99 Days Before Divorce

Terlalu klise kisah cinta pada pandangan pertama, setelah belasan tahun hanya karena pertemuan singkat yang tak sampai sepuluh menit membekas di hati sampai sekarang. Oryza terlalu naif kisah cintanya seperti putri dalam dongeng, dimana pangeran akan dibantu sang putri kemudian terpisah dan bertemu lagi, selanjutnya hidup bahagia. Kisah cintanya ternyata tak seperti itu, ada ribuan duri dan kerikil tajam didepannya yang membuatnya siap merasakan sakit dan air mata. Anehnya, hatinya hanya tertaut untuk satu nama yang justru mencintai saudaranya, Orion

Saat semua harapannya hancur, saat ia sedang merajut hati untuk merangkai kata ikhlas melepaskan, kenapa justru laki-laki itu yang sekarang ingin bertahan, padahal Oryza sudah siap melepas

"Oryza, aku tidak ingin ada perceraian itu"

Deg

Oryza mengusap sedikit kelopak matanya yang basah dan menatap penuh tanda tanya pada suaminya

"Apa maksudmu? Jadi kamu akan menikahi Alice saat aku masih menjadi istrimu? Aku lebih memilih cerai daripada dimadu" ucapnya tegas, ia tau tidak salah laki-laki memiliki lebih dari satu istri tapi ia tak rela biarpun orang berkata surga jaminannya. Menurutnya masih banyak cara untuk menggapai surga selain itu, daripada mentalnya yang hancur berantakan lebih baik ia pergi daripada lebur tak bersisa

"Bukan, aku tidak akan menikah lagi. Hanya kamu Oryza, hanya kamu"

"Hanya aku? Apa kamu tidak mabuk Orion? Bagaimana mungkin kamu bisa mengatakan hanya aku kalau kamu mencintai Alice"

"Aku tidak pernah mencintai Alice"

"Apa kamu bercanda sekarang? Kamu mendadak bodoh? Coba kamu hitung berapa tahun kamu mencintainya? Sepuluh tahun? Dan dengan mudahnya hanya satu malam kamu mengatakan tidak mencintainya? Apa kamu masih waras?" Oryza menatap suaminya dengan tajam, mereka tak peduli dengan riuhnya suasana pesta ulang tahun dibawah sana, suasana diatas seolah sunyi karena Orion tak perlu apa-apa lagi setelah mengetahui hal yang ia salah pahami

"Aku masih sangat waras untuk mengatakan ini, dan iya aku memang bodoh selama ini, Oryza aku tak pernah benar-benar mencintai Alice, yang aku cintai adalah gadis di taman rumah sakit itu enam belas tahun lalu" Orion menjawab dengan kesungguhan yang terpancar di matanya. Terlalu sia-sia untuknya mengejar hal yang salah selama belasan tahun

"Orion, aku pernah mencintai seseorang" Oryza mengalihkan pandangannya dari mata yang terpencar kesungguhan itu, ia lebih memilih menatap indahnya langit malam hanya untuk melihat jutaan rasi bintang yang berusia jutaan tahun

"Aku tau, kamu pernah mencintai Rendra kan? Tapi dia sudah meninggal. Bagaimana mungkin kamu mencintainya walaupun dia sudah meninggal?"

"Apa kamu juga tidak mungkin masih mencintai seseorang jika orang itu sudah meninggal? Apa kamu akan mencari pengganti dirinya yang baru?"

"Tentu saja, terjebak dalam cinta lama kepada orang yang tiada hanya akan membawa kepada kesepian" Oryza termagu, tanpa sadar wanita itu menitikkan air yang yang sudah mengenang sedari tadi di pelupuk matanya. Benar, untuk apa ia berharap hal yang mustahil? Orion pasti akan menemukan sosok yang lebih baik darinya jika ia meninggal

"Kenapa kamu menangis? Apa kamu merindukannya?"

"Dia masih hidup Orion, orang yang aku cintai masih hidup" kini Orion yang termangu menatap wanita itu

"Maka berpisahlah dengannya, aku tak ingin kamu jatuh cinta dengannya lagi"

"Kamu yakin?"

"Tentu saja"

"Aku akan pergi meninggalkannya ke tempat yang begitu jauh sekali, sampai dia hanya bisa melihat fotoku saja"

"Bagus, pergilah ke tempat yang jauh dan jangan pernah kembali padanya" Orion menjawab dengan penuh keyakinan dan semangat mendukung hal itu

"Tentu saja"

Oryza juga menjawab dengan yakin, dua orang yang terlibat percakapan ambigu dan mengartikan dengan apa yang ada dalam otak mereka masing-masing. Orion yang mengartikan itu sebagai cara agar Oryza menjauh dari kekasihnya dan Oryza yang mengartikan ia akan menjauh dari Orion karena sepertinya bukan surat cerai dari pengadilan yang akan memisahkan mereka, tapi surat keputusan dari tuhan tentang rahasia dunia termasuk umur manusia

"Aku pernah mencintainya Orion, tapi dia justru mengatakan cinta pada gadis lain"

"Aku tidak tau kalau Rendra sebr*ngs*k itu" jawab Orion yang masih belum sadar jika dirinya yang dimaksud sang istri

"Sudah kukatakan berapa kali itu bukan Rendra, dia masih hidup"

"Siapa? Apakah Rega?"

"Bukan, dia ada didepanku sekarang"

"Aku?" Orion terdiam kaku menunjuk dirinya

"Iya, itu kamu"

"Kamu pernah mencintaiku?" Orion membalikkan wajah Oryza agar menatapnya saat gadis itu justru malah fokus dengan langit

"Cinta pandangan pertama yang terlalu klise" jawab Oryza terkekeh

"Aku pernah mencintaimu enam belas tahun lalu, hanya perasaan suka memasuki masa remaja"

"Kenapa? Kenapa kamu mencintaiku? Bukankah saat itu aku buta?"

"Mungkin karena kasihan?"

"Kasihan?" Orion menganga tak percaya

"Kamu tau? Untuk menunaikan janjiku padamu, aku melanjutkan sekolah tinggiku di bidang astronomi, ternyata suatu rahasia langit diatas sana membuatku ketagihan sampai melanjutkan ketingkat magister di Amerika"

"Tapi kenapa dengan bodohnya aku malah memilih gadis yang salah, aku tak tau bagaimana mengungkapkan ini sekarang"

"Kamu memang bodoh, dan bisa-bisanya aku juga pernah bodoh untuk jatuh cinta padamu"

"Pernah? Artinya sekarang tidak lagi?"

"Sebenarnya apa arti cinta untuk kita sekarang Orion? Saat surat cerai itu akan tertandatangi besok pagi"

"Tidak! Aku tidak mau dan tidak akan membawa surat terkutuk itu untukmu"

"Terkutuk? Bukankah itu yang kamu nantikan dari dulu?" Orion menggeleng, ia memegang pundak Oryza dan menatapnya dengan serius

"Tidak Oryza, tidak lagi. Kamu boleh memukulku atas semua kebodohanku, tapi tolong jangan pernah pergi"

"Bagaimana kalau ternyata takdir tuhan membuat kita berpisah?"

"Apa maksudmu?" Orion menatap mata jernih yang mulai memerah itu

"Bukankah kita hidup didunia dengan kuasa tuhan? Dia pemilik skenario kita, jadi ketika dia mengatakan terjadi, maka apa kehendak kita sebagai hambanya yang hanya makhluk lemah?"

"Oryza, aku mencintaimu. Itu kamu, aku kira Alice adalah gadis kecil di taman rumah sakit enam belas tahun lalu hanya karena ketika nama itu disebut kamu juga ikut pergi, jadi aku pikir Alice adalah namamu"

"Bisakah kamu mengembalikan rasa cinta yang pernah ada itu sekarang? Kita akan memulai hidup baru sebagai pasangan normal yang orang tua yang baik untuk Saga" bukannya menjawab Oryza malah menangis tergugu hingga Orion membawa sang istri dalam pelukannya untuk pertama kali. Pertama kali mereka bisa merasakan ketulusan itu

"Aku akan pergi Orion, aku sudah tidak bisa menahan rasa sakit tubuhku lebih lama, aku kesakitan setiap hari" Oryza menumpahkan air matanya di bahu orang yang pernah ia harapkan dulu lebih jauh, ia hanya berani mengucapkan kalimat itu dalam hatinya, ternyata takdir memang sebercanda itu untuk mereka

"Orion, maaf bajumu basah, aku mimisan"

.

Jangan lupa like nya ya teman-teman pembaca, biar author semangat up❤️😚😌

Btw, di tempat author ada gempa tadi sore lumayan keras, tapi karena dulu 2018 juga udh pernah kerasa yang lebih keras jadi enggak terlalu panik, semoga kita dan keluarga semua selalu baik-baik saja dan tetap dalam lindungan-Nya... Aamiin