Prince Oscar Arnold tidak pernah menyangka kalau wanita dulu sering membully dirinya di kampus ternyata adalah wanita yang selama ini diincar oleh musuhnya di dunia bawah tanah. Namun, siapa yang akan menyangka jika wanita itu ternyata diam-diam menyimpan rasa padanya.
Dua tahun kemudian sejak lost contact. Mereka dipertemukan kembali dengan situasi yang berbeda. Tak ada angin tak ada hujan. Tiba-tiba Oscar mengajak Kimberly menikah tanpa sebab. Akankah Oscar benar-benar mencintai Kimberly dan membalas cinta Kimberly yang sudah tumbuh sejak beberapa tahun yang lalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Seorang dokter terlihat masuk dan memeriksa kondisi Kimberly. Setelah selesai memeriksa kondisinya. Dokter itu menghampiri Oscar dan mengobrol beberapa saat.
"Apa yang terjadi padanya?" tanya Oscar dengan wajah datar.
"Dari ciri-ciri perilaku pasien. Saya mendiagnosis pasien mengalami trauma akibat pelecahan yang dilakukan seseorang kepadanya. Jika Anda berkenan. Kami bisa melakukan visum dan memberikan hasilnya kepada Anda beberapa hari lagi. Jika Anda tidak ingin dilakukan visum. Anda bisa membawanya melakukan terapi ke dokter psikiater."
"Baiklah. Terima kasih atas informasinya." ujar Oscar tanpa bertanya lebih jauh lagi mengenai kondisi Kimberly.
Oscar menemani Kimberly tanpa tidur sedetik pun sepanjang malam mengawasi Kimberly agar tidak melukai dirinya.
Keesokan harinya
Kimberly merasa cahaya matahari mulai menyentuh kulit tangannya. Kimberly perlahan membuka kedua matanya dan menatap langit-langit kamar rumah sakit dengan pandangan kosong.
"Good morning." sapa Oscar menatap wajah murung istrinya dan mengecup kening Kimberly itu sekilas.
Cup
"Mengapa hari ini kau mengabaikan ku? Apa kau tidak senang melihatku kembali." lanjut Oscar membuat Kimberly tiba-tiba menangis terisak-isak.
Oscar dengan cepat memeluk tubuh bergetar istrinya. "Jangan cemas. Semuanya akan baik-baik saja." ucap Oscar menenangkan istrinya agar lebih tenang.
Setelah Kimberly lebih tenang. Oscar menatap wajah pucat dan mata sembab istrinya. "Ada apa? Hem? Apa ada hal yang menggangu pikiranmu?" tanya Oscar tepat di depan wajah Kimberly.
Bola mata Kimberly terlihat bergerak kesana kemarin seperti orang ketakutan. "Jika kamu belum siap berbicara. Tidak apa-apa. Aku tidak akan bertanya lagi. Jangan khawatir semua akan baik-baik saja." timpal Oscar mengecup kedua mata Kimberly dengan lembut.
"Ayo sarapan. Aku akan menyuapi mu." ujar Oscar mengambil sarapan dari rumah sakit untuk Kimberly.
Oscar menyuapi Kimberly dengan begitu sabar hingga semua sarapan yang disediakan oleh rumah sakit masuk ke dalam perutnya.
"Setelah keluar dari rumah sakit aku akan membawamu ke dokter psikiater." celetuk Oscar merapikan alat-alat bekas makan Kimberly.
"Aku tidak gila." jawab Kimberly menolak tawaran Oscar.
"Siapa yang bilang kamu gila. Aku hanya ingin menyembuhkan rasa takut dan cemas yang berlebihan." jawab Oscar dengan nada sedikit memaksa.
Kimberly dengan cepat masuk ke dalam selimut dan menutup seluruh tubuhnya. Ia tidak mau pembicaraan mereka berlanjut hingga menciptakan perdebatan yang tidak kunjung usai.
Tiga hari kemudian. Kimberly akhirnya diijinkan pulang dengan catatan. Oscar harus mengawasi Kimberly seharian penuh. Bisa saja sewaktu-waktu wanita itu memiliki pikiran untuk bunuh diri lagi akibat kejadian yang mengguncang psikisnya.
Oscar menutup seluruh wajahnya dengan topi dan masker sebelum keluar dari rumah sakit. Ia tidak ingin orang lain mengenalinya hingga membahayakan nyawa orang-orang disekitarnya termasuk Kimberly.
Setibanya di apartemen Kimberly langsung masuk ke dalam kamar dan menatap keadaan kamar yang sudah rapi.
"Oscar... mari kita bercerai. Aku merasa sedari awal hubungan pernikahan ini hanyalah sebuah lelucon yang tidak tahu arahnya akan kemana." ujar Kimberly memberanikan diri.
"Bukankah kau sangat takut jika orang lain mengetahui hubungan pernikahan kita. Jika kau sangat takut orang lain mengetahuinya. Bukankah lebih baik orang lain tidak tahu mengenai pernikahan kita selamanya. Lebih baik kita akhir pernikahan ini secepatnya sebelum semuanya menjadi rumit." lanjut Kimberly dengan wajah datar. Namun siapa yang tahu kalau Kimberly sedang berusaha menahan lukanya sendirian.
"Apa kau sedang bergurau?" tanya Oscar dengan rahang mengeras. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Kimberly akan mempermainkan pernikahan mereka yang baru berlangsung beberapa hari saja.
Kimberly mengalihkan pandanganya kearah Oscar dan menatap wajah pria itu dengan tatapan terluka. "Aku serius dengan perkataan ku! Mari bercerai. Aku akan merahasiakan pernikahan sebelumnya dari semua orang hingga malaikat maut mencabut nyawaku." jawab Kimberly mengalihkan pandanganya dari wajah marah Oscar.
Oscar dengan cepat mencengkram bahu Kimberly dan menatap wajah wanita itu dengan tajam.
"Kau tidak tahu apa-apa tentang hidupku! Namun satu hal yang harus kau tahu! Sekali kau masuk ke dalam hidupku! Maka kau tidak akan pernah bisa keluar dari lingkungan hidupku hingga malaikat maut mencabut nyawamu!" ujar Oscar menahan amarah di dalam dirinya. Oscar kemudian keluar dari kamar dan membanting pintu dengan kuat. Suara bantingan pintu yang cukup kuat tentu saja membuat Kimberly terkejut.
Dengan kemarahan berapi-api. Oscar melemparkan semua benda-benda berbahan kaca yang Ia temui di dapur.
Prang!!
Prang!!
Prang!!
Setelah lelah melampiaskan amarahnya. Oscar kemudian mengambil air putih di kulkas dan meminumnya hingga tandas untuk mendinginkan hatinya.
"Apa semudah itu baginya mengucapkan kata cerai!" gerutu Oscar mengepalkan kedua tangannya meredam rasa kesal dihatinya.
