"Kamu jangan khawatir, Archiena. Saya yang akan menikahi kamu." ~ Kaivan Arsangga Diando.
***
Tepat di hari pernikahannya, Archiena harus menelan pil pahit. Kekasih, atau calon suaminya terbukti selingkuh dengan adik kandungnya sendiri selama bertahun-tahun.
Perasaan Archiena dihancurkan oleh dua orang yang paling ia percaya dalam hidupnya, meski begitu tak ragu sama sekali baginya untuk membatalkan pernikahan.
Namun karena nama baik keluarganya dipertaruhkan disini, terpaksa Archiena pun menikahi om dari kekasihnya yang juga berkorban untuk keluarganya.
Lantas bagaimana kehidupan Archiena dan Kaivan, akankah keterpaksaan itu berubah menjadi kebahagiaan atau malah penderitaan?
Update setiap hari ‼️
Follow Instagram : Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke rumah mama Fia
Seperti yang Kaivan bilang jika dia akan meeting bersama dengan Archie keluar kantor. Meeting sekaligus makan siang itu dilakukan di sebuah restoran yang tidak jauh dari kantor.
Kini Archie bersama sang atasan dan calon klien sedang berbincang sebelum makan siang nanti.
"Sekretaris anda sangat cantik, bisa saya tahu namanya?" Orang berkulit putih dan bermata biru itu bicara dengan bahasa Inggris.
Archie dan Kaivan tentu saja mengerti bahasa yang digunakan orang Eropa itu. Archie tersenyum sopan, sementara Kaivan memasang wajah datar saja.
"Dia Archiena." Ucap Kaivan memperkenalkan.
"Nama yang cantik, seperti wajahnya." Puji pria itu lalu mengulurkan tangannya kepada Archie.
Archie membalas uluran tangan pria itu dan menjabatnya sebentar, sebelum akhirnya melepaskan ketika Kaivan menatapnya.
Archie tak mau terlalu percaya diri, tapi entah mengapa tatapan Kaivan barusan seakan memerintahkan dirinya untuk lekas melepaskan jabatan tangan nya dengan pria luar itu.
Setelah berbincang panjang, akhirnya Kaivan berhasil mendapatkan tender senilai ratusan milyar itu. Ia berhasil mendapatkannya proyek pembangunan gedung bertingkat di lahan yang berada di pinggiran ibu kota.
"Saya senang bekerja sama dengan anda, semoga proyek kita bisa segera selesai." Ucap pria itu sembari menjabat tangan Kaivan.
"Sama-sama, Tuan. Saya akan berusaha menyelesaikannya sesegera mungkin, anda jangan khawatir." Balas Kaivan tersenyum begitu lebar.
Archie ikut tersenyum. Sebelum klien itu pergi, Archie sempat memberikan tundukan kepala sopan tanda rasa hormatnya pada pria itu.
Kini tinggal Archie dan Kaivan yang ada di meja makan itu. Archie tengah bersiap-siap untuk kembali ke kantor, namun ia terkejut ketika Kaivan tiba-tiba meraih tangannya.
Kaivan menyemprotkan hand sanitizer ke telapak tangan Archie, lalu mengusapnya dengan lembut.
"Maaf, Pak?" Tanya Archie terkejut sekaligus bingung.
"Tanganmu kotor, saya hanya bantu membersihkannya." Jelas Kaivan lalu bangkit dari duduknya.
Melihat Kaivan yang sudah bangkit dan siap untuk pergi, lantas Archie buru-buru menyusul. Gadis itu berjalan di belakang Kaivan, layaknya sekretaris dan atasan.
Kaivan tiba-tiba berhenti, membuat Archie menabrak punggung pria itu. Archie sampai terdorong ke belakang dan nyaris jatuh jika Kaivan tidak merengkuh pinggangnya.
"Hati-hati, Archie." Tegur Kaivan.
Archie menatap suaminya. "O-om, kita dilihat banyak orang." Cicit Archie sambil melirik ke sekitar.
Kaivan tahu itu, ia pun akhirnya melepaskan sekretaris sekaligus istrinya itu. Kaivan berdehem, ia merapikan jas nya lalu melanjutkan langkahnya.
Archie pun lekas mengekor, gadis itu mengikuti langkah sang atasan sampai ke mobil. Mereka pun langsung tancap gas meninggalkan restoran.
Tidak ada pembicaraan selama perjalanan itu, sampai tak terasa mereka pun sampai di kantor. Baik Kaivan maupun Archie sama-sama melanjutkan pekerjaan mereka.
"Archie, tolong berikan dokumen yang harus saya tanda tangani. Bawa ke ruangan saya." Ucap Kaivan menatap Archie sekilas, lalu masuk ke dalam ruangannya.
Archie tidak sempat menyahut karena Kaivan langsung masuk. Gadis itupun langsung melaksanakan tugas yang Kaivan berikan barusan.
***
Setelah berjam-jam bekerja, tanpa terasa ini sudah waktunya pulang. Para karyawan sudah mulai bersiap, tak terkecuali Archie dan Kaivan pastinya.
Kaivan keluar dari ruangannya ketika Archie sedang pakai parfume. Archie terkejut bahkan sampai menjatuhkannya ke lantai.
"Maaf, Pak." Ucap Archie lalu buru-buru memungut parfume nya.
"Ayo kita pulang." Ajak Kaivan dengan datar dan dingin seperti biasanya.
Archie menatap atasannya– suaminya. Ini sudah jam pulang kantor, jadi status Kaivan adalah suaminya.
"Kita? Kita pulang bareng?" Tanya Archie mengerutkan keningnya.
"Saya tunggu di tempat saja menurunkan kamu tadi." Jawab Kaivan lalu langsung pergi meninggalkan istrinya begitu saja.
Archie menatap sekitar, setelah memastikan bahwa semuanya baik-baik saja. Gadis itupun langsung pergi dari kantor.
Hari sudah sangat sore, Archie melangkah cepat menuju tempat Kaivan menurunkan nya tadi. Mereka harus ke rumah mama Fia, entah dimana karena Archie sendiri belum tahu.
Ketika melihat mobil Kaivan, Archie pun lekas masuk. "Ayo, Om." Ajak Archie dengan senyuman.
Kaivan hanya berdehem, pria itu langsung tancap gas meninggalkan area kantor. Mereka akan pergi ke rumah mama Fia di daerah Bogor.
"Om, memang rumah mama dimana?" Tanya Archie.
"Bogor." Jawab Kaivan singkat.
Mata Archie melotot, rumahnya di Bogor sedangkan mereka di Jakarta.
"Kita akan kesana? Sekarang?" Tanya Archie.
"Ya, tidur saja jika kamu mengantuk." Jawab Kaivan manggut-manggut.
Archie pikir rumah ibu mertuanya itu tidak jauh dari rumahnya atau rumah Aditya, tetapi ternyata sangat jauh.
Ketika masih dijalan, Archie tiba-tiba mendapatkan telepon dari ibu mertuanya.
"Iya, Ma." Ucap Archie dengan lembut.
"Kamu sama Kaivan bisa datang kan, Nak?"
"Bisa, mama. Aku dan om Kaivan sedang dalam perjalanan kesana." Jawab Archie.
"Yaudah, hati-hati. Ada hal penting yang ingin mama sampaikan sama kamu nanti ya."
"Baiklah, Ma." Sahut Archie lalu memutuskan sambungan teleponnya.
Setelah selesai berbincang singkat dengan ibu mertuanya, Archie pun menoleh menatap suaminya.
"Om, kita langsung pergi kesana tanpa bawa baju dan sebagainya gitu?" Tanya Archie.
"Iya, tidak perlu membawa apapun karena saya punya baju di rumah mama saya." Jawab Kaivan sambil tetap menatap lurus.
"Lalu aku? Apa aku harus pakai baju om juga?" Tanya Archiena menunjuk dirinya sendiri.
"Itu hak mu, mau pakai baju atau tidak bukan urusan saya." Jawab Kaivan masih dengan wajah tanpa ekspresi.
Archie menghela nafas, ia pun akhirnya memilih diam daripada terus mendengar suara dingin suaminya.
Archie menyimpan ponselnya tanpa tahu ada notifikasi pesan dari nomor asing.
KIRA-KIRA SIAPA YANG KIRIM PESAN DAN APA YANG MAU DIBICARAKAN MAMA FIA??
Bersambung.....................................