru, ternyata tuan Antonio bekerja sama dengan Anton Wijaya dan diduga terlibat kasus pencucian uang!" ucap salah seorang murid sambil berteriak dengan suara yang sangat kencang.
Alina tak lagi bisa menahan diri, dia segera berlari ke arah murid itu dan berniat untuk memberikan pemukulan. Namun Lily segera bersuara. "Coba kalian pikir, siapa sebenarnya orang udik? Kita hanya berbicara tentang fakta, namun dia berniat untuk melakukan kejahatan dengan memukul orang-orang yang berbicara kenyataan,"
"Sepertinya Alina memang harus dimasukkan ke dalam ring gulat, supaya dia mengetahui bagaimana rasanya dipukul." ucap salah seorang murid sambil tertawa terbahak-bahak.
Rossa dan Leni segera mundur, keduanya kembali duduk di kursi masing-masing dan tidak ingin terlibat dengan kasus yang saat ini dibuat oleh Alina.
Walau bagaimanapun, saat ini keluarga mereka juga tengah mengalami tekanan yang sangat berat, meskipun berita yang beredar tidak sebesar yang dialami oleh keluarga Antonio.
"Lily, hentikan mulut kotormu itu! Kau benar-benar tidak tahu diri!" teriak Alina, wajahnya benar-benar sangat merah.
"Kenapa? Kau ingin membunuhku untuk yang kedua kalinya? Kalau begitu ayo maju, bukankah lusa hari ulang tahunmu yang ke-18? Jadi aku bisa segera melaporkan tindakan kejam mu itu kepada polisi dan kau tidak akan pernah bisa lepas dari hukuman penjara!"jawab Lily santai. Alina langsung terdiam, Lily sepertinya sengaja mengeluarkan provokasi, agar dia melakukan kekerasan terhadapnya.
"Brengsek!" ucap Alina sambil mengatur nafasnya, dia kembali duduk di kursinya.