Suatu malam, Kaila datang ke pesta kelulusan angkatan seniornya. Mantan kekasihnya, Hansel, laki-laki biasa yang mencampakkan dirinya begitu saja itu juga merupakan salah satu mahasiswa angkatan akhir. Hansel tiba-tiba diberikan minuman yang sudah diobati, oleh salah satu mahasiswi yang sudah mengincar cintanya. Naas, Hansel malah melampiaskan efek obat tersebut kepada Kaila. Sialnya lagi, malam itu juga, Hansel harus pergi meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan bisnis keluarganya.
Bagaimanakah masa depan Kaila selanjutnya?
Apakah Hansel akan kembali, ataukah ada laki-laki lain yang akan menerima masa lalu Kaila?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Satu Kantor dengan Mika
“Si kupu-kupu malam.. sedang apa kamu disini!?” Ternyata dia adalah Mika yang langsung menghina Kaila. Dia juga memindai penampilan Kaila dari atas sampai bawah.
“Kamu office girl disini?” tanya Mika lagi.
“Aku magang kak,” jawab Kaila, berusaha ramah dan tersenyum.
“Kamu mengincar siapa lagi disini?” ejek Mika, sambil mendekap kedua tangannya, menatap rendah Kaila.
“Aku kesini mengantar berkas ini kak, titipan dari Mbak Mona,” jawab Kaila, masih dengan sopan seraya meletakkan map-map berisi berkas yang dia bawa tadi, tanpa ambil pusing dengan hinaan Mika. Mika pun menatap berkas-berkas itu.
“Kalau begitu aku permisi ya,” lanjut Kaila tersenyum. Belum sempat dia pergi, Mika buru-buru menarik lengan Kaila.
“Ingat ya Kaila, kamu jangan coba-coba banyak tingkah disini, atau aib kamu akan aku sebar ke semua penghuni perusahaan ini!” ancam Mika pada Kaila. Lalu dia menghempaskan lengan Kaila dengan keras. Kaila tidak pernah mau membalas. Mau melawan, tapi memang benar bahwa dia wanita murahan yang punya anak tanpa suami. Dia hanya tidak menyangka akan bertemu Mika disini.
“Permisi,” kata Kaila seraya pergi ke arah lift. Di Dalam lift matanya tiba-tiba terasa panas. Terngiang ancaman Mika tadi. Ingin pergi tapi dia butuh pekerjaan ini, karena dia masih belum punya ijazah sarjana untuk dipakai melamar kerja ditempat lain. Kaila pun berlari menuju toilet. Di dalam toilet, dia mulai menangis tanpa suara.
“Gavin.. mama tidak pernah menyesal memiliki kamu. Mama hanya rapuh..” Sesenggukan sendirian di dalam toilet, susah payah Kaila menenangkan diri dan mengatur napasnya agar berhenti menangis. Segera dia membasuh wajahnya. Tidak ingin kelamaan meninggalkan ruangannya. Takut nanti Mona akan memarahinya. Dia pun segera kembali.
Saat sampai kembali di ruangannya, Kaila melirik meja Mona, tidak tampak orangnya. Kaila pun bisa duduk dengan tenang. Baru seminggu bekerja sebagai karyawan magang, sudah banyak pekerjaan yang Kaila mengerti berkat bimbingan dari Nadia.
“Kaila.. ini ada data didalam sini titipan dari mbak Mona buat kamu kerjakan. Foldernya hanya ada satu, kamu buka saja ya,” ujar Rinda, salah satu anggota di dalam ruangan Kaila. Kaila pun menerima flashdisk yang diberikan padanya lalu mulai bekerja.
Selang beberapa jam, Kaila selesai dengan pekerjaannya. Lalu menghampiri Nadia.
“Nadia, dimana mbak Mona? Ini aku sudah selesai dengan file nya,” tanya Kaila pada Nadia, sambil menunjukkan flashdisk ditangannya. Sedari tadi Mona memang belum kembali.
“Ooh dia lagi rapat dengan para pimpinan divisi. Karena besok CEO baru akan datang jadi pasti harus ada persiapan penyambutan,” terang Nadia. Kaila hanya ber oh saja. Dia pun menyimpan flashdisk itu di dalam tasnya. Takut sembarang meletakkan, kalau hilang bisa-bisa dia kena amuk oleh Mona.
Nadia melirik jam di mejanya, sudah menunjukkan pukul dua belas siang.
“Kay, ayo istirahat makan siang, kita ke kantin,” ajak Nadia.
“Aku bawa bekal kok,” tolak Kaila sambil tersenyum. Selama bekerja dia memang selalu membawa bekal makan sendiri untuk bisa berhemat.
“Ooh iya baiklah. Kalau begitu aku ke kantin duluan ya. Sudah lapar sekali nih,” sambung Nadia sambil memegang perutnya. Kaila pun tertawa dan mempersilakan Nadia pergi.
Semuanya pergi ke kantin untuk makan siang. Di perusahaan sebesar ini nyaris tidak ada karyawan yang membawa bekal makan sendiri karena gaji mereka yang diatas rata-rata, sudah pasti mereka bisa makan apa saja di kantin. Kecuali Kaila karena dirinya hanya karyawan magang, dia bahkan belum tahu berapa besaran gajinya bulan depan karena baru seminggu ini bekerja dan mengingat dia mempunyai tanggung jawab di rumah. Belahan jiwanya, baby Gavin.
Tibalah jam dua siang, waktu untuk karyawan magang boleh pulang. Kaila berpamitan pada semua temannya didalam ruangan lalu bergegas pulang. Karena bagian dadanya sedari tadi terasa sesak dan penuh minta di keluarkan. Rasanya sangat tidak nyaman bagi Kaila.
Dengan cepat namun hati-hati, Kaila mengendarai motor maticnya sampai ke toko bunga yang bersebelahan dengan rumah Tante Sandra sendiri. Saat masuk kedalam toko, Kaila langsung mencuci tangannya sebelum menggendong Gavin. Tampak Tante Sandra sedang menggendong Gavin yang sedang menangis.
“Ooh, maafkan Kay Tante, benar-benar membuat Tante susah,” kata Kaila seraya meraih Gavin dari gendongan Tante Sandra. Badan Gavin masih saja terasa hangat. Mungkin ini penyebab dia rewel.
“Tidak apa-apa Kay, Tante senang kok. Tapi sebaiknya kamu bawa periksa Gavin secepatnya ke dokter ya. Karena sudah beberapa hari ini badannya seperti tidak nyaman,” ucap Tante Sandra dengan raut wajah yang khawatir. Biar bagaimanapun Gavin adalah cucunya juga.
Kaila hanya menganggukkan kepalanya sambil memangku Gavin dan mulai memberikan asi. Terasa sedikit lega saat dadanya yang bengkak mulai diminum Gavin.
“Apa aku punya tabungan untuk ke dokter?” bisik Kaila dalam hati. Gajian dari Tante Sandra masih dua minggu lagi. Kaila mulai khawatir. Apa harus mengambil uang tabungan kuliahnya lagi. Sepertinya sudah tidak bisa diambil lagi, takutnya tidak cukup untuknya wisuda. Kaila memejamkan mata sambil menghela napas. Lalu dia menatap Gavin dan menciumnya.
“Sayang badanmu hangat lagi. Kuatlah Nak, kuatkan mama juga,” kata Kaila sambil menciumi tangan Gavin. Disaat sedih seperti ini, dia kerap teringat pada Hansel yang entah ada dimana.
Sore hari selesai bekerja di toko bunga, Kaila pun segera pamit pulang membawa Gavin dengan motornya, seperti biasanya. Tante Sandra sekali lagi mengingatkan agar segera membawa Gavin berobat ke dokter. Kaila hanya mengiyakan.
Sesampainya dirumah, Kaila segera mandi. Selesai mandi dia masuk kamar dan meraih ponselnya. “Sepertinya aku harus meminta bantuan Astrid”. Kaila menghela napas lagi. Baru dua bulan yang lalu saat kelahiran Gavin dia banyak merepotkan Astrid. Merepotkan tenaga dan juga biaya.
“Lagipula aku hanya meminjam.. bukan meminta uang,” kata Kaila menyemangati dirinya. Dia pun segera menelpon Astrid.
“Halo Kay...” Astrid segera menjawab telepon dari Kaila.
“Iya halo Astrid..” sahut Kaila.
“Apa Gavin baik-baik saja,” tanya Astrid yang selalu menanyakan keadaan Gavin.
“Eh.. Iya Gavin sedang demam As..” jawab Kaila.
“Kamu harus membawanya ke dokter segera Kay. Kata Mama ku kalau anak bayi sering demam bisa jadi ada sesuatu di dalam tubuhnya. Maaf bukan menakuti kamu tapi sebaiknya kita berjaga-jaga,” jelas Astrid panjang lebar. Ada benarnya juga menurut Kaila. Sebagai ibu nya tentu dialah yang paling khawatir tentang Gavin.
“Kamu jangan khawatir masalah biaya ya. Tenang ada aku,” lanjut Astrid, karena Kaila hanya diam saja. Astrid sangat mengerti bagaimana keadaan keuangan Kaila. Hidup seorang diri ditambah mempunyai anak tanpa suami.
“Maafkan aku Astrid.. temanmu ini hanya bisa merepotkanmu,” sahut Kaila sambil menangis.
“Sudah tidak perlu begitu Kay.. kita sudah seperti saudara. Gavin juga kan keponakanku,” kata Astrid mencoba menghibur Kaila. Kaila pun berhenti menangis. Setelah mengucap terimakasih dan membuat janji dengan Astrid untuk bertemu di rumah sakit mana, Kaila pun menutup teleponnya.
Agak lega pikiran Kaila setelahnya. Langkah selanjutnya adalah meminta izin untuk besok libur bekerja kepada Mona karena harus membawa Gavin ke rumah sakit.
“Selamat malam Mbak Mona. Maaf mengganggu, besok aku mau izin bekerja sehari saja.” Kaila mulai mengetik lewat chat karena tidak berani menelepon, takut dengan omelan Mona.
Tidak lama suara ponselnya berbunyi, tanda ada chat masuk. Segera dibukanya.
“Kenapa? Baru seminggu bekerja kamu sudah capek?” Jawaban pesan dari Mona yang sungguh judes.
Kaila bingung mau membuat alasan apa karena tidak ada yang tahu kalau dia sudah mempunyai seorang bayi.
“Aku sakit Mba, mau periksa ke dokter besok.” Takut-takut Kaila membalas chatnya.
Agak lama baru chat balasan dari Mona masuk.
“Saya kasih izin satu jam, dan jam 9 pagi kamu sudah harus ada di ruangan. Dan bawa bukti berobat kamu.” Membaca balasan dari Mona, makin bingunglah Kaila. Masa dia bawa bukti berobat milik Gavin. Kaila harus konsultasi dengan Astrid.
“Astrid.. besok aku tidak dapat izin kerja. Hanya diberi waktu satu jam sampai jam 9 pagi. Aku bingung..” Isi chat Kaila pada Astrid.
“Tidak apa-apa, kita sama-sama ke rumah sakit jam 8 pagi nanti aku yang jaga Gavin kalau kamu sudah balik ke kantor, ya,” balas Astrid. Astrid benar-benar seperti malaikat penolong bagi Kaila.
“Makasih ya, As...” balas Kaila. Astrid membalas chat dengan emoticon senyuman dan love merah.
Gavin terdengar mulai rewel lagi lalu Kaila menggendongnya dan memberikan asi sampai Gavin tertidur. Untungnya Kaila bisa mengatasi bayinya. Tak lama kemudian, Kaila pun ikut terlelap di samping bayinya.
karena ayah kandung tdk mengorbankan darah dagingnya sendiri hanya untk ambisi yg kejam,,
hazel selamatkan rumah tanggamu
jngn sprti maxim,,