Delvia tak pernah menyangka, semua kebaikan Dikta Diwangkara akan menjadi belenggu baginya. Pria yang telah menjadi adik iparnya itu justru menyimpan perasaan terlarang padanya. Delvia mencoba abai, namun Dikta semakin berani menunjukkan rasa cintanya. Suatu hari, Wira Diwangkara yang merupakan suami Delvia mengetahui perasaan adiknya pada sang istri. Perselisihan kakak beradik itupun tak terhindarkan. Namun karena suatu alasan, Dikta berpura-pura telah melupakan Delvia dan membayar seorang wanita untuk menjadi kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astuty Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERTUNANGAN
Sat set, ungkapan tersebut sangat cocok mewakili keadaan yang dialami Delvia dan Wira, belum genap dua minggu sejak mereka menyetujui perjodohan konyol dan hari ini mereka akan melangsungkan pertunangan.
Atas permintaan Delvia dan Wira, pertunangan di adakan dengan sederhana dan hanya mengundang kerabat terdekat saja. Acara tersebut di gelar di rumah pihak wanita, sehingga sejak kemarin rumah Delvia tampak ramai, beberapa orang mondar-mandir memasang dekorasi.
Mulai dari halaman hingga ruang tamu di penuhi dengan dekorasi bunga segar, tampak begitu indah, sayangnya keindahan tersebut tak membuat Delvia bahagia. Luka terbendung bersama genangan air mata, nyatanya pakaian yang indah dan dandanan yang sempurna tak berhasil menutupi kesedihan Delvia.
“Kamu masih memiliki kesempatan untuk kabur,” ucap Erika konyol, dia hanya tidak ingin melihat adiknya mengalami hal serupa, menikah dengan seseorang yang tidak di cintai.
“Lalu setelahnya kakak harus mengurus pemakaman mama,” sahut Delvia seraya tersenyum, senyuman yang mewakili kemarahan dan kekecewaannya.
Erika menghela nafas panjang, dia tak bisa berkata-kata lagi. “Semoga kamu bahagia!”
Pihak laki-laki sudah tiba dan acara pertunangan akan segera di laksanakan. Setelah melewati beberapa rangkaian acara, kini saatnya Delvia dan Wira saling bertukar cincin.
“Kamu cantik sekali,” puji Wira dengan suara berbisik.
“Aku memang selalu cantik mas,” Delvia menjawab seraya tersenyum, semenjak menyetujui perjodohan, mereka sepakat untuk berbicara secara nonformal agar hubungan mereka terlihat semakin dekat.
Suara tepuk tangan mengiringi acara tukar cincin, kini keduanya telah resmi terikat satu sama lain dan tiga bulan kemudian mereka akan melangsungkan pernikahan.
Acara inti telah selesai, kedua keluarga tengah menikmati jamuan di rumah Delvia. Sementara itu Delvia dan Wira sibuk memperkenalkan diri kepada keluarga, tentu saja atas paksaan kedua ibu mereka.
Lelah berkeliling dan memperkenalkan diri, akhirnya Delvia dan Wira bisa beristirahat, keduanya duduk bersebelahan seraya menikmati segelas orange jus.
“Capek?” tanya Wira seraya menatap Delvia.
“Lumayan mas!”
“Bertahanlah, sebentar lagi aku akan membawa mereka pulang agar kamu bisa istirahat!”
Delvia menoleh, menatap Wira yang sedang menatapnya. “Terima kasih atas kemurahan hati anda tuan Wira,” sahut Delvia berkelakar sehingga keduanya tertawa bersama.
Di saat yang sama, seorang pria datang menghampiri mereka, menatap keduanya tajam lalu berdehem untuk mengalihkan perhatian.
Wira menoleh ke arah suara, dia segera beranjak dari duduk. “Kamu datang?” tanyanya pada pria itu.
“Tentu saja aku harus datang di hari bahagiamu. Apa itu tunanganmu,” pria itu menunjuk Delvia dengan ekor matanya.
“Ya,” Wira lalu menoleh ke arah Delvia dan menyuruh gadis itu untuk menghampirinya. “Via, dia adalah Julian, rekan bisnisku,” ucap Wira memperkenalkan pria itu.
Delvia tersenyum seraya menyambut uluran tangan pria bernama Julian. “Saya Delvia, terima kasih sudah datang di acara kami,” tuturnya bebasa-basi.
“Sudah seharusnya saya datang. Ngomong-ngomong kamu sangat cantik,” puji Julian seraya menelisik ujung rambut hingga ujung kaki Delvia, membuat gadis itu merasa kurang nyaman.
“Terima kasih,” jawab Delvia dengan senyum yang dia paksakan, entah mengapa Delvia merasa Julian tak menyukainya meski pria itu memberi pujian padanya.
Di tengah perbincangan mereka, tiba-tiba Nila datang menghampiri mereka. Nila menatap Julian sinis, lalu beralih menatap Delvia seraya tersenyum. “Via sayang, ada beberapa teman daddy yang datang dan ingin bertemu denganmu. Ayo ikut mommy nak,” ajaknya lebut.
“Baik mom,” ya, setelah menerima perjodohan, Nila menuntut Delvia untuk memanggilnya mommy dan Delvia hanya bisa menurut.
“Wira, kamu juga ikut!” perintah Nila dengan nada tegas.
“Makananlah sesuatu, aku permisi sebentar,” ucap Wira pada Julian.
Nila kembali melayangkan tatapan tak suka pada Julian sebelum menarik tangan Wira menjauh. “Jauhi temanmu itu!”
Ry dukung Dikta tunggu jandanya Delvi
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada buat Dy
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada bersamanya bkn suaminya
Lagian suaminya sibuk selingkuh sesama jenis
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Suami mana peduli
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Devi di datangi pelakor yg merebut ayah nya lagi
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
jangan sampai Dikta terjerat oleh Hera
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan