NovelToon NovelToon
JANGAN MADU AKU GUS

JANGAN MADU AKU GUS

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Pihak Ketiga
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

🏆🏅 Juara Harapan Baru YAAW Season 10🥳

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Hafsa tidak menyangka bahwa pernikahannya dengan Gus Sahil akan menjadi bencana.

Pada malam pertama, saat semua pengantin seharusnya bahagia karena bisa berdua dengan orang tercinta, Hafsa malah mendapatkan kenyataan pahit bahwa hati Sahil tidak untuknya.

Hafsa berusaha menjadi istri yang paling baik, tapi Sahil justru berniat menghadirkan wanita lain dalam bahtera rumah tangga mereka.

Bagaimana nasib pernikahan tanpa cinta mereka? Akankah Hafsa akan menyerah, atau terus berjuang untuk mendapatkan cinta dari suaminya?

Ikuti terus cerita ini untuk tahu bagaimana perjuangan Hafsa mencairkan hati beku Gus Sahil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Jangan Sampai Menyesal

Gus Sahil menundukkan kepalanya sembari duduk di depan ruangan Umi Zahra. Berkali-kali lelaki itu mengecek handphone, menanti kabar baik dari sang istri. Tapi sejak semalam Hafsa hanya sekedar membuka pesannya saja, tidak berniat membalas.

Gus Sahil mengacak rambutnya yang terikat asal-asalan. Kepalanya terasa pusing sekali. Rasanya semakin hari masalah jadi semakin runyam.

Masalah pertama, Umi Zahra masuk rumah sakit lagi. Kata dokter, kondisinya jauh lebih parah dari yang kemarin. Bahkan sekarang Umi Zahra harus diberi alat bantu oksigen. Masalah selanjutnya, Umi Zahra menolak diurus oleh siapapun termasuk dirinya. Roha bahkan sudah berkali-kali mencoba untuk membantu, tapi Umi Zahra menolak mentah-mentah. Meskipun gadis itu menangis memohon-mohon, Umi Zahra terlihat tidak peduli.

Masalah ketiga, istrinya juga tidak kunjung ada kabarnya. Gus Sahil sudah berulang kali menelepon, mengirim pesan, tapi tetap tidak ada jawaban. Sebenarnya ia berniat untuk segera menyusul sang istri di rumah mertuanya, tapi kondisi Umi Zahra yang semakin memburuk membuatnya belum bisa pergi meninggalkannya barang sedetik.

Abah Ali dan Umi Hana yang muncul dari lobby rumah sakit membuat lelaki itu bangkit dari duduknya. Matanya mencari-cari, siapa tahu putri mereka ikut. Tapi nihil, tidak ada Hafsa bersama mereka.

"Umi, Abah," Panggilnya dengan suara lirih.

Tanpa berbasa-basi membalas sapaan sang menantu, Abah Ali dan Umi Hana segera masuk ke ruangan Umi Zahra. Meninggalkan Gus Sahil yang semakin diselimuti rasa bersalah.

...----------------...

Sepuluh menit kemudian, pintu terbuka. Abah Ali keluar dari ruangan, langsung menempatkan diri duduk di samping Gus Sahil.

Selama lima menit, mereka hanya duduk bersandingan dalam diam, tidak ada yang membuka suara sedikit pun.

"Hafsa baik-baik saja di rumah Abah" Abah Ali menghembuskan nafas berat, akhirnya membuka suara setelah keheningan panjang. "Kamu tahu betapa khawatirnya kami saat dia datang tengah malam, membawa koper besar dan cuma diantarkan sopir?"

Gus Sahil mendengarkan dengan kepala tertunduk.

"Abah sudah pernah bilang padamu kan Hil," Abah Ali memandang langit-langit rumah sakit yang dihiasi lampu temaram. "Kalau kelak kamu sudah bosan, kembalikan saja dia pada kami. Tapi bukan begini caranya, tidak dengan air mata yang masih belum kering di pipinya, tidak dengan dia pulang sendirian di tengah malam."

Gus Sahil menggigit bibirnya, merasakan pahitnya kata-kata Abah Ali. Ia menyadari bahwa tindakannya sudah merugikan banyak orang. Wajar jika mertuanya marah karena perlakuannya pada putri mereka satu-satunya.

"Abah sudah dengar ceritanya dari abahmu. Abah marah Hil, sangat. Tapi tidak ada gunanya Abah memaki-maki kamu sekarang. Abah cuma ingin memastikan dari mulutmu sendiri. Apa kamu sudah siap bercerai dengan Hafsa?"

Gus Sahil terkejut. Ia tidak menyangka mertuanya akan bertanya seperti itu.

"Saya, saya tidak pernah ada pikiran untuk menceraikan Hafsa Bah," jawabnya dengan suara lirih.

"Kalau begitu, perlakukanlah anak Abah dengan baik. Hafsa itu hatinya lembut, tidak bisa mendengar kata-kata kasar barang sedikit. Dulu waktu mau dijodohkan sama kamu, Hafsa senang sekali. Abah tahu kalau dia cinta sekali sama kamu. Tapi Abah sama sekali nggak tahu kalau ternyata kamu nggak merasakan hal yang sama. Sekarang, kalau kamu masih tetap ingin menduakan anak Abah, demi Allah Abah tidak rela. Jika memang kamu masih ingin melakukan apa yang kamu inginkan itu, Abah akan mengambil anak Abah kembali, walaupun dengan memaksa."

Abah Ali berkata sembari menatap tajam sang menantu.

"Pikirkan baik-baik Hil. Semua keputusan ada di tangan kamu, jangan sampai kamu menyesal dengan keputusan yang kamu buat sendiri,"

Peringatan Abah Ali mengakhiri perbincangan mereka berdua, karena setelah itu Abah Ali segera berlalu pergi meninggalkan menantunya yang tidak bisa mengucapkan satu patah kata pun.

...----------------...

Dering telepon yang nyaring tidak membuat Hafsa bangkit dari tidurnya. Sepeninggal Gus Ihsan, ia kalut memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang.

Sejenak, Hafsa melirik handphonenya. Melihat nama si penelepon. Ajwa. Ragu-ragu, Hafsa mengangkat benda pintar itu, menekan tombol hijau.

"Halo.. Assalam.."

"Sa!" Belum selesai Hafsa mengucap salam, suara cempreng sahabatnya itu sudah lebih dulu menyahut. "Kamu nggak apa-apa?"

Hafsa segera mengerti situasinya. Ajwa pasti sudah mendengar kondisinya entah dari mana. Mungkin saja Umi Hana, karena beberapa kali Ajwa dan Umi Hana memang sering bertukar kabar.

"Aku dikabarin Gus Ihsan, katanya kamu sekarang sedang pulang ke rumah orang tuamu,"

Ah, ternyata Gus Ihsan. Hafsa menelan ludah. Mau tidak mau ia kembali mengingat percakapannya bersama Gus Ihsan tadi.

"Sa, kamu nggak papa?" Pertanyaan Ajwa sebenarnya cukup sederhana, tapi sukses membuat air mata Hafsa kembali merebak. Tanpa bisa ditahan, Hafsa kembali menangis sejadi-jadinya.

Setengah jam berlalu hanya dengan tangisan Hafsa. Meski begitu, Ajwa tetap menunggunya dengan sabar.

"Sudah lega?" Ajwa bertanya dengan raut muka khawatir. Sekarang panggilan diubah menjadi panggilan video.

Hafsa menganggukkan kepala. Matanya terlihat sembab.

"Sebenarnya ada apa lo Sa?" Ajwa bertanya prihatin. "Gus Ihsan nelpon aku tadi. Katanya kamu sedang dalam masalah besar. Dia minta aku menghibur kamu,"

Hafsa mengelap air matanya. "Aku sakit hati sama Gus Sahil," ucapnya pelan.

"Memangnya kenapa?"

Hafsa memandang ke arah Ajwa. Dia takut sahabatnya itu jadi khawatir. Haruskah ia ceritakan semuanya atau tidak?

"Aku nggak akan cerita ke siapa-siapa, termasuk Umi Hana," janji Ajwa. "Kamu lihat kan, sekarang aku jauh di Kairo. Nggak ada satu orang pun yang kenal sama kamu di sini. Aku nggak akan ceritakan ke siapapun kalau memang sama kamu nggak boleh,"

Hafsa menganggukkan kepala lagi. Ia terlebih dulu menghirup napas dalam-dalam sebelum mulai membuka mulut.

"Gus Sahil minta izin poligami,"

"Hah?!" Mata bulat Ajwa terbelalak. "Kok bisa?!"

"Iya Wa. Dia masih cinta sama mantannya dulu,"

"Hah?" Ajwa sama sekali tidak mampu berkata-kata. "Mantannya itu siapa Sa? Jangan bilang.. santri di Darul Quran?"

Hafsa menganggukkan kepala. Tebakan Ajwa tepat sekali.

"Dia.. mbak ndalem yang sering mengurus Umi Zahra," Hafsa menjelaskan dengan suara tercekat. Membahas itu kembali membuat dadanya sesak.

"Umi Zahra, mertuamu?" Ajwa bertanya memastikan. Anggukan kecil Hafsa yang membenarkan dugaannya membuat Ajwa menutup mulut saking terkejutnya.

"Astaghfirullah.." Ajwa tidak henti-hentinya beristighfar. "Terus kalau memang seperti itu, kenapa dia nikah sama kamu Sa?"

"Umi sama Abahnya yang menjodohkan kami Wa. Dia bahkan nggak dikasih tahu kalau mau ngelamar aku, dan dia terpaksa nikahin aku. Bahkan sampai sekarang pun aku nggak pernah disentuh sama dia,"

"Sama sekali? Honeymoon kemarin?"

Hafsa menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Dia nggak mau menyentuh orang yang tidak ia cintai Wa,"

"Ya Allah.." Tanpa sadar air mata Ajwa ikut mengalir mendengar cerita sang sahabat. "Terus sekarang kamu mau gimana Sa? Kamu mau cerai sama dia?"

Hafsa memandang Ajwa dengan tatapan terluka. "Apa cuma itu Wa, jalan satu-satunya?"

Ajwa mulai menerka-nerka maksud pertanyaan Hafsa, kemudian ia bertanya dengan hati-hati.

"Kenapa Sa? Kamu cinta sama dia?"

Hafsa sejenak terdiam mendengar tebakan Ajwa yang sekali lagi benar adanya. Sebagai seorang sahabat, Ajwa jelas paham maksud tatapan itu.

"Sa, aku ngerti ini semua pasti sulit buat kamu. Tapi aku harap, kamu bakalan memikirkan keputusannya dengan sebaik mungkin. Jangan sampai cuma gara-gara perasaanmu itu, kamu jadi mengorbankan kebahagiaanmu sendiri." Ajwa menasehati dengan bijak.

"Aku bingung Wa," Hafsa menghela napas berat. "Pernikahan itu bukan sesuatu yang hanya sekedar akad, lalu cerai kalau nggak cocok. Ada dua keluarga yang disatukan. Bahkan dalam kasusku, kami membawa nama dua pesantren besar. Aku takut semuanya akan hancur dalam sekejap."

Ajwa mendengarkan dengan serius. Astaga, masalah ini jadi rumit sekali.

"Oke Sa. Pikirkan semuanya pelan-pelan ya. Apapun keputusan kamu nanti, ingatlah kalau ada aku yang selalu mendukung kamu,"

Hafsa tersenyum lemah. Perasaannya jauh lebih lega sekarang. Menyadari kalau ada seseorang yang selalu mendukungnya dalam keadaan apapun membuatnya merasa tenang. Benar kata Ajwa. Saat ini, dia harus fokus memikirkan keputusan apa yang akan ia ambil selanjutnya. Jangan sampai ia menyesal. Jangan sampai.

1
Murci Sukmana
Luar biasa
Arin
/Heart/
Anita Candra Dewi
klo ak lgsg tak ganti yg serupa😅
bibuk duo nan
😭😭😭😭
ALNAZTRA ILMU
sini aku tak tahan🥺🥺🥺
ALNAZTRA ILMU
knp tidak dari dulu buat program hamil.. tapi terburu2 carikan suaminya isteri baru sok kuat
ALNAZTRA ILMU
ini agak biadab ya.. sepatutnya, jangan suka ganggu
ALNAZTRA ILMU
🤣🤣🤣wahhh
ALNAZTRA ILMU
🤣🤣🤣
ALNAZTRA ILMU
berat ya ujian nya
ALNAZTRA ILMU
mundur saja
Izza Nabila
Luar biasa
PURPLEDEE ( ig: _deepurple )
hafsa kasian bnget😭
PURPLEDEE ( ig: _deepurple )
hai kak maaf bru mampir🤗
May Keisya
kamu nikah lagi karna nafsu dan mendzolimi istri...paham agama yg ky gmn Gus???
May Keisya
dia tambah setress gesrek egois😂
May Keisya
dia udah mulai ketar ketir...tapi maaf ya Gus aku udah kesel bin kurang suka km dr awal cerita🙄
May Keisya
😂😂😂...bagus ih jujurnya
May Keisya
km knp Gus? kepanasan...syukurin
May Keisya
😭...si Agus emg sableng,dia berilmu tapi tidak beradab...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!