Arga, menyandang gelar casanova dingin yang tidak suka terikat hubungan, apalagi pernikahan. Maka diusianya yang sudah matang belum juga menikah.
Namun, kematian Sakti membuat dia harus menikahi Marsha. Wanita yang sedang mengandung benih milik sang adik.
Menikahi wanita yang tidak dia cintai, tidak mengubah kelakuan Arga yang seorang casanova suka bersenang-senang dengan para wanita.
Kebaikan, perhatian, dan keceriaan Marsha mengubah Arga secara perlahan sampai dia merasa tidak tertarik dengan para wanita diluar sana.
Namun, semua berakhir saat Valerie bangun dari koma panjang. Arga lebih mementingkan sang kekasih dari pada Marsha yang sedang hamil besar.
Arga merasakan penyesalan saat Marsha mengalami koma setelah melahirkan. Ketika sadar sang istri pun berubah menjadi sosok yang lain. Tanpa Arga duga Marsha kabur membawa Alva, bayi yang selama ini dia besarkan.
Akankah Arga bisa mendapatkan Marsha dan Alva kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23.
Bab 23
Arga yang masih menggendong Alva berjalan mendekati pintu. Ayu menatap tajam kepada putranya, dia ingin mendengar penjelasan tentang apa yang baru saja wanita itu ucapkan. Bagaimana bisa ada wanita yang mengaku sebagai calon istrinya.
"Sayang, kenapa kamu tidak mengangkat panggilan dari aku," kata Valerie dengan wajah sendu.
Mata Indah dan Ayu langsung melotot begitu mendengar panggilan wanita itu kepada Arga. Terlihat jelas kedua wanita setengah paruh baya ini ingin memukul laki-laki yang sendang menggendong bayi.
"Valerie, kenapa kamu ke sini?" tanya Arga yang terheran dengan kehadiran sang kekasih.
"Aku tidak bisa tidur jika tidak ada kamu," jawab Valerie dan itu membuat Arga tersentak.
Laki-laki itu melirik ke arah ibu dan ibu mertua. Mata mereka memancarkan amarah.
Indah langsung menarik bayi yang ada di gendongan Arga. Lalu, Indah tanpa menjeda langsung memberikan tamparan keras untuk sang anak.
Wajah Arga kini tercetak cap tangan milik Indah. Laki-laki itu rasakan sakit di pipi kiri bahkan telinganya berdengung. Luka kemarin saja belum sembuh kini semakin diperparah dengan tamparan keras dari ibunya. Dia tidak menyangka akan mendapatkan tamparan dari sang ibu yang selalu memanjakan dirinya.
"Bajing_an kamu, Arga! Bereng_sek! Kamu bukan anakku. Kenapa tidak kamu saja yang mati, dulum" Indah memukul dada Arga dengan kuat.
Hati Arga sangat sakit mendengar ucapan ibunya barusan. Luka dibadannya tidak seberapa jika dengan luka hati yang dia rasakan karena ibunya.
"Bu," ucap Arga dengan lirih dan mata yang berkaca-kaca.
Valerie yang datang ke rumah sakit di antar oleh perawat yang disewa oleh Arga yang akan mengurus sang kekasih, hanya diam melihat itu semua. Dia tahu konsekuensi yang akan diterima jika datang secara tiba-tiba seperti ini.
"Aku benci sama kamu. Pergi dari sini!" usir Ayu lalu mendorong Arga ke luar ruangan itu.
"Bu, dengarkan dulu ucapan aku!" pinta Arga dengan memohon lirih sambil menatap penuh iba dan bertahan untuk tetap berada di dalam ruangan itu.
"Pergi! Kamu sudah tidak diterima lagi di keluarga ini," balas Indah kepada Arga.
"Tidak. Aku mohon, Bu. Aku ingin bersama Marsha dan Alva," ujar Arga masih dengan memohon. Muka laki-laki ini sungguh memelas.
"Pergi! Pergi dari sini!" ucap Indah menolak keinginan sang anak.
Valerie pun menggerakkan kursi roda untuk menjauh dari pintu. Wanita itu memasang wajah tanpa dosa dan senang Arga dikeluarkan dari ruangan itu.
"Sudahlah, Arga. Jika kehadiran kamu tidak diharapakan untuk apa. Lebih baik kita pulang," kata Valerie mengajak Arga pergi.
Arga tidak mau membuat kesalahan lagi. Laki-laki ini sungguh menyesal dengan segala perbuatannya belakangan. Padahal dia sudah berjanji dengan Marsha akan bertanggung jawab dan membesarkan bayi itu apa pun yang akan terjadi.
"Kenapa kamu ke sini? Sekarang bukan waktunya untuk melakukan cek up, 'kan?" tanya Arga dengan lirih.
Arga merutuki dirinya. Dia marah pada dirinya, kenapa dia jadi seperti ini. Kenapa dia begitu mudahnya membuat janji kepada Marsha maupun Valerie. Menjadikan hidupnya berada dalam situasi pelik seperti sekarang.
"Aku merindukan dirimu. Aku dengar dari Mariana kalau kamu sedang ada di rumah sakit karena wanita itu sudah melahirkan. Aku juga ingin dekat denganmu, ingin diperhatikan oleh kamu, Arga," jawab Valerie sambil menangis terisak.
Arga yang tidak suka melihat sang kekasih bersedih akhirnya memberikan pelukan. Dia takut kalau kondisi tubuh Valerie akan drop kembali. Jangan sampai usaha dia untuk kesembuhan wanita ini menjadi sia-sia. Banyak waktu dan tenaga yang dia korbankan untuk hal itu.
"Pulanglah! Kamu harus bisa jaga diri dan kesehatan dengan baik. Aku tidak mau kalau kamu sampai sakit lagi. Jika hal seperti kemarin terjadi lagi, aku akan pergi meninggalkan dirimu," perintah Arga sambil menatap Valerie.
"Tapi …."
"Aku tidak suka dibantah, kamu tahu itu. Menurutlah, jika tidak aku akan benar-benar pergi jauh dan kita tidak akan bertemu lagi," ujar Arga dengan serius.
"Kamu pembohong! Dulu kamu bilang tidak akan pernah pergi meninggalkan aku. Lalu, sekarang bilang akan pergi meninggalkan aku," ucap Valerie dengan air mata yang berderai bagai anak sungai yang banjir.
"Ucap laki-laki itu jangan mudah kamu percaya. Bukannya kamu tahu itu. Aku hanya mengembalikan ucapan kamu dahulu," tutur Arga teringat akan kejadian beberapa tahun yang lalu.
Wanita itu tahu dan masih segar dalam ingatnya dengan ucapan itu. Dulu, dia begitu marah kepada Arga, karena laki-laki itu tidak datang ke acara pesta ulang tahun karena tiba-tiba masuk rumah sakit akibat kelelahan. Dia marah saat Arga mengatakan alasan ketidakhadiran saat itu.
Hubungan mereka dahulu, Arga yang banyak mengatur dan sering menolak ajakan Valerie. Laki-laki itu lebih suka menyibukan diri dengan pekerjaan kantor sehingga wanita itu berselingkuh untuk mencari perhatian dan kasih sayang dari laki-laki lain. Arga bukan tipe orang yang romantis dan bucin kepada pasangan. Dia memberikan perhatian secukupnya, dengan alasan status mereka yang masih pacaran bukan suami istri. Namun, Arga mulai sedikit berubah setelah dia tidur bersama dengan Valerie saat dia mabuk. Laki-laki itu lebih perhatian, meski masih suka sibuk dengan pekerjaan.
Valerie pun pergi dari rumah sakit bersama perawatnya. Lalu, Arga kembali ke ruangan Marsha.
"Mau apa kamu ke sini lagi? Pergi!" bentak Indah yang sangat kesal kepada menantunya.
"Bu, aku mohon … maafkan aku!" Arga menangkupkan kedua tangannya dengan wajah memelas.
"Pergilah, ibu juga tidak sudi melihat wajahmu," tukas Ayu dengan nada sinis.
Akan tetapi, Arga tidak bergerak sedikit pun di tempatnya berdiri. Laki-laki itu tidak mau meninggalkan Marsha lagi. Dia ingin saat sang istri membuka matanya, orang pertama yang dia lihat adalah dirinya.
"Marsha masih tanggung jawab aku. Begitu juga dengan Alva. Sudah kewajiban aku untuk menjaga dan mengurus mereka," tutur Arga dengan tegas.
***
Apakah Arga masih bisa diizinkan tetap berada di sana? Ikuti terus kisah mereka, ya!