Penampilan Yanuar yang bersahaja membuat Amanda senang menatap Yanuar. Tanpa sengaja Amanda sering bertemu dengan Yanuar.
Sinta ibu kandung Amanda tidak tahu kalau putri bungsunya sedang jatuh cinta pada seorang duda. Ia mengatur kencan buta Amanda dengan Radit. Sebagai anak yang baik, Amanda menyetujui kencan buta dengan Radit. Namun, alangkah terkejutnya Amanda ternyata kencan buta itu bertempat di restoran hotel tempat Yanuar bekerja.
Akhirnya Sinta mengetahui Amanda sedang dekat dengan seorang duda. Ia tidak setuju putrinya menjalin kasih dengan Yanuar. Sinta berusaha menjauhkan Amanda dari Yanuar dengan cara memperkenalkan orang yang satu tipe dengan Yanuar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8.
“Iya, Kak. Mirip banget. Hidung dan bibirnya mirip Kak Amanda. Matanya mirip Kak Rendi,” kata Yulia. Ia sudah terbiasa memanggil Rendi dengan sebutan ‘Kakak’, meskipun Rendi adalah bos papanya.
“Yulia.” Terdengar suara Yanuar memanggil Yulia.
Yulia mengangkat kepalanya lalu memandang ke arah papanya. Yanuar memberi isyarat kepada Yulia agar Yulia tidak meneruskan lagi perkataannya. Yulia langsung diam. Ia tahu maksud papanya. Ia merasa bersalah sudah mengatakan demikian.
Amanda melihat apa yang dilakukan Yanuar. “Tidak apa-apa, Pak Yanuar. Namanya juga anak-anak. Mereka akan mengatakan yang sebenarnya,” ujar Amanda sambil mengusap rambut Yulia. Ia tidak ingin Yulia merasa bersalah dengan apa yang sudah ia katakan.
“Mungkin Alvina mirip Kakak dan Kak Rendi karena Alvina sudah menjadi adik Kakak dan Kak Rendi,” ujar Amanda dengan lembut. Yulia menjawab dengan mengangguk.
Dua orang karyawan restoran menghampiri meja Amanda. Mereka membawa pesanan Amanda, Yulia dan Yanuar. Mereka menaruh makanan di atas meja maka.
“Terima kasih,” ucap Amanda. Kedua karyawan itu pun meninggalkan meja Amanda.
“Ayo kita makan.” Amanda mengambil sendok dan garpu lalu ia mulai makan.
“Hm. Sausnya enak, Kak,” kata Yulia sambil menikmati makanan dengan wajah yang ceria.
“Syukurlah kalau enak. Makan sampai habis, ya,” ujar Amanda. Yulia menganggukkan kepalanya sambil mengunyah makanan.
Yanuar makan sambil memperhatikan putrinya yang sedang makan. Ia bersyukur Yulia kembali ceria. Sebenarnya, apa yang dikatakan Yulia memang benar. Ia pernah melihat foto Alvina di SW Rendi. Di foto itu tertulis ‘My adopted sister’
.
.
.
Amanda menggendong Alvina. Ia mengajak adik bayinya bermain karena Claudia sedang memasak di dapur. Walaupun, ada babysitter yang bertugas menjaga dan mengasuh Alvina, tetapi Claudia tidak sepenuhnya menyerahkan Alvina kepada babysitter. Ia menyuruh Amanda menjaga Alvina jika ia sibuk di dapur. Kecuali jika Claudia dan Amanda sedang sibuk barulah babysitter yang menjaga Alvina.
Ketika ia sedang mengajak adiknya berbicara, tiba-tiba terdengar suara seseorang mengucapkan salam dari arah garasi. “Assamualaikum.”
“Waalaikumsalam,” jawab Amanda.
Amanda beranjak dari sofa lalu menuju ke garasi. Ia terkejut melihat Yulia berdiri di depan garasi. Yulia tidak mengatakan kalau akan datang ke rumah Amanda.
“Yulia?! Sama siapa ke sini?” Amanda menghampiri Yulia.
“Sama Papa,” jawab Yulia.
“Mana papanya?” Amanda memandang ke arah pintu pagar. Ia melihat mobil MPV sejuta umat yang biasa digunakan Yanuar masuk ke halaman rumah.
“Tuh lagi parkir mobil.” Yulia menunjuk ke mobil tersebut.
Yulia memperhatikan bayi yang sedang digendong Amanda. “Kakak. Ini Alvina, ya?” Yulia memegang tangan Alvina yang mungil.
“Iya,” jawab Amanda.
“De, ada Kakak Yulia yang mau kenalan sama Ade.” Amanda mendekatkan Alvina ke Yulia agar Alvina melihat ke Yulia.
“Iiihhh, lucu!” Yulia mencolek pipi Alvina dengan gemas.
“Ayo masuk!” Amanda mengajak Yulia ke dalam rumah. Ia menuju ruang tengah. Yulia mengikuti Amanda.
“Duduk dulu. Kakak mau panggilkan Tante Claudia,” kata Amanda. Yulia duduk di sofa ruang tengah sedangkan Amanda menuju ke dapur.
“Ma.” Amanda memanggil Claudia.
Claudia yang sedang memasak menoleh ke arah Amanda. “Ada apa?” tanya Claudia.
“Ada Yulia dan Pak Yanuar,” jawab Amanda.
“Amanda temani dulu! Mama selesaikan dulu masaknya. Sebentar lagi juga matang,” ujar Claudia.
Amanda kembali ke ruang tengah. Ia melihat Yanuar sedang berdiri di pintu menuju ke garasi. “Assalamualaikum,” ucap Yanuar.
“Waalaikumsalam,” jawab Amanda.
“Silahkan masuk Pak Yanuar,” ujar Amanda. Yanuar masuk ke ruang tengah.
“Maaf, Mbak Amanda. Yulia jadi mengganggu hari libur Mbak Amanda,” ucap Yanuar.
“Tidak apa-apa, Pak Yanuar. Saya senang Yulia datang ke sini,” jawab Amanda.
“Silahkan duduk, Pak Yanuar,” ujar Amanda. Yanuar pun duduk di sebelah Yulia. Amanda duduk di sofa lain.
“Tadi waktu di rumah, Yulia ribut minta di antar ke sini. Ia ingin melihat adik bayi,” ujar Yanuar.
Yanuar menoleh ke Yulia. “Sudah diberikan kadonya ke adik bayi?” tanya Yanuar kepada Yulia.
“Oh, iya lupa.” Yulia mengambil kado yang berada di sebelahnya lalu ia mendekati Amanda.
“Ini kado untuk adik bayi.” Yulia memberikan kado kepada Amanda. Amanda mengambil kado yang diberikan oleh Yulia.
“Terima kasih, Kak Yulia,” ucap Amanda. Yulia duduk di samping Amanda. Yulia memperhatikan Alvina yang sedang berada di pelukan Amanda. Ia memegang telapak tangan Alvina yang mungil.
“Iiihh lucu,” kata Yulia dengan gemas.
“Yulia mau punya adik, ya?” Tiba-tiba Claudia datang membawa piring berisi kue. Di belakang Claudia ada seorang pembantu membawa dua buah gelas yang berisi sirup. Claudia meletakkan piring kue di atas meja dan pembantu itu menaruh gelas di atas meja.
Yulia langsung menghampiri Claudia lalu mencium tangan Claudia. “Apa kabar, Yulia?” Claudia mencium kedua pipi Yulia.
“Sudah lama Tante tidak bertemu dengan Yulia. Sekarang Yulia sudah tambah besar dan tambah cantik.” Claudia mencolek dagu Yulia.
Yulia tersipu malu dipuji oleh Claudia. Amanda memperhatikan interaksi antara Yulia dan Claudia. Claudia masih memperlakukkan Yulia dengan penuh kasih sayang. Yulia juga masih bersikap manja kepada Claudia.
Yanuar menghampiri Claudia lalu bersalaman dengan Claudia. “Apa kabar, Pak Yanuar?” sapa Claudia.
“Alhamdulillah. Baik, Bu,” jawab Yanuar.
Claudia duduk di sebelah Yulia. Yulia sedang asyik memegang jari jemari Alvina yang mungil. “Yulia mau punya adik?” tanya Claudia sekali lagi.
“Mau, Tante,” jawab Yulia.
“Minta sama Papa,” ujar Claudia.
Yulia menatap Claudia dengan bingung. “Mana bisa papa memberi Yulia adik? Papa kan laki-laki, tidak bisa melahirkan,” kata Yulia dengan polos.
Claudia tersenyum mendengar perkataan Yulia. “Minta mama baru dulu. Baru bisa punya adik bayi,” ujar Claudia.
“Yulia tidak mau punya mama baru. Kata orang-orang, mama sambung itu jahat dan galak. Nanti Yulia dijahati sama mama sambung,” kata Yulia dengan wajah cemberut.
Mendengar perkataan Yulia, Claudia langsung menoleh ke Amanda. Amanda tersenyum kecut mendengar perkataan Yulia.
“Amanda, tidak boleh bicara begitu!” ujar Yanuar. Ia merasa putrinya kurang sopan mengatakan demikian di depan Claudia dan Amanda. Apalagi Yulia tahu kalau Claudia adalah ibu sambung Amanda.
“Jangan cari yang mama baru jahat, dong. Cari mama baru yang baik dan sayang sama Yulia. Bukan cuma yang sayang sama papa saja,” ujar Claudia memberi pengertian kepada Yulia.
“Memang ada mama baru yang baik, Tante?” tanya Yulia penasaran.
“Ada, dong. Contohnya Tante. Tante kan mama sambung Kak Amanda,” jawab Claudia sambil menunjuk dirinya.
Yulia langsung menepuk keningnya. “Oh iya, ya. Yulia lupa kalau Tante Claudia mama sambung Kak Amanda,” kata Yulia.
“Coba Yulia tanya ke Kak Amanda, apa pernah Kak Amanda dimarahin dan dipukul sama Tante?” ujar Claudia.
Yulia menoleh ke Amanda seakan minta jawaban dari Amanda. Amanda tersenyum kepada Yulia. “Tante Claudia tidak pernah marah sama Kakak , apalagi sampai memukul Kakak,” jawab Amanda.
“Tapi Yulia tidak mau punya mama sambung seperti Teh Mega!” sahut Yulia. Ia melipat kedua tangannya di depan dada dan memasang wajah cemberut.
.
.
.
***Hai, pembaca. Terima kasih masih mengikuti kisah Amanda dan Yanuar. Semoga saja pembaca-pembaca Deche menyukai cerita ini. ***
lha wong sampeyan aja "samen leven" laki² yg bukan mahrom gitu lho /Sweat/