Started on Agustus 2024
Tinggal di kota membuatnya memiliki hubungan yang bebas dengan sang kekasih hingga akhirnya menghadirkan sesuatu dalam dirinya. Lantas bagaimana jika sang kekasih menolak untuk bertanggung jawab dan memintanya untuk menggugurkan kandungannya.
"Gugurkan kandungan itu dan kamu akan tetap menjadi pacarku." ucap Gavin Biantara Ryszard
"Tidak! Aku tak akan pernah menggugurkannya, cukup ia hadir karena kesalahan." lirih Arista Xaviera Exelyn
Entah Arista harus bersyukur atau justru sedih karena kesalahannya tersebut menghadirkan anugrah indah di dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon matchaneedz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 6. Mulai lelah
Arista memasuki rumah bibinya dengan langkah gontai, gadi itu duduk di sofa dan memejamkan matanya. Dia mulai teringat kejadian demi kejadian yang terjadi hari ini. Mulai dari penolakan Gavin untuk berangkat bersama, ucapan Aurel soal pacar Gavin, dan kejadian di lift tadi. Dimana dia melihat dengan terang-terangan kekasihnya digandeng oleh rekan kerjannya. Oh jangan lupakan, tadi pagi sewaktu Arista melihat Chelsea turun dari mobil Gavin.
Pagi tadi, Arista memang sampai sedikit terlambat di kantor. Dia salah naik rute bus, ntah pikirannya sedang berkelana di mana. Tetapi karena hal tersebut dia jadi bisa melihat secara langsung, saat dimana Chelsea keluar dari mobil Gavin di depan lobi perusahaan. Saat itu Arista hanya menatap mereka dari jauh dengan tangan terkepal menahan rasa sesak yang memenuhi rongga dadanya.
Setelah keduanya memasuki gedung perkantoran, Arista baru melanjutkan langkahnya. Meskipun hal itu membuatnya semakin terlambat sampai di meja kerjanya. Beruntungnya Pak Ale adalah orang yang baik, dia mengizinkan Arista untuk alasan keterlambatannya.
"Loh nduk, udah pulang? Capek ya, tiga hari ini lembur terus." Ucap Seorang wanita paruh baya yang baru memasuki rumah tersebut.
Arista memuka matanya mendengar suara itu, wanita paruh baya yang merupakan bibinya itu mendekat dan mulai mengusap kepala Arista dengan lembut. "Capek banget ya? Kerjanya jangan di forsir nduk... Kalau pendapatan kamu masih kurang, mending Bibi ngga usah dikasih dulu yaa."
Segera gadis itu menggeleng dan menggenggam tangan Bi Rena yang tengah mengusapnya. "Bi jangan bicara seperti itu, itu emang hak Bibi. Tata bukan lagi capek karena kerjaan kok Bi tapi ada hal lain yang lagi bikin Tata capek." Ucap Arista pelan, Tata merupakan panggilan sayang dari keluarga dekatnya.
"Kalau begitu maka kisah cintamu yang membuatmu lelah? Ada apa nduk, ceritakan pada Bibi jika ada yang mengganggu pikiranmu. Jangan di pendam sendiri ya." Nasihat Bi Rena, tangannya kembali mengusap lembut kepala ponakannya itu. Wanita itu menarik ponakannya untuk merebahkan kepala di pangkuannya.
"Bi, dia berubah. Sikap Gavin berubah..." Lirih Arista dengan mata yang berkaca-kaca.
Cerita mulai mengalir dari mulut Arista, mulai dari perubahan sikap pria itu. Tentu ada beberapa hal yang tidak gadis itu ceritakan, salah satunya hubungan mereka yang sudah seperti suami istri dan sikap Gavin yg berbeda saat memadu kasih dengannya.
"Apa ada saat dia bersikap seperti dulu?" Tanya Bi Rena.
Arista menggeleng, tentu gadis itu memilih untuk tetap merahasiakan gaya pacarannya yang bebas itu.
"Kamu lelah dengan hubungan yang kamu jalani ini?" Tanya Bi Rena kembali, dia selalu sedang berusaha menggali perasaan keponakannya itu lebih dalam.
"Sangat Bi, Tata capek. Seolah hanya aku yang menjalani hubungan ini. Selama ini hanya aku yang mengkhawatirkannya, hanya aku yang merindukannya." Kali ini Arista mulai mengeluarkan tangisnya.
"Selama ini Arista bertahan, tapi kalau sudah berhubungan dengan wanita lain. Tata ngga yakin akan sanggup bertahan lebih lama Bi..."
Bi Rena diam, wanita itu terus mengusap surai lembut ponakannya. Dia menatap sendu pada Arista yang masih menangis sesenggukan di pangkuannya.
"Bagaimana kalau mereka benar ada hubungan Bi? Lalu Arista ini apa?"
"Arista sayang, yang Bibi tangkap dari cerita kamu itu hanya spekulasi kamu. Belum tentu benar dan belum tentu salah tapi tentu belum bisa dianggap sebagai kenyataan. Coba komunikasikan terlebih dahulu dengan Gavin, barangkali itu hanya gosip tak berdasar."
"Tapi Tata liat sendiri Bi, gimana mereka berangkat bareng. Terus tadi kita satu lift, Gavin hanya diam waktu aku liat mereka. Bahkan dia biarkan perempuan itu memegang lengannya di depan umum." Rengek Arista.
Kali ini Bi Rena hanya diam, dia tau hanya akan percuma bila memberi nasihat pada seseorang yang tengah dikuasai rasa cemburu.
"Yasudah, kamu jalani hubungan itu dan pertahankan Gavin sampai kamu benar-benar capek. Saat waktu itu tiba, kamu tidak akan terluka dalam saat melepaskannya. Kamu dapat cepat mengikhlaskan dia." Ucap Bi Rena yang membuat Arista akhirnya menatap Bibinya itu.
Dia menatap bingung, "Maksudnya bagaimana Bi?"
"Bertahanlah sampai hati kamu benar-benar lelah. Saat hati kamu sudah sangat lelah, itu akan semakin memudahkan kamu untuk melepaskan pria itu. Hatimu tidak akan mampu untuk sekedar menahan rasa untuk pria itu saat benar-benar lelah. Jadi bertahanlah sampai kau tak mampu lagi, nduk."
Arista terdiam, pikirannya melalang buana ke setiap moment kebersamaannya dengan Gavin. Mereka memang menjalani hubungan baru dua tahun, tetapi sebelum itu mereka sudah kenal dekat. Gadis itu ragu, tapi cepat atau lambat akan ada keputusan yang harus dia ambil. Lanjut atau berhenti.
"Kamu satu-satunya buat aku Ta, jangan pernah tinggalin aku yaa. Kemanapun kamu pergi selalu inget kalau kamu punya tempat kembali, itu aku."
"Ga pernah ada wanita lain yang bisa gantiin kamu di hidup aku. Kamu segalanyaa.."
"Aku ngga peduli mereka ngga setuju sayang, kita yang jalanin hubungan ini. Kita berjuang bareng ya."
"Kamu jangan ngerasa rendah gitu dong, aku ngga peduli sama latar belakang kamu. Disini ada aku, aku yang bakal bantu kamu buat bungkam mereka."
"Maaf sayang, untuk sementara hubungan ini disembunyikan dulu yaa. Papa minta aku fokus kerja dulu sampai bisa gantiin papa jadi CEO di perusahaan ini."
"Kamu bohong by..." ucap Arista lirih, gadis itu terus menangis di pangkuan sang Bibi.
"Menangislah sepuasmu nduk, tapi besok jangan perlihatkan wajah sedih ini ke mereka ya. Cukup mereka tau bahagiamu saja."
...----------------...
"Kamu jangan gini dong Ta, aku kan udah bilang kita ngga ada hubungan apa apa. Chelsea itu sahabat kecil aku." Ucap Gavin dengan sedikit keras.
Saat ini Arista berada di apartemen Gavin, tadi sepulangnya dari kantor pria itu segera menariknya masuk ke dalam mobil. Pria itu kesal karena Arista terus saja mengabaikan pesannya, jangankan dibalas bahkan dibaca juga tidak.
"Yaudah, terus aku harus gimana Gavin? Dia sahabat kecil kamu oke, udahkan? Sekarang aku harus pulang. Aku capek." Ucap Arista, dia bangkit dari duduknya dan meraih tas miliknya yang berada di atas meja.
"Hubungan kita backstreet, km ngga lupa kan Ta? Papa bakal curiga kalau aku jauhin Chelsea tiba-tiba."
"Aku ngga minta kamu jauhin kok Gav, aku ngga minta apa apa loh. Udah ya, aku capek."
Tanpa menunggu jawaban, Arista memilih untuk berbalik menuju pintu. Dia enggan berlama-lama, dia sudah menahan air matanya sejak tadi.
Namun, belum sempat mencapai pintu terasa ada sepasang tangan yang mendekapnya erat dari belakang. "Jangan pergi, maaf..." Bisik Gavin pelan tepat di telinga gadis itu.
Pria itu segera meraih tubuh kekasihnya dan membawanya ke dalam kamar. Seperti biasa permasalahan mereka akan selesai ketika di bawa ke ranjang.
...----------------...
...Aku lelah tapi belum rela untuk melepaskan - Arista X.E....
...----------------...
To be Continued
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak dibawah sini yaa✨