NovelToon NovelToon
Tetangga Idaman

Tetangga Idaman

Status: tamat
Genre:Cinta Terlarang / Romansa / Bercocok tanam / Tamat
Popularitas:15k
Nilai: 5
Nama Author: Zhy-Chan

Arif Pradipta, begitu Emak memberiku nama ketika aku terlahir ke dunia. Hidup ku baik-baik saja selama ini, sebelum akhirnya rumah kosong di samping rumah ku di beli dan di huni orang asing yang kini menjadi tetangga baruku.

kedatangan tetangga baru itu menodai pikiran perjakaku yang masih suci. Bisa-bisanya istri tetangga itu begitu mempesona dan membuatku mabuk kepayang.
Bagaimana tidak, jika kalian berusia sepertiku, mungkin hormon nafsu yang tidak bisa terbendung akan di keluarkan paksa melalui jari jemari sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

......

"Bisa aja, malam itu lu minum jus yang ada obat perangsang nya. Jadi lu bisa melakukan hal yang sebenernya gak lu mau," terang Bambang sambil menatap lekat manik Arif.

Deg!

Rongga dada Arif bergemuruh. Rasa di dalam hatinya bercampur-campur. Antara kecewa pada diri sendiri, marah pada orang yang sudah menjebaknya, dan lega, jika pun ada yang menyentuh Rifani selain suaminya, itu adalah dia sendiri, bukan orang lain.

Kini, semangat Arif untuk menemukan perempuan yang selama ini di cintainya bertambah membara. Bisa tidak bisa, dia harus segera menemukan Rifani.

Arif mencoba menghubungi nomor tersebut. Beberapa kali panggilan, tidak juga di angkat, padahal status whatsapp nya on line.

Perasaan Arif semakin tidak karuan. Tidak lama, muncul lagi pesan dari nomor yang sama. Arif segera membukanya. Chat tersebut berisi sebuah alamat lengkap, tanpa keterangan apapun.

"Alamat apa ini?" Tiba-tiba Arif tersentak.

"Mungkin kah alamat keberadaan, Mbak Rifani sekarang?" Mata Arif langsung berbinar.

Di hubunginya nomor itu lagi, "Ah, sial. Sekarang malah gak aktif."

"Gue mau ke alamat ini, lu ikut gak?" tanya Arif pada Bambang.

"Lu yakin, kalo tetangga lu ada di alamat itu?"

"Gue yakin. Apapun itu, gue harus segera menemukan Mbak Rifani."

Arif dan Bambang gegas menaiki motornya yang terparkir di pinggir jalan. Setelah perjalanan sekitar satu jam, mereka tiba di sebuah teras rumah sederhana dengan warna hijau pada dindingnya.

"Assalamualaikum."

Beberapa kali uluk salam, pintu rumah itu baru terbuka. Menampilkan sosok tua dengan rambut putih yang di gelung kecil.

"Waalaikumsalam." Nenek-nenek itu melihat Arif dari ujung kepala hingga ujung kaki, "Mari, silahkan masuk."

"Maaf, Anda ini siapa ya? Ada perlu apa, datang ke rumah saya?" tanya nenek itu setelah Arif dan Bambang di persilakan masuk.

"Maaf, Nek. Apa Nenek pernah melihat perempuan ini?" tanya Arif sambil menunjukkan foto Rifani.

Foto yang di ambilnya secara sembunyi-sembunyi ketika berada di rumah makan waktu itu.

"Arif kah itu?" Sebuah suara yang teramat Arif rindukan keluar dari salah satu bilik yang ada di rumah itu.

"Mbak Rifani?" Mata Arif berbinar.

"Jadi, Anda mengenal perempuan itu? Mari saya antar ke kamarnya," ujar nenek-nenek itu.

"Kemarin, suami saya menemukan perempuan itu tergeletak di pinggir jurang dalam keadaan pingsan. Jadi, suami saya membawanya pulang untuk di rawat. Setelah sadar, perempuan itu tidak mau berbicara apapun, yang dia lakukan hanya menangis dan menangis," terang sang nenek sambil berjalan menuju kamar nya.

Seperti melihat oase di tengah padang pasir, begitu lah perasaan Arif ketika pintu itu di buka.

"Mbak, Rifani."

Arif berhambur ke arah perempuan yang masih terkulai lemas di atas tempat tidur. Pemuda itu memeluk erat tubuh Rifani. Dia takut jika melepasnya, perempuan yang di cintainya itu akan menghilang dari pandangan dan Arif sangat takut jika hal itu terjadi lagi.

"Ehm, ehm!"

Deheman Bambang menyadarkan Arif, jika dia sedang berada di rumah orang lain. Perlahan, pemuda itu mengurai pelukannya.

"Bagaimana keadaan Mbak Rifani? Adakah yang sakit? Di bagian mana yang sakit, biar aku obati." Arif

terlihat gugup, takut jika ada yang cedera di tubuh wanita yang di cintainya. Bukannya menjawab, Rifani malah menangis sejadi-jadinya.

"Mbak, Mbak kenapa?" Arif semakin cemas.

"Mas Na-ta, Rif. M-mas Na-ta," ucap Rifani tergagap dan tersedu.

"Iya, Mas Nata kenapa, Mbak?"

"Dia sudah mengatakan semuanya, sebelum...." Kalimat Rifani terhenti sebelum bertemu nada titik.

"Mengatakan apa, Mbak? Sebelum apa?"

"Mas Nata memilih pergi, meninggalkan saya." Hiks, Hiks."

"Apa?"

"Mas Nata menyelamatkan saya dari Alex. Pertikaian mereka membuat saya terhempas ke pinggir jurang. Meski rasa sakit di perut begitu menyiksa dan membuat saya nggak berdaya, tapi lamat-lamat saya masih bisa melihat kejadian itu. Kejadian... terjatuh nya mobil yang di tumpangi Mas Nata dan Tuan Alex. Setelah itu, saya sudah tidak ingat apa-apa." Isak Rifani masih terdengar.

"Gapapa, Mbak. Gapapa. Tenang lah, sekarang ada aku di sini. Di samping mu." Arif kembali memeluk Rifani.

Handphone Arif berbunyi. Dia pun melepaskan pelukan dari Rifani dan mengangkat gawainya.

"Halo, Ngga?"

"

"

"Oh. Astagfirullah."

"Iya, Ngga, makasih informasinya. Oh iya, gue juga udah nemuin Mbak Rifani. Lu cepetan datang ke alamat yang bakal gue share lok ya." Arif menutup teleponnya.

"Kata Angga, Alex udah di temukan. Sekarang dia sedang di rawat di rumah sakit. Nanti setelah dia sadar, akan di lakukan pemeriksaan."

"Mas Nata gimana? Dia juga sudah di temukan?" tanya Rifani.

"Mas Nata gak di temukan. Mobil itu terbakar," jawab Arif lemah.

"Apa?" Rifani kembali menangis histeris.

...🏵️🏵️🏵️...

Satu minggu telah berlalu. Setelah sadar dan di lakukan pemeriksaan, Alex di nyatakan menjadi terpidana atas tindakan penculikan dengan hukuman maksimal dua belas tahun penjara. Sementara Nata di nyatakan meninggal dalam mobil yang terbakar.

Di atas gundukan tanah merah yang bertabur bunga aneka rupa, Arif, Rifani, Angga, Bambang, dan beberapa pelayat lainnya melafalkan doa untuk Nata.

Satu persatu pelayat telah pulang, tinggallah Rifani yang mengelus-elus nisan yang bertuliskan nama 'Ardi Winata'. Arif menemani perempuan tersebut dan mengusap-usap punggung nya untuk menenangkan.

"Mas Nata, aku tahu apa yang kau lakukan kemarin bukan lah sesuatu yang benar, tapi semoga kau mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah. Oh iya, aku minta izin padamu, untuk mempersunting Mbak Rifani, setelah masa idahnya selesai. Pernikahan ini untuk menunaikan kewajiban ku sebagai ayah terhadap bayi yang berada di rahim Mbak Rifani. Maaf dan terimakasih, Mas. Semoga kau tenang di alam sana" batin Arif.

Apa yang di alami Alex dan Nata adalah buah dari apa yang di perbuat mereka dengan gegabah, tanpa menimang-nimang dulu baik dan buruknya.

Pesan:

..."Apapun yang kita kerjakan, pasti akan mendapatkan ganjarannya. Maka berpikirlah sebelum bertindak."...

1
Tutian Gandi
kok bisa jadi anak nya si Arif???
Tutian Gandi
apakah anak itu bukan Benih mu nata..melainkan benih nya Alex
dnr
jangan" rifani hamil anaknya si arif lagi pas mkan mlam itu
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
bagus sekali ❤️❤️❤️
kalea rizuky
lanjut
kalea rizuky
nata belok
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
astaga...alex n Nata ternyata terong malam terong
Tutian Gandi
kan...bener kah dugaan q..kalo mereka itu belok kanan dan belok kiri ..🤔🤔
dnr
kyknya nata sma pa alex ada serong dah
Tutian Gandi
kok q curiga sama bos nya ya...jgn2 si nata ada belok nya kali y....
Ardiawan
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!