Termasuk dalam series Terpaksa Menikahi Tuan Muda (TMTM)
Sekretaris Han, bisakah dia jatuh cinta?
Kisah hidup Sekretaris Han, sekretaris pribadi Tuan Saga, sekaligus tangan kanan dan pengambil keputusan kedua di Antarna Group.
Dia meneruskan sumpah setia mengabdi pada Antarna Group, hidupnya hanyalah untuk melihat Tuan Saga bahagia. Bahkan saat Saga mengatakan dia bahagia bersama Daniah, laki-laki itu tidak bergeming, dia yang akan memastikan sendiri, kebahagiaan tuan yang ia layani.
Hubungannya dengan Arandita memasuki babak baru, setelah gadis itu dipecat dari pekerjaannya sebagai pengawal pribadi Nona Daniah.
Bagaimana hubungan mereka akan terjalin, akankah usaha Aran mengejar dan meraih Sekretaris Han membuahkan hasil.
Simak kisahnya hanya di novel Lihat Aku Seorang (LAS) 💖💖
ig : @la_sheira
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Selamat Pagi
Daniah sudah selesai mandi, saat keluar dari ruang ganti, kamar sepi menyambutnya. Tirai jendela belum terbuka, hingga berkas matahari pagi pun tak masuk. Saga masih tenggelam dalam selimut. Gumaman kecil terdengar dari dalam selimutnya.
Dia pulang jam berapa ya, aku bahkan tidak terbangun semalam.
“Sayang, apa kau tidak bekerja hari ini?” Hanya melirik tirai yang tertutup, memilih mendekat ke tempat tidur. Menepuk-nepuk selimut yang menutupi tubuh suaminya sampai ke bahu. Dia tarik-tarik rambut yang menyembul dari dalam selimut.
Begini kan biasanya kamu suka tarik-tarik rambutku. Terkikik sambil menikmati gerakan tangannya. Dia Tarik lagi. Dia pilin dengan kedua jarinya.
Kenapa rambut Tuan Saga bisa sebagus ini ya, rambutku kalah jauh. Daniah memilin ujung rambutnya sendiri membandingkan. Tanpa sadar menarik rambut Saga dengan keras.
“Apa yang kau lakukan!”
Huaaa, dia bangun!
“Bangun sayang, Han pasti sudah menunggumu di bawah.” Sekarang dia usap kepala yang rambutnya dia tarik-tarik tadi. Puk, puk, sayang. Tidur lagi senandungnya.
“Kau ini menyuruhku bangun apa tidur?”
“Haha, ia sayang,” Karena takut dia marah rambutnya ditarik-tarik tanpa sadar menyanyikan lagu nina bobo. “Bangunlah sayang.” Menarik selimut sampai wajah suaminya terlihat jelas.
Dia bangun tidur aja masih kelihatan tampan.
“Aku buka tirainya ya?”
“Aku masih ngantuk.” Menyergap tiba-tiba pergelangan tangan Daniah. “Kemari, temani aku dulu.”
Aaaaa, kenapa si. Hari ini aku kan ada rencana keluar lagi. Pekik Daniah. Ada beberapa toko yang belum sempat dia datangi kemarin. Kalau sudah menghirup udara kebebasan rasanya waktu tak terasa berputar dengan cepat. Tahu-tahu seorang pelayan mengingatkannya kalau sudah jam dua lewat. Waktunya untuk kembali pulang.
Tapi sepertinya Saga benar-benar tak mau beranjak dari tempat tidur.
“Apa semalam kau bersenang-senang dengan teman-temanmu?” akhirnya duduk, menjauhkan selimut. Saga menariknya
ampai dia ikut tertidur lagi. Lalu mengusapkan pipinya dan uyel-uyel wajahnya di leher Daniah.
“Aku kangen, peluk aku.”
Dih ini orang, cuma semalam aja nggak disambut pulang. Ah, ia hentikan dulu bibirmu ini tuan muda.
“Aku malas membicarakan mereka. Aku kangen padamu.”
Tapi Daniah melihat ada pancaran kebahagiaan Saat Saga menyebutkan teman-temannya. Ya, bagaimanapun keberadaan teman-teman yang pernah ia temui saat hari peringatan kematian ayah Sekretaris Han itu adalah orang berharga bagi suaminya.
Saga melingkarkan tangan, mencium perut Daniah. Lalu berbaring di dekat kaki sambil memeluknya. Tangannya bergerak aktif di area kesukaannya.
“Apa kau bersenang-senang kemarin di luar rumah?”
“Ia,” Daniah menjawab dengan semangat. Menceritakan ini dan itu kegiatannya seharian. Calon ibu kalau ditanya persiapan melahirkan sudah seperti kereta ekspress menjelaskannya secara terperinci.
“Cih, padahal kau duduk di rumah saja Pak Mun bisa menyiapkannya.”
Apa! Kau kesal ya. Dasar, aku tahu akal bulusmu untuk menggagalkan kepergianku kemarin. Kau pikir aku akan terpancing apa.
“Kau membeli persiapan untuk anak laki-laki atau perempuan.”
“Laki-laki, kau kan maunya anak laki-laki. Kalau aku si tidak masalah yang penting dia sehat selalu.” Bergantian membelai kepala Saga lalu perutnya sendiri. “Eh apa aku harus menyiapkan dua-duanya. Lagi pula kenapa tidak membiarkan dokter bilang anak kita ini laki-laki atau perempuan.”
“Hemm.”
Masih saja menjawab begituan. Gerrrr. Terserahlah, toh nanti Pak Mun bisa menyuruh orang untuk menyiapkannya.
“Lakukan saja apa yang mau kau lakukan. Sekarang biar aku memelukmu dulu.”
“Tapi ini sudah siang.”
Saga mendesah sebal. Tapi dia bangun juga. Berjalan menuju kamar mandi, dia berbalik saat sudah menyentuh handle pintu.
“Diam di tempat tidur sampai aku.kembali.”
Eh, kau mau apa? Aku kan bisa turun kalau kau mandi. Hehe.
“Ah, atau kau mau aku menciumimu dilihat orang-orang di bawah.”
Apa!
Wajah Daniah langsung merah membayangkan karena malu. Karena Saga bisa menebak apa yang dipikirkannya, dia kan mau kabur tadi.
“Sayang, kau tidak akan melakukannya kan. Hehe. Kan ada ibu dan Pak Mun, Jen dan Sofi juga mungkin masih ada di bawah.”
“Coba saja turun sana.” Menyeringai lalu hilang di telan pintu ruang ganti.
Daniah melongo melihat pintu yang tertutup. Bisa-bisanya dia mengancamku. Dasar!
Gadis itu turun dari tempat tidur, tertawa kecil menantang. Akhir-akhir ini, tidak selama kehamilannya ini dia sudah sering sekali melanggar perintah Saga. Tapi laki-laki itu memakluminya dengan sukarela. Bahkan Ketika dia menyusahkan sekalipun dengan ngidamnya yang aneh-aneh. Melawannya sekali tidak masalah kan.
Hihi, aku mau turun ah. Kau mau melakukan apa nanti coba.
Menyentuh handle pintu kamar, bahkan pintu sudah terbuka. Namun langkah kaki Daniah terhenti. Kalau dia benar-benar menciumku di meja makan bagaimana. Gamang berdiri. Ah, tidak mungkin. Tapi, haha, itu mungkin saja terjadi. Akhirnya menutup pintu pelan lagi.
Hasrat membara di matanya tadi tidak bercanda.
Daniah memilih membuka tirai. Sinar matahari langsung masuk menerpa wajahnya. Matahari terlihat masih cukup hangat. Dikejauahan dia bisa menangkap bayangan dua orang yang sedang berdiri di dekat mobil.
Ternyata Tuan Saga sedang membantu dua anak manusia itu kencan pagi-pagi. Semangat Aran.
Hari ini juga mau bertemu Jen dan Sofia. Mau pergi ke pesta rakyat dan wisata kuliner. Apa aku boleh makan sesukaku ya, gumam Daniah. Setiap keluar Pak Mun selalu membawakannya bekal makanan ataupun camilan.
Nyoba dikit-dikit nggak papa pastilah.
Sofia juga mau mengenalkan pacarnya nanti. Ah, Daniah semakin bersemangat. Tenggelam dengan rencana besarnya nanti seharian ini. Tanpa sadar Saga sudah berdiri di belakangnya. Aroma segar sabun dan sampo menguar, tangan laki-laki itu yang masih lembab melingkar memeluk perut Daniah.
Eh kenapa cuma pakai handuk mandi!
“Kau benar-benar tidak penurut ya, aku kan menyuruhmu tetap di tempat tidur.” Bibir basah itu membekaskan tanda merah di leher Daniah.
Eh, tunggu.
"Aku kan bilang kangen, peluk dulu, cium dulu." Dengan nada manja-manja yang membuat.Daniah merinding tapi ingin tergelak.
Srekkk, Tangan Saga menarik tirai kamar yang baru saja terbuka.
...***...
Sementara itu di halaman depan.
“Pergilah, kembali lagi kemari satu jam lagi.” Han menundukkan kepala setelah melihat gerakan tirai kamar yang tertutup. Setelah tadi menangkap bayangan Tuan Saga yang bahkan belum memakai stelan kerjanya.
“Eh kenapa tiba-tiba? Apa Tuan Saga menghubungi Anda. Tapi aku tidak lihat Anda membuka hp.”
Han hanya diam tanpa memberi jawaban, tapi dia menoleh melihat Aran. Membuat gadis itu salah tingkah sendiri.
“Apa? Saya sudah mencuci rambut kok. Sungguh.” Menyodorkan kepalanya di depan wajah Han untuk disentuh.
Apa-apaan dia ini.
“Tuan dan Nona akan turun satu jam lagi, pergilah.”
“Darimana Anda tahu?” Masih penasaran dan tetap berdiri di tempatnya walaupun sudah diusir. Pantang menyerah. Dia memilin rambutnya sendiri karena sepertinya laki-laki di depannya ini tidak mau menyentuhnya. “Sebenarnya dari dulu saya penasaran sekali, bagaimana Anda bisa tahu semua yang diinginkan oleh Tuan Saga. Padahal terkadang Tuan Saga bahkan tidak mengatakan apa pun.”
Bahkan hanya dengan memicingkan mata saja.laki-laki di.hadapannya ini tahu apa yang diinginkan oleh Tuan Saga. Bahkan sekarang pun juga.
“Memang Anda tahu darimana kalau tuan dan nona akan turun satu jam lagi, kalau tiba-tiba mereka muncul dan aku pergi, bisa-bisa Pak Mun menghukumku nanti karena melanggar perintahnya.”
Masih diam.
“Tuan!” Sudah naik intonasinya.
Dari tirai kamar yang tertutup. Puas! Tapi kata-kata itu tentu saja tidak terucap.
“Pergi denganku akhir pekan ini.” Kata-kata Han langsung menghentikan pertanyaan berisik Aran. Gadis itu menggigit jarinya kaget. “Bukan kencan,” ujar Han cepat.
Aran mendengus kesal karena dia bahkan belum mengatakan apa pun.
“Memang saya mengatakan apa.”
Dia bahkan tahu apa yang aku pikirkan, apa karena itu dia tahu apa yang selalu dimau Tuan Saga. Tapi sekarang kan Tuan Saga tidak ada di sini. Darimana dia bisa menebak kalau mereka akan turun satu jam lagi. Masih penasaran.
Eh, memang nona dan tuan sedang apa ya. Malu dengan pikirannya sendiri.
“Jadi Tuan mau mengajak saya kemana, bukan kencan, aku tahu kok.”
“Ada barang tak berguna yang mau kuberikan padamu.”
Wahhh, apa dia mau melamarku. Aran Menyimpulkan sesuka hati.
“Jangan menghayal.”
“Apa! Memang saya memikirkan apa.”
“Kau berfikir aku akan berlutut dan melingkarkan cincin di jari tanganmu.” Han melihat senyum berbunga Aran tercipta sesaat tadi.
Huaaa, merinding. Bagaimana laki-laki ini bisa tepat sasaran begitu. Aran sedang memikirkan tentang adegan tokoh utama di novelnya yang baru dia update semalam. Romansa lamaran di bibir Danau yang tenang.
“Saya merinding Tuan, bagaimana Anda bisa tahu apa yang saya pikirkan.”
seperti biasa, mengacuhkan ocehan Aran.
“Bekerjalah dengan baik hari ini, seperti kemarin, jangan membuatku kecewa.”
“Siap!”
“Hari ini Nona Daniah akan pergi ke pesta rakyat Bersama Nona Jen dan Sofi, lebih berhati-hatilah, karena pasti hari ini lebih ramai lagi karena ada beberapa selebriti yang datang.”
“Siap!”
Huaaa, dia mengkhawatirkan aku.
“Aku mengkhawatirkan Nona Daniah.”
Mendengus karena Han tahu yang ia pikirkan. “Saya kan bersama Nona Daniah jadi sama saja, Tuan juga khawatir sama saya kan.” Lagi-lagi seenaknya menyimpulkan sendiri. Biarin, yang penting hatiku senang gumam Aran.
Han meraih ujung rambut Aran yang terikat di belakang kepalanya.
Tunggulah sebentar lagi.
Setelah kejadian semalam Han melihat kegelisahan Tuan Saga larut karena pembicaraan bersama yang lain. Ocehan orang-orang yang awalnya terdengar tak berguna bagi Han, malah mengubur raut gelisah Tuan Saga. Han jauh lebih lega dari apa yang bisa ia tunjukan. Bahkan Ketika dia benar-benar perempuan sekalipun, pasti dia bukan hanya gadis manis yang terlihat rapuh dan penurut seperti nona. Namun kekentalan darah Tuan Saga pun pasti menurun padanya. Hingga tak perlu ada yang dia cemaskan. Bayi penerus Antarna Group akan menjalankan tugasnya dengan baik.
Tanpa sadar Han mengusap kepala Aran beberapa kali, membuat gadis itu terbelalak namun senang tak terkira.
Untung aku mencuci rambutku dua kali.
“Hemm, Tuan.”
Sadar, langsung dia turunkan tangannya. Menatap dengan rona malu yang dia tutupi dengan mengalihkan pandangan.
Bisa-bisanya aku kehilangan kesadaran.
“Minggir, aku mau bekerja.”
“Apa, ah kenapa, di sini saja sebentar. Kita kan jarang punya kesempatan seperti ini.”
Ah, ia si, selama ini karena aku selalu melihat dia hanya menemani Tuan Saga aku sampai lupa pekerjaan utamanya apa. Tangan kanan sekaligus pengambil keputusan kedua di Antarna Group. Orang yang pekerjaannya jauh lebih banyak dari Tuan Saga.
Han yang mau melangkah akhirnya melihat ke arah Aran lagi.
“Ikut aku.”
Kemana? Ah ternyata duduk ya. Ah senangnya, aku ini benar-benar bucin parah ya, sesenang ini bahkan cuma diajak duduk olehnya.
“Apa kau merindukan pekerjaanmu yang dulu?Reporter TV kurang ajar?”
Deg, kenapa tiba-tiba.
Membahas pekerjaan masa lalunya seperti mengorek luka lama di antara mereka. Aran bahkan sudah merasakan tekanan suara tidak suka. Tapi.
“Ia.”
Aku sudah gila karena mengatakannya.
“Tapi saya senang dengan pekerjaan sekarang kok. Bisa melihat Anda dari dekat dan bersama nona sebaik Nona Daniah.”
Han menatap kejauhan seperti ikut larut memikirkan sesuatu. Hanya mereka yang tahu rencana apa yang sedang mereka untai dalam pikiran masing-masing.
"Kencan besok pakai baju apa ya?" Aran dan Han sedang berfikir hal yang sama.
Bersambung
Promo ^_^
Hai, hai sudah punya novel TMTM Musim pertama versi cetak belum, terimakasih yang sudah berkenan memiliki. Info pembelian bisa lihat episode terakhir di novel TMTM ya.
Terimakasih ^_^
apa si Arya mnjdi cerita kisah key dn Abian yah
sweet banget.