Wina perempuan muda yang sengaja berpura-pura tidak tahu akan rencana suami dan keluarganya yang ingin menguasai harta warisan keluarganya,
Dia membalas mereka dengan Elegant dan perlahan agar suami dan keluarganya bisa merasakan penderitaan yang dia alamat selama menjadi istri dan menantu di keluarga suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Setelah keluar dari ruang dosen, dia tersenyum lebar karena berhasil menyelesaikan skripsinya tepat waktu dan akhirnya dia bisa sidang minggu depan.
"Aku akan buktikan pada manusia sombong seperti kalian semua, aku bisa tanpa bantuan kak Wina".
Dia bergegas pulang kerumah, karena ibunya sudah mengabarinya untuk pulang karena dia akan dapat kejutan.
Dirumah Reno, San ibu menatap sebuah mobil dan motor yang datang dengan haru, dia tahu jika Reno pasti akan melakukan apa yang dia katakan semalam.
"Aku akan pakai mobil ini untuk mobil online sementara bu sambil mencari kerja lagi, dan motor itu untuk ibu dan juga Rena pakai kuliah dan cari kerja nanti, tidak apa kan bu? ".
Bu Surti hanya mengangguk tersenyum, dia mengelus kepala sang anak, dia yakin anaknya akan berusaha untuk dirinya, semua ini salahnya secara tidak langsung, dirinya yang menjerumuskan sang anak sehingga anaknya menjadi orang serakah dan egois seperti ini.
"Tidak apa nak, ibu akan berusaha ikhlas akan semua ini, toh memang kita yang salah telah memperlakukan Wina seperti ini, ibu tidak tahu jika semuanya akan jadi masalah seperti ini, ibu terlalu terlena menjadi orang kaya sehingga bisa berbuat jahat seperti ini".
"Baiklah bu, Aku juga akan berusaha tidak mempermasalahkan segalanya lagi, aku hanya tidak tega pada ibu karena mengalami hal ini lagi".
"Sudahlah nak, kita bisa mencari istri lagi selain Wina nanti, semoga saja kamu mendapatkan yang lebih dari Wina, jadi kita bisa kembali seperti dulu".
Watak memang tidak bisa di ubah, walau ibu Surti sudah mengikhlaskan Wina tapi dia kembali mencari orang lain yang bahkan lebih kaya dari Wina, betul-betul manusia tidak tahu diri.
Reno hanya bisa terdiam mendengar perkataan sang ibu, dia pikir ibunya tidak akan memikirkan hal seperti ini lagi nyatanya tetap saja sama.
Rena yang sudah datang pun berbinar melihat sebuah mobile dan motor yang berada di teras rumah, dia yakin jika motor itu untuknya.
"Bu itu motor aku kan?? ". Tanyanya dengan girang.
Dia bahkan memeluk motor itu dengan sangat senang, walau bukan barang mewah tapi motor baru itu bisa dia pakai untuk kesana kemari agar dia bisa mencari pekerjaan dan mempermudah urusannya kampusnya.
"Iya nak, besok kamu urus SIM yah, kan kamu hanya punya SIM mobil".
Rena mengangguk cepat, dia terasa tidak sabar untuk mengendarai motor itu dia berlari memeluk sang kakak dna berterima kasih, kesedihannya di kampus tadi hilang seketika dengan selesainya skripsi dan juga motor baru ini.
"Hari ini saja bu, besok aku harus mengurus persiapan sidang minggu depan, uangnya ada kan bu?? ". Tanya Rena menatap sang ibu.
"Kamu akan sidang minggu depan nak?? ". Tanya sang ibu dengan bahagia.
Reno menatap adiknya dengan bangga, walau adiknya ini hobby belanja dan malas tapi adiknya gadis yang cerdas dalam akademik.
"Iya bu, tapi ibu harus sediakan dananya, ibu tahu sendiri akan banyak biaya yang akan dibayar nantinya".
Rena menatap serius sang ibu, dia tahu keadaan keluarganya sedang kacau, tapi mau bagaimana lagi.
"Ibu akan ke bank untuk mengambil perhiasan ibu nak, tidak apa, kakakmu sudah tidak punya banyak pegangan, kan dia sudah membeli mobil dan motormu, walau mobilnya masih kredit, toh DP nya sangat lumayan dan motormu dia lunasi".
"Ya sudah, ibu aku antar saja, supaya besok aku langsung daftar yah bu".
Bu Surti hanya bisa mengangguk kemudian masuk kedalam kamarnya untuk bersiap untuk pergi, saat berjalan, dia memperhatikan tangannya ternyata ada gelang besar.
Dia teringat gelang ini timbangannya sangat lumayan, dia langsung berpikir untuk menggunakannya saja tanpa mengganggu perhiasannya di bank.
"Ibu ambil surat perhiasan ini dulu, ini saja yang kita jual nak, timbangannya sangat lumayan, ibu yakin ini lebih dari cukup untuk membayar kuliahmu dan pegangan sementara".
Rena mengangguk dengan semangat, mereka berdua sampai melupakan Reno yang menatap mereka dengan mata berkaca-kaca, dia senang walau hidup mereka kembali seperti dulu ternyata semuanya terasa tenang.
Mereka akhirnya pergi mengurus perhiasan sekalian membuatkan Rena SIM untuk motor, karena besok dia akan pergi kekampus naik motor dan membayar semua biaya kuliahnya.
Beberapa hari berlalu, mereka menjalani kehidupan seperti biasanya dan tibalah persidangan perceraian Reno dan Wina digelar.
Dengan langkah berat Reno didampingi sang ibu memasuki pengadilan yang akan menjadi saksi dimana dia dan Wina akan berakhir setelah ini
Sedangkan Wina yang juga sudah ada disana hanya bisa menghela nafas berat, dia bahkan kesulitan untuk bernafas kini, dia tidak menyangka kisah rumah tangganya akan berakhir seperti ini.
Didampingi pengacara, Wina masuk dengan langkah tegap, Reno yang tahu jika perempuan yang masih sah menjadi istrinya itu datang hanya bisa memandangnya dengan nanar, dan rasa bersalah, dia tidak akan bisa memenangkan kembali hati wanita yang terlanjur dia sakiti sedalam itu.
Mereka berdua duduk di kursi pengadilan dengan perasaan yang berbeda sedangkan Surti hanya bisa menyaksikannya dengan wajah masam.
"Nyonya Aditama sebagai penggugat, apakah anda mantap untuk bercerai??". Sang hakim menatap Wina dengan pelan penuh Wibawa.
"Saya yakin yang mulia, saya tidak punya alasan masuk akal yang bisa membuat saya mempertahankan pernikahan yang toxic dan penuh kebohongan seperti ini". Wina menjawab dengan mantap dan penuh keyakinan.
Disebelahnya Reno menunduk, dia tahu yang dikatakan Wina benar adanya, dia tidak memiliki alasan yang bisa di pertahankan dari pernikahan mereka.
"Bagaimana dengan pak Reno, apakah bapak ingin perceraian ini? ". Kini sang hakim melempar pandangannya pada Reno.
"Saya ingin pernikahan ini tidak berakhir yang mulia, biar bagaimanapun kami memiliki anak yang membutuhkan sosok kami berdua, aku tahu semua yang saya lakukan memang salah, tapi jika diperkenankan saya ingin diberi kesempatan untuk memperbaiki nya".
Reno menunduk, dia berusaha untuk mempertahankan pernikahannya, selain membutuhkan Wina sebagai sumber uang keluarganya, dia masih teringat Wira, sang anak.
"Baik, sebelumnya, saya akan mendengar apa yang menjadi alasan penggugat begitu ingin bercerai dari suaminya silahkan". Pak Hakim mempersilahkan Wina berbicara.
"Terima kasih yang mulia, saya memliki banyak alasan yang bisa dijadikan pertimbangan untuk yang mulia, pertama-tama, saya seorang istri tetapi saya tidak pernah diberikan Nafkah lahir berupa sandang, papan dan pangan hanya karena saya memiliki usaha, awalnya saya tidak terlalu mempermasalahkan hal itu tetapi keluarganya juga ikut merongrong saya dengan memeras saya, yang mulia biasa melihat bukti transaksi saya kepada mereka selama menikah".
Wina melampirkan rekening koran dan juga print banyaknya percakapan keluarga Reno padanya untuk minta uang begitu juga dan Reno
haddeuh ngelus dada aku nya Bu 😆😆😆
ternyata 🤣🤣🤣🤣
Ditungggguuuuuuuu😍😍😍😍
cari jalan keluar nya,kalau Leo tetap mau sama Ratna bujuk donk Ratna agar mau mempercepat pernikahan mereka...
klo Ratna gak mau juga,nasehati Leo baik²..mau sampai kapan melajang terus... haddeuh...kayak penasehat aku nya 😆😆😆😆
mna punya urat malu...
drama percintaan orang kaya ya gini,
selalu ada drama kasta nya,elo anak sapa, keturunan sapa...
🤦♀️
udah di kasi tau jangan mengusik Wina masiiih juga cari cara untuk mengusiknya ...
haddeuh 🤦♀️