NovelToon NovelToon
Tetangga Idaman

Tetangga Idaman

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Romansa / Bercocok tanam
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Zhy-Chan

Arif Pradipta, begitu Emak memberiku nama ketika aku terlahir ke dunia. Hidup ku baik-baik saja selama ini, sebelum akhirnya rumah kosong di samping rumah ku di beli dan di huni orang asing yang kini menjadi tetangga baruku.

kedatangan tetangga baru itu menodai pikiran perjakaku yang masih suci. Bisa-bisanya istri tetangga itu begitu mempesona dan membuatku mabuk kepayang.
Bagaimana tidak, jika kalian berusia sepertiku, mungkin hormon nafsu yang tidak bisa terbendung akan di keluarkan paksa melalui jari jemari sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

²⁴ Positif Hamil

Diam-diam aku iri melihat ibu-ibu yang di duduk di sebelah kiri tidak jauh dari tempat ku duduk. Dari taksiran ku, beliau berusia sekitar empat puluh tahun. Dua anak kembar yang masih balita ikut bersamanya, keduanya bermain kejar-kejaran dengan ceria.

Sementara seorang lelaki dengan umur yang sama duduk di samping kiri dan mengelus-elus perutnya yang membesar. Sebahagia apa mereka? Pasti hari-hari di rumah nya tidak pernah sepi. Selalu ceria dengan tawa anak-anak kecil. Ah, betapa beruntung nya beliau.

Aku gelagapan saat tiba-tiba perempuan itu menganggukkan wajah dan tersenyum ke arah ku. Jangan-jangan beliau tahu jika sedang aku perhatikan. Ah, jadi malu.

"Ibu Rifani Oktavia...." Seorang perawat memanggil namaku.

"Iya...."

Aku bersama suami segera masuk ruangan yang di sediakan dan berkonsultasi tentang apa yang aku alami beberapa hari ini. Dokter itu manggut-manggut, kemudian menyuruh ku untuk menampung cairan pipis di kamar mandi.

Dokter cantik itu mengerutkan alis saat mengamati testpack yang sudah di celupkan pada cairan ku tadi.

"Silakan Ibu Rivani berbaring di atas brankas, biar saya periksa dulu perut Ibu."

Aku menurut pada apa saja yang di perintahkan dokter padaku. Dokter itu menyingkap baju bagian atas dan meraba-raba perutku.

Aku kembali duduk di samping Mas Nata, setelah pemeriksaan selesai. Jedag-jedug jantung kami mendengar penjelasan yang akan di sampaikan oleh Dokter.

"Dari keterangan dan hasil pemeriksaan yang di lakukan pada, Ibu Rifani, menunjukkan bahwa Ibu Rifani positif mengandung. Usia kandungannya masih tiga minggu, jadi belum terlalu kelihatan."

Penjelasan Dokter membuat aku dan Mas Nata menitikkan air mata bahagia. Terima kasih ya Allah. Mungkin kah ini petunjuk mu agar kami memperbaiki hubungan dan tidak jadi bercerai?

Mas Nata meraih ku dalam pelukannya. Ku rasakan detak jantung itu berpacu dengan kencang, pasti dia juga sangat bahagia mendengar berita ini.

"Pada trimester pertama kehamilan merupakan waktu yang sangat penting bagi perkembangan janin anda, karena pada saat inilah organ-organ janin akan mulai terbentuk. Di masa ini juga, seorang ibu hamil sedang rentan-rentannya mengalami keguguran. Agar kehamilan sehat hingga waktu persalinan tiba, Anda perlu menjaga kandungan itu dengan sebaik-baiknya." Perempuan berpakaian serba putih itu menjelaskan banyak hal.

"Nanti saya akan kasih resep vitamin untuk Ibu. Jangan lupa minum air putih yang banyak, jauhi asap rokok, konsumsi makanan bergizi seimbang, dan jauhi aktivitas yang bisa membahayakan kehamilan," lanjut sang Dokter memberi nasihat.

Di sepanjang perjalanan pulang, bibir kami tidak luput dari senyum cerah. Aku sangat bahagia.

"Yang, kamu pingin makan apa? Ngidam apa? Ayo katakan, pasti akan ku carikan makanan itu walau sampai ujung dunia."

"Halah hiperbola. Eheh."

Sejak pertengkaran di Bogor kemarin, baru kali ini kami terlibat guyonan. Mungkin benar kata orang-orang, bahwa kehadiran seorang anak akan semakin merekatkan hubungan suami istri.

Langit yang tadi orange keemasan, sekarang sudah menjadi hitam. Seolah turut memberi selamat pada kami, warna gelap itu di hiasi gemerlap bintang-bintang. Indah sekali.

"Eciye ciyeee, yang baru kencan. Senyum-senyum mulu, ciyee." Angga menyambut kedatangan kami dengan kelakarnya.

Dia duduk di sofa ruang tamu, mulut nya sibuk menggiling makanan yang tadi di beli Mas Nata dan belum sempat di rapikan.

Beruntung, Angga belum tahu kejadian kemarin. Jika dia tahu, pasti aku malu banget. Setelah kemarin berantem, sekarang udah gandengan lagi. Mirip dengan anak Teka.

"Loh, kok di habisin duluan. Itu 'kan makanan untuk calon keponakan mu," ujar Mas Nata mendengus kesal.

"Loh, Mbak Rifani hamil?" tanya Angga seperti tidak percaya

Wajah nya pias. Bukan sambutan bahagia yang dia tunjukkan, melainkan terkejut.

"Oh iya, banyak banget lauk di bawah tudung saji. Tadi sebagian gue panasin, trus gue makan."

"Iya, gapapa, Angga. Tadi saya nggak selera makan juga," ujarku seraya berlalu ke kamar.

Mas Nata masih memunguti belanjaan nya yang tadi belum sempat di taruh di tempatnya. Beberapa minuman dia tata di dalam lemari es bersama buah-buahan.

Aku merebahkan tubuh miring di ranjang setelah mencuci wajah dan kaki. Kata dokter tadi, aku harus membiasakan tidur miring, agar aku tidak menindih janin dalam rahim ku.

"Pantas saja beberapa hari ini rasanya badan nggak seperti biasanya, mudah capek, bahkan udah dua kali nggak sadarkan diri," gumam ku sambil mengelus-elus perut yang masih rata ini.

Mas Nata menyusul, dia tiduran miring di belakang dengan tubuh menghadap ku. Kami sama-sama miring, melihat cahaya bintang yang terlihat dari kaca jendela lebar.

Tangan nya terulur melingkari pinggang dan melakukan hal sama dengan tanganku-mengelus-elus calon anak kami.

"Yang, ternyata nggak sia-sia usaha kita selama ini, ya."

Aku tersenyum. Kata sapaan 'Yang' akhirnya terbit lagi dari bibirku.

"Iya, terimakasih sudah mau mengandung."

"Terimakasih sudah memberikan bibit terbaik nya untuk saya. Hehe."

Aku berkelakar, tapi Mas Nata malah diam saja, tidak menyahut. Memang nya apa yang salah dengan ucapan ku?

"Tetaplah bersama saya, apa pun yang terjadi, Yang. Saya nggak bisa hidup tanpamu," ujar Mas Nata lirih, tapi terdengar berat.

Aku membalikkan badan dan mendapati suami ku sedang menitikkan air mata. Aku mengusapnya, lelakiku ini mudah sekali menangis. Selembut itu hatimu, Mas. Semoga kita selalu bisa bersama-sama, yaa.

Kami terbuai oleh suasana, Mas Nata mencium puncak rambut ku, kening, mata, pipi, dan ....Kami hampir saja melakukannya, tapi tiba-tiba aku teringat kejadian di kamar hotel kemarin.

"Maaf, Mas. Sepertinya saya belum siap."

Sebegitu trauma nya aku atas tanda merah yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, kemarin. Ah, mungkin saja saat ini tanda itu masih ada, walau sedikit samar.

Aku bergegas ke kamar mandi, mengingat itu membuatku jijik dan kembali mual. Aku harus belajar melupakannya. Aku gak mau hidup di hantui oleh perasaan sedih itu. Apalagi, Mas Nata sudah berjanji untuk melupakan selingkuhannya itu dan meninggalkan kegilaan yang pernah dia lakukan.

Bahkan, Mas Nata sudah merusak kartu telepon nya di depan ku. Dengan nomor baru, pasti mereka tidak bisa saling menghubungi lagi.

Mas Nata membiarkan ku tidur, sementara dia sudah bangun sejak tadi. Ketika membuka mata, Suamiku sudah siap dengan pakaian kantor nya.

"Loh, Yang. Katanya libur seminggu? Baru kemarin nggak kerja, kok sekarang udah mau berangkat kerja lagi?" tanya ku heran, ketika Mas Nata menyisir rambut nya di depan meja riasku.

1
dnr
jangan" rifani hamil anaknya si arif lagi pas mkan mlam itu
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
bagus sekali ❤️❤️❤️
kalea rizuky
lanjut
kalea rizuky
nata belok
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
astaga...alex n Nata ternyata terong malam terong
Tutian Gandi
kan...bener kah dugaan q..kalo mereka itu belok kanan dan belok kiri ..🤔🤔
dnr
kyknya nata sma pa alex ada serong dah
Tutian Gandi
kok q curiga sama bos nya ya...jgn2 si nata ada belok nya kali y....
Ardiawan
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!