Vino Bimantara bertemu dengan seorang wanita yang mirip sekali dengan orang yang ia cintai dulu. Wanita itu adalah tetangganya di apartemennya yang baru.
Renata Geraldine, nama wanita itu. Seorang ibu rumah tangga dengan suami yang cukup mapan dan seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Entah bagaimana Vino begitu menarik perhatian Renata. Di tengah-tengah kehidupannya yang monoton sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga yang kesehariannya hanya berkutat dengan pekerjaan rumah dan mengurus anak, tanpa sadar Renata membiarkan Vino masuk ke dalam ke sehariannya hingga hidupnya kini lebih berwarna.
Renata kini mengerti dengan ucapan sahabatnya, selingkuh itu indah. Namun akankah keindahannya bertahan lama? Atau justru berubah menjadi petaka suatu hari nanti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: Lebih dari Suka
Pagi hari pun tiba. Renata sudah mandi dan mengganti pakaiannya. Ia memang sudah persiapan. Sebelum pergi ke club, ia menyimpan satu stel pakaian yang ia simpan di dalam mobilnya. Renata sudah memperkirakan bahwa mereka pasti akan berakhir dengan bermalam di hotel.
Setelah siap, Renata menghampiri Vino. Ditatapnya wajah tampan yang masih terlelap itu. "Pagi," sapa Renata sambil mengecup bibir Vino.
Perlahan Vino membuka matanya, "pagi," sahutnya dengan suara parau khas bangun tidur. "Mbak udah wangi, kok gak bangunin aku dari tadi? Kita pulang sekarang?"
"Iya aku pulang sekarang. Kamu santai aja. Aku mau ke hotel tempat mertua aku buat jemput Nathan."
"Jadi Mbak ninggalin aku?"
"Gak apa-apa ya? Lagian lebih aman kita misah pulangnya. Nanti kita kabar-kabarin ya."
"Mas Gavin kapan pulang?"
"Katanya sih besok. Katanya kerjaannya kayaknya bakal selesai lebih cepet sehari. Aku belum nyalain HP lagi sejak semalam."
"Dia gak akan curiga?"
"Gak tahu juga sih. Tapi dia udah tahu kebiasaan aku, kalau aku sibuk maraton drama, pasti lupa buat buka HP. Jadi dia pasti mikirnya gitu."
"Udah makin pinter bohong," sindir Vino.
"Kan kamu yang ngajarin. Udah ya aku pergi sekarang," pamit Renata seraya mengecup kening Vino. "Dah."
"Dah Mbak."
Renata pun melangkah menuju pintu.
"Mbak," panggil Vino. Renata pun berbalik. "Nanti sore masih bisa ketemu 'kan? Ke apart aku ya."
Renata tersipu, "iya. Nanti sore kalau Nathan tidur, aku ke apart kamu."
"Aku tunggu ya," ujar Vino dengan wajah cerah.
Renata mengangguk dan pergi dari kamar itu.
Beberapa saat kemudian ia tiba di parkiran hotel tempat Nathan beserta nenek dan kakeknya menginap. Ia menyalakan ponsel setelah mematikan mesin mobil. Benar saja, ada chat dan panggilan dari Gavin. Renata segera menelpon balik.
"Halo, Ayah," sapa Renata saat terdengar Gavin dari seberang sana.
"Kemana aja sih? Kenapa HPnya gak aktif dari kemarin?" tanya Gavin dengan suara antara lega, kesal, dan khawatir.
"Maafin, Yah. Kemarin Bunda begadang maraton drama. Lupa HPnya mati dan langsung ketiduran kemarin seudah nonton. Terus Bunda tadi buru2 soalnya mau jemput Nathan. Jadi baru sempet nyalain HP. Ini baru aja nyampe di parkiran hotel."
"Lain kali gak boleh kayak gitu. Ayah cemas banget tahu. Kirain Bunda ke mana."
"Iya, maafin Bunda ya, Yah. Ayah lagi apa? Besok jadi pulang? Jam berapa?"
"Ayah kayaknya..." Gavin menjeda ucapannya. Ia khawatir Renata akan marah. "Masih banyak kerjaan di sini. Ngedadak ada kendala. Jadi kayaknya Ayah gak jadi pulang lusa. Kayaknya masih bakal dua hari lagi di sini. Maaf ya?"
Biasanya Renata akan menggerutu kesal jika Gavin tiba-tiba memberi kabar bahwa ia batal pulang sesuai jadwal. Namun kali ini, "oh gitu. Ya udah gak apa-apa, Yah. Ayah selesain aja dulu kerjaan Ayah sampai beres."
Tanpa sadar Renata mengatakannya dengan suara yang terdengar ceria, sama sekali tidak ada sesih atau kesal seperti biasanya.
"Bunda gak apa-apa?" tanya Gavin agak tak percaya.
"Iya gak apa-apa, kok. Bunda ngerti kerjaan Ayah pasti lagi banyak-banyaknya. Yang penting jangan lupa makan dan jangan kecapean ya."
"Ya udah kalau gitu," ujar Gavin lesu.
Kemudian telepon pun terputus. Renata tanpa sadar tersenyum sumringah. Itu artinya ia akan leluasa bersama dengan Vino dalam waktu yang lebih lama.
Seketika Renata tersadar. Entah sejak kapan ia lebih sering memikirkan Vino dibanding Gavin sekarang. Ia juga baru menyadari nada bicara Gavin yang terdengar lesu di akhir percakapan mereka barusan.
Renata merasa tidak keberatan jika Gavin tidak pulang sesuai dengan jadwal yang sudah dijanjikan. Padahal biasanya ia merasa sangat kesepian jika ditinggal perjalanan dinas. Bahkan tak jarang mereka bertengkar kecil karenanya. Di saat seperti itu, Renata sering kali merindukan kehidupan mereka yang dulu, sebelum Gavin naik jabatan sekitar setahun yang lalu.
Namun hatinya sudah berubah sekarang. Renata bahkan merasa senang saat mengetahui waktunya ia leluasa bersama Vino akan menjadi lebih lama.
Senyumnya tiba-tiba memudar.
"Ada apa sama lo, Ren?" gumam Renata bingung dengan perasaannya sendiri.
Kemudian Renata menjemput Nathan dan mengantar kedua mertuanya itu ke bandara. Sesuai janji, setelah itu ia bertemu dengan Mona. Mereka tidak bertemu di apartemen Renata seperti yang direncanakan, melainkan di sebuah mall.
"Sorry ya, Noah pengen main ke playground soalnya. Jadi gak apa-apa 'kan kita ketemu di sini?"
Renata dan Mona kini ada di sebuah restoran yang terletak di mall itu. Sedangkan Nathan, Noah, dan juga Gea, anak kedua Mona, berada di playground bersama pengasuh yang Mona pekerjakan untuk menjaga kedua anaknya.
"Gak apa-apa kali, Mon. Gue juga baru banget jemput Nathan. Untung lo nelepon sebelum gue sama Nathan ada di rumah. Jadi gue langsung ke sini barusan. Tapi anak-anak gak apa-apa ditinggal?"
"Aman. Pengasuhnya bisa dipercaya, kok. Malah Noah sama Gea lebih deket sama pengasuh itu daripada sama gue. Eh jadi gimana kemarin, jadi lo ngamar sama Vino? Cerita dong, sejak kapan lo sama dia deket?" seloroh Mona tak sabar.
Renata merasa campur aduk. Ia malu, merasa bersalah, namun ada sedikit bahagia karena akhirnya ada seseorang yang mengetahui hubungan yang selama ini selalu ia tutup rapat dari semua orang itu.
"Lo kok bisa tahu sih," keluh Renata.
"Gue ini pakarnya mendua bahkan mentiga. Gue juga udah kenal banget sama lo. Gak mungkin gue gak tahu. Lagian gerak-gerik lo juga mencurigakan. Lo harus belajar dari gue buat bisa punya dua cowok sekaligus dalam hidup lo," ujar Mona menasehati.
"Bener juga. Lo 'kan udah pengalaman punya banyak cowok dari sejak kita SMA dulu."
"Nah itu lo tahu. Jadi gimana ceritanya lo bisa sama berondong lo yang ganteng itu?" goda Mona.
Renata pun menceritakan awal hubungannya dengan Vino pada sahabatnya itu.
"Gila, gue gak nyangka lo bisa terjebak kayak gini. Gue kira lo bakal setia sampai kapanpun sama Gavin. Secara dari dulu lo berdua itu kayak: kalau ada Renata, di situ pasti ada Gavin. Se-couple goals itu 'kan lo berdua. Ternyata Vino bisa bikin lo bisa hilang arah gini sampai-sampai bisa bikin tembok pertahanan seorang Renata roboh, bener-bener hancur lebur."
"Tapi lo jaga rahasia gue ini dari siapapun ya. Please. Bahkan Deva jangan sampai tahu. Awas lo, Mon," tegas Renata seraya memohon.
"Ya ampun, gak percaya banget sama gue. Tenang aja kali. Ngejaga yang namanya rahasia, gue ahlinya. Tapi, Ren, gue pengen tahu, lo itu beneran ada rasa sama dia atau cuma sekedar have fun sama dia?"
Renata menimang-nimang sebelum menjawab. Terbayang wajah Vino dan jantungnya langsung bergemuruh, "kayaknya gue udah mulai ada rasa sama dia, Mon. Gue lebih dari suka sama Vino."
semoga endingnya membahagiakan semuanya sich 🤭😁🤪
move on vino dari Rania 💪
lanjutin jaa Renata ma vino 🤭🤭🤭 situ merasa bersalah sdngkn suami mu sendiri dh selingkuh duluan 🙈😬😞😞