NovelToon NovelToon
Mencari Aku, Menemukan Kamu

Mencari Aku, Menemukan Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Slice of Life
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dylan_Write

"Aku menyukainya. Tapi kapan dia akan peka?" ー Asami

"Aku menyukaimu, tapi kurasa orang yang kamu sukai bukanlah aku" ー Mateo

"Aku menyukaimu, kamu menyukai dia, tapi dia menyukai orang lain. Meski begitu, akan aku buat kamu menyukaiku lagi!" ー Zayyan

.
.
.
Story © Dylan_Write
Character © Dylan_Write
Cover © Canva

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dylan_Write, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasa Yang Terselip

Hasil seleksi pun keluar dan anggota-anggota baru sudah mulai bergabung dalam kegiatan, dan kegiatan pertama mereka adalah lomba 17-an. Dibentuklah susunan kepanitiaan event dimana Asami bertugas menjadi panitia lomba bakiak.

Ini kali pertama Asami jadi panitia, ia cukup gugup dan cemas tapi untungnya teman-teman OSIS lain membantunya. Ia jadi merasa malu karena terlihat seperti kakak kelas yang tidak bisa apa-apa di depan adik kelasnya. Selain hal itu, semua perlombaan berjalan lancar.

Asami merebahkan bokongnya ke kursi taman sekolah. Ia menatap lurus ke arah perlombaan bakiak yang sudah memasuki tahap final. Ia meminta izin rehat sebentar karena energinya terkuras habis. Event seperti ini sama sekali tidak cocok dengan Asami yang introvert, tapi Asami tetap harus lakukan karena ini tanggung jawabnya.

"Yee si Sasa bukannya jagain lomba malah ngadem di sini."

Suara familiar yang terdengar menyebalkan membuat Asami langsung menoleh ke sumber suara. Ditatap sinis pemilik suara yang tak lain adalah Mateo itu.

"Kamu sendiri ngapain? Bukannya jagain bagian catur malah jajan." Sindir balik Asami seraya melirik tajam ke makanan yang berada di tangan Mateo.

Mateo terkekeh. Ia duduk di samping Asami lalu menyodorkan makanannya, "mau nggak?" Asami menggeleng.

"Jangan sampai lemas dan pusing lagi karena telat makan." Ucapnya mengingatkan.

Pipi Asami perlahan memerah. Ia menatap hal lain dengan tangan yang sibuk memainkan ujung rambutnya. Mateo memang friendly dan care pada teman-temannya, tapi kok rasanya jika padanya perlakuannya sedikit berbeda?

Asami menoleh ke Mateo, menatap wajah yang amat sangat disukai Asami itu dengan tatapan tulus. Yang ditatap tidak sadar, atau lebih tepatnya pura-pura tidak sadar sedang diperhatikan. Semburat merah jambu perlahan menghiasi wajah Mateo, ia kemudian mendeham, membuat Asami sedikit terkesiap.

"Saya mau balik jaga catur dulu ah." Ujarnya seraya bangkit dengan salah tingkah.

"Eh, tunggu tunggu." Tahan Asami. Mateo menghentikan langkah lalu menoleh pada Asami dengan tatapan 'kenapa?'.

Asami tidak berkata apapun, ia bangkit lalu sedikit berjinjit dan hendak mengambil sesuatu di atas kepala Mateo. Namun Mateo refleks memproteksi dirinya dengan mengambil satu langkah mundur.

"Jangan gerak. Ada daun di kepalamu."

Mateo mengibas-ngibaskan kepalanya dengan tangan, namun daun yang dimaksud Asami masih di sana. Asami menghela napas, ia kembali berjinjit dan kali ini Asami mengambil daun tersebut kemudian menunjukkannya pada Mateo.

"Ditolongin nggak mau, saya tuh nggak bohong tau." Asami membuang daun tersebut kemudian berlalu kembali ke lomba bakiak.

Sementara Mateo terpaku. Sebelah tangannya ia gunakan untuk menutupi wajahnya yang sudah merah padam.

Padahal hanya hal sepele, tapi kenapa memalukan begini? Pikir Mateo.

...ΩΩΩΩ...

Acara 17-an pun selesai pukul 4. Sejam berikutnya dipakai untuk merapikan alat-alat perlombaan dan membersihkan lapangan. Asami meregangkan tubuhnya yang kaku akibat terlalu lama berdiri dan menunduk. Ia menoleh ke sana-kemari untuk mencari sampah yang belum ia pungut.

Setelah selesai membersihkan lapangan, mereka semua kembali ke Ruos untuk rehat sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang.

Asami hari itu berangkat dengan Mateo, otomatis pulangnya pun bersama Mateo. Dalam perjalanan, tidak ada percakapan apapun diantara mereka. Namun Mateo lagi-lagi melajukan motornya dengan kecepatan sedang, membuat keduanya dapat menikmati angin sore yang sejuk.

Saat sudah setengah perjalanan, Mateo tiba-tiba angkat suara.

"Saya mau ke rumah kak Icha dulu, ada yang mau saya kembalikan. Gapapa kan mampir dulu?"

Asami mengerjap bingung, "Boleh."

Kenapa harus bertanya saat Mateo bisa langsung membawanya ke rumah Icha? Ah Asami lupa, Mateo itu orang yang sopan.

Asami turun dari motor, sedangkan Mateo memarkirkan motornya terlebih dahulu, melepas helm baru turun dari motor. Mateo berulang kali memanggil Icha dan setelah panggilan yang lama, barulah Icha keluar.

"Maaf ya, dek. Nggak kedengeran dari dalem."

Mateo dan Asami menggeleng, "gapapa, kak."

"Ini ada apa ke sini?"

"Mau balikin ini, kak." Mateo mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya lalu memberikannya pada Icha.

"Owalah. Udah selesai makenya, dek?" Mateo mengangguk.

"Mau minum dulu nggak? Mau minum apa?" Tanya Icha. Namun Mateo dan Asami menggeleng, "gapapa, kak. Kita langsung pulang aja, masih harus bantu ngurus proposal berikutnya." Ujar Mateo.

Icha sedikit kaget, "baru selesai 17-an loh dek, masa mau langsung event baru. Nggak capek kamu?"

Mateo tersenyum penuh makna, namun kata-kata selanjutnya membuat Asami melotot tidak percaya.

"Asal ada dia, nggak akan capek, kak."

Icha ikut tersenyum penuh makna, "dia?" tanyanya seraya melirik Asami. Yang dilirik hanya bisa menatap bingung, padahal wajah Asami sudah memerah dalam balutan masker.

"Dia, dek?" Ulang Icha memastikan. Mateo tidak menggeleng, namun ia menyahut dengan nada rendah, "bukan." masih membiarkan senyuman penuh maknanya terpajang di wajah.

"Tapi matamu tadi ngelirik dia, lho."

Mateo tetap bilang 'bukan', namun senyuman penuh makna tidak lepas dari wajahnya. Di sisi lain, Asami kebingungan. Ia hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Seketika otaknya tidak bekerja dengan baik dan wajahnya sudah merah padam bak kepiting rebus. Beruntung masker menutupi sebagian wajahnya.

"Yaudah, kak, saya pulang dulu." Akhirnya Mateo menghentikan suasana awkward itu. Icha terkekeh karena dapat melihat chemistry Asami dan Mateo yang semakin menguat.

Keduanya naik ke motor lalu kemudian melaju, menjauh dari rumah Icha.

...ΩΩΩΩ...

"Kak, maaf kalau nggak sopan. Tapi kakak pacaran kah sama kak Mateo?"

"Uhuk! Uhuk!" Asami tersedak liurnya sendiri begitu mendengar kalimat itu.

"Kak! Kakak gapapa?!" Sang adik kelas yang bertanya panik.

Asami menggeleng dan mengatakan tidak apa-apa, namun pertanyaan barusan benar-benar membuatnya salah tingkah.

"M-mana ada pacaran. Kami cuma teman." Asami terkekeh, hatinya potek sedikit saat memberikan fakta bahwa ia dan Mateo hanyalah teman.

"Aku kira pacaran..." sang adik kelas mengeluh kecewa.

"Memangnya kelihatan seperti orang pacaran ya?" Tanya Asami penasaran.

Sang adik kelas mengangguk, "iya. Kemana-mana selalu bareng terus. Liatnya lucu." Ia terkekeh.

Sementara Asami memalingkan wajah karena pipinya memanas. Ia tidak tahu, chemistry yang sudah terbentuk antara dirinya dan Mateo sudah segitu kelihatannya. Padahal Mateo sendiri sikapnya tidak konsisten pada Asami. Kadang tiba-tiba akrab, kadang tiba-tiba asing.

Selagi memikirkan hal tersebut, lamunannya terpecahkan saat si adik kelas kembali berujar, "eh itu kak Mateo. Lho? Cewek di sebelahnya siapa, kak? Bukan anak OSIS ya? Aku nggak pernah lihat."

Asami ikut menatap ke arah yang ditatap si adik kelas. Terlihat di sana ada Mateo sedang asik bermain voli berdua dengan seorang perempuan berambut panjang yang dikuncir kuda.

NYUUUTTTT.

Hati Asami sedikit sakit melihat Mateo bisa tertawa akrab dengan perempuan tersebut. Pasalnya, ia tidak pernah melihat Mateo tertawa sebahagia itu dan tidak pernah tertawa seperti itu di depan Asami.

Tapi ini bukan kali pertama Asami melihat Mateo begitu. Dalam beberapa kali, Mateo tertangkap sedang perhatian dan peduli pada perempuan lain yang tidak diketahui Asami.

Memang Mateo itu friendly, ramah dan sopan. Siapa juga yang tidak ingin berteman dengan orang seperti itu, tapi Asami menganggap Mateo sengaja melakukannya di depan Asami agar Asami merasa cemburu.

"Aku duluan ya." Ucap Asami seraya berlalu. Sang adik kelas memiringkan kepala bingung.

...ΩΩΩΩ...

Asami menyodorkan sebuah minuman botol pada Mateo saat Mateo baru saja masuk ke Ruos. Mateo mengerjap-ngerjap bingung, "apa ini?"

"Minuman lah. Kamu habis main voli kan? Anggap aja bayaran tumpangan hari ini." Sahut Asami cuek. Ia masih badmood karena melihat adegan di lapangan tadi.

Mateo mengambil minuman botol itu, membukanya lalu meneguknya sampai setengah. Ia menatap Asami yang wajahnya sedang tertekuk, ia tersenyum simpul, "makasih minumannya."

Asami melirik sekilas senyuman itu, wajahnya kembali memerah. Padahal lagi badmood tapi begitu Mateo senyum, moodnya langsung kembali baik. Ia membelakangi Mateo lalu Asami berujar dengan sangat pelan karena malu.

"S-sama-sama..."

...******...

1
ussy kusumawati
semangat💪🏻💪🏻
Anna🌻
kak aku mampir, semangat terus ya💖
Dylan_Write: Halo Anna, terima kasih sudah mampir~
Semangat juga dalam beraktivitas^^
total 1 replies
Aurora79
😂😂😂😂😂😂
Aurora79
Foolback ya kak! 😁
Aurora79
Mampir aku kak KenKen... Sepertinya menarik...😊🍻
Ind
semangat kak,saya malah lagi ongoing bab 6 🥹🥹
masih jauh...saling support yaa
Dylan_Write
Halo~
Ini karya pertamaku di sini. Hope this book can make all of you enjoy reading!
Masih banyak kekurangan dalam buku ini, tapi aku selalu berusaha memperbaikinya hari demi hari.
Mohon dukungannya~!
Anonymous
NEXXTTTTT
Gresiaa_.
semangat thorr...
Arisena
Coba-coba baca novel romansa, kyknya oke juga
smgt thor💪
Dylan_Write: Terima kasih banyakkkk
total 1 replies
Salsabila
mampir juga ya ke cerita ku💕
Salsabila
cerita nya seru
Una loca(。・`ω´・)
Memikirkan ulang
Dylan_Write: Terima kasih sudah mampir dan membaca. Dukunganmu sangat berharga(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!