Sekuel Novel Benih_Titipan_Tuan_Mafia
Cinderella biasa di panggil Ella. Gadis kecil nan lugu yang hidupnya penuh dengan penyiksaan si Ibu tiri. Untuk menyamarkan perbuatannya agar harta sang Suami tetap di miliki, si Ibu tiri yang di ketahui bernama Alena terpaksa membiayai kuliah Ella di sebuah universitas terkemuka.
Lena tidak menyangka jika keterpaksaannya itu membawa Ella bertemu dengan seorang lelaki bernama Darrel, anak tunggal seorang ketua Mafia.
Pertemuan di awali dengan kecurigaan namun berakhir menjadi cinta yang kuat.
Apa Ella bisa menerima kenyataan jika ternyata anak lelaki yang mengetuk pintu hatinya ternyata pewaris tunggal seorang kepala Mafia?! Apa dia akan lari? Atau dia tetap menemani meski hidupnya tidak lagi seperti dulu?!
Langsung ke cerita nya saja ya gaes👇
Terimakasih 🎉❤️🌹🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluSi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 22
Setelah menyelesaikan makan malamnya, Arya bergegas masuk ke dalam mobil dan berniat untuk pulang. Entah kenapa mobil melaju di jalan memotong yang sepi. Bukankah seharusnya dia lebih waspada setelah tadi agar tidak terjadi sesuatu.
Dan benar, mobil milik kacung Prapto terlihat mengikuti. Ketika berada di pertengahan yang jauh dari rumah penduduk, mobil Arya di berhentikan secara paksa.
Ciiiiiiiiiiiitttttttttttt....
Arya mengerem mendadak. Beruntung mobil tidak sempat bersenggolan dan hanya membentur pembatas jalan. Tiga kacung Prapto turun sementara satu lainnya menunggu di kursi kemudi.
Dug! Dug! Dug!
Dengan wajah angkuh salah satu dari mereka mengendor kaca mobil menggunakan senjata api. Perlahan kaca mobil di turunkan. Arya malah tersenyum menyambut todongan senjata api di tengkorak kepalanya.
"Masih ada waktu untuk bicara jujur. Bos Prapto menyuruh kami membunuh mu kalau kau sudah tidak berguna." Ucapnya penuh penekanan.
"Saya memang tidak tahu di mana posisi Nona."
"Waktu habis." Ketika pelatuk akan di tarik. Terdengar bunyi duuuuppppp! Seketika tubuh salah satu kacung Prapto ambruk. Dua lainnya memasang wajah terkejut sebab ternyata di jog belakang ada Alan bersama satu anak buahnya.
Arya yang merasa bingung terpaksa menghubungi kontak milik Erik. Setelah pertemuannya dengan Nay kemarin, membuat panggilan Arya lebih cepat mendapatkan respon. Beruntung sebab Alan tengah berada di sekitar sana sehingga dia bisa langsung memberikan bantuan pada Arya.
"Ayo pergi!!!" Teriak salah satunya.
Keduanya lari kocar-kacir menuju mobil dan berusaha kabur sebab Alan sudah terkenal di kalangan berandalan. Posisi mobil yang miring, memudahkan membidik tepat pada sasaran.
Alan tersenyum, sebelum peluru melesat menuju tangki bensin. Hanya sekedar menerka-nerka tapi rupanya bidikan sesuai sasaran sehingga ledakan mobil tidak terhindarkan.
Blaaaammmmmmmmm!!!
Ketiganya lari keluar mobil dengan tubuh terbakar. Cukup mengerikan bagi Arya yang notabenenya hanya seorang notaris. Dia hanya berusaha menyampaikan amanat dari Pak Sudrajat. Mana Arya tahu jika semua harus berakhir dengan ancaman. Keluarga di kampung masih banyak membutuhkan biaya sehingga dia memutuskan untuk meminta perlindungan dari Kai.
"Lantas bagaimana dengan mayat mereka?" Tanya Arya pelan.
"Itu jadi urusan kami."
"Oh terimakasih Tuan."
"Panggil aku Bos Alan." Arya mengangguk seraya tersenyum.
"Saya tidak tahu apa jadinya kalau Bos Alan tidak membantu."
"Saya hanya suruhan. Nona Ella sudah di tandai dan segala sesuatu yang berhubungan dengan nya wajib di lindungi." Arya merasa lega mendengar itu." Untuk sementara waktu, jangan hubungi keluarga. Beruntung jika mereka berada jauh di sini. Saya rasa Prapto mulai tidak terkendali." Alan menghirup aroma daging terbakar seraya bersandar di body mobil.
"Mereka memang berada di luar pulau."
"Hm untuk keselamatan. Bu Naysila berpesan untuk tidak menceritakan ini pada Nona Ella. Ada rencana yang tidak bisa saya ceritakan." Pinta Alan menjelaskan soal keinginan Nay.
"Tapi Nona akan baik-baik saja."
"Hm tentu saja. Kami menjamin keselamatannya."
"Saya akan lakukan asalkan Nona baik-baik saja. Saya merasa kasihan padanya."
"Tenang saja. Dia aman."
Arya tersenyum mengembang. Walau pemandangan di hadapannya terlihat mengerikan tapi hatinya merasa lega ketika Alan menjamin keselamatan Ella.
Saya sudah lakukan semua sesuai keinginan Pak. Semoga setelah ini anda tidak lagi mendatangi saya di dalam mimpi.
Rupanya semenjak Pak Sudrajat di nyatakan meninggal. Arya kerapkali di datangi mimpi buruk seakan-akan arwah Pak Sudrajat tidak tenang dan meminta pertolongan. Awalnya Arya tidak menggubris sebab Lena selalu bersikap baik ketika dia datang untuk mengecek.
Tapi suatu hari tanpa sengaja Arya melihat sendiri bagaimana buruknya Lena memperlakukan Ella sampai-sampai harus membalurkan pewarna kulit agar Ella terlihat buruk. Sejak saat itu Arya kerapkali mengorek informasi dari Ella sendiri secara diam-diam. Fakta yang di dengar sangat mencengangkan sehingga Arya mulai menjalankan surat wasiat dengan bersungguh-sungguh.
🌹🌹🌹
Sesekali Darrel melirik ke Ella yang tengah sibuk memainkan game di ponselnya. Sudah pukul 10 malam, tapi Ella tidak tampak mengantuk. Matanya bahkan masih membulat dan parahnya, lelaki di samping merasa di abaikan.
Dua jam yang lalu Ella meminta Darrel mendownload game. Awalnya Darrel mengira itu hanya candaan. Namun rupanya Ella serius dan memang menginginkan itu sejak lama.
"Bukankah sebaiknya kamu tidur?" Tegur Darrel pelan. Televisi di biarkan menyala padahal sejak tadi Darrel lebih sering memperhatikan Ella yang duduk menghadap ke arahnya dengan kedua kaki bersila.
"Biasanya aku tidur di atas jam satu."
"Oh itu tidak baik." Darrel mengambil ponsel dari tangan Ella.
"Aku hampir menang. Sebentar lagi saja." Wajah memohon dan senyum merekah membuat Darrel tidak sampai hati memaksa. Dia mengembalikan ponsel pada Ella tanpa perlawanan.
"Kamu sudah melupakan kejadian tadi?"
"Tidak Kak." Darrel tersenyum simpul." Terimakasih sudah menemani ku malam ini. Mungkin itu yang membuat aku merasa aman." Imbuhnya polos. Sesuai tebakan, Ella membutuhkan figur seorang lelaki dewasa yang bisa menjadi figur selayaknya seorang Ayah.
"Besok masih ingin kuliah." Ella menyodorkannya ponselnya sebab dia sudah selesai bermain.
"Hm ingin kuliah. Mini market peninggalan Ayah butuh seseorang yang berpengalaman. Wanita itu terlalu boros dan... Tempat itu terancam bangkrut. Gaji para karyawan banyak yang menunggak. Ingin ku jual tapi Ayah berpesan untuk tetap mempertahankan."
Para karyawan kerapkali mengadu pada Ella soal keterlambatan gaji. Ella berpesan untuk risen dan mencari perkerjaan baru. Namun para karyawan lama malah memilih setia dan menunggu Ella bisa memperbaiki semuanya.
"Oh di mana letaknya?"
"Jalan kelapa gading dekat pom bensin. Dulu rencananya buka cabang tapi... Sekarang malah seperti itu." Eluh Ella lagi.
"Kita selesaikan masalahmu dulu. Akan ku bantu kalau semua sudah berjalan normal."
"Aku ingin mengusir wanita itu. Menjual beberapa perhiasan peninggalan Mama tapi aku tidak yakin jika wanita itu memberikan. Apalagi sekarang aku tidak di sana. Lumayan kan, untuk membayar tunggakan gaji karyawan."
Darrel terkagum-kagum akan pola pikir Ella. Di tengah kesulitan hidup, dia masih memikirkan gaji para karyawan. Sungguh itu sebuah pertanggungjawaban yang sulit di lakukan. Terkadang banyak para pengusaha memilih kabur daripada harus memenuhi hutangnya pada para karyawan.
"Kamu butuh berapa? Biar ku bantu." Tanpa Ella sadari sejak tadi Darrel menatapnya berlama-lama. Terasa lebih dalam dari beberapa jam lalu.
"Tidak Kak terimakasih. Aku hanya bercerita. Bantuan ini saja sudah sangat merepotkan. Mungkin benar, aku harus menyelesaikan masalahku dengan Pak Prapto."
"Para karyawan tidak seharusnya ikut terdampak. Mereka memilih bertahan karena membutuhkan uang itu." Ella mengangguk. Dia sudah tahu akan hal tersebut. Cukup terbebani namun tidak mampu berbuat banyak.
"Gaji mereka sudah sangat kecil tapi harus tertahan selama beberapa bulan."
"Oke. Aku punya tabungan. Anggap sebagai pinjaman." Terpaksa Darrel berkata demikian. Padahal dia menerka jika nominal yang di butuhkan Ella seperti butiran debu untuk kekayaannya.
Ella komat-kamit, dia tengah menghitung banyaknya karyawan dengan gaji setiap bulannya.
"Banyak sekali Kak." Gumam Ella pelan.
"Berapa? Katakan."
"Jangan di paksa kalau tidak ada." Darrel tersenyum seraya mengangguk." 200 jutaan. Aku ingin memberikan sedikit bonus untuk permintaan maaf." Imbuh Ella ragu juga merasa sungkan.
"Besok ku siapkan." Jawab Darrel tanpa beban.
"Serius Kak Darrel punya?"
"Hm ya." Uang jajan sebulan. Begitulah yang terucap di dalam hati.
"Setelah wanita itu pergi, aku akan menjual perhiasan Mama."
"Aku yakin dia akan mencurinya. Kamu letakkan di mana?" Seperti berbicara dengan Adiknya, begitulah yang ada dalam pandangan Darrel.
"Ada di lemari Ayah. Aku tidak boleh masuk ke sana. Semoga wanita itu tidak tahu." Namun Darrel merasa beruntung sebab kepolosan Ella membuatnya cepat akrab meski obroral terasa menggelikan baginya.
"Kalau wanita itu tidak tahu, jangan di jual. Itu perhiasan Mama mu yang seharusnya di wariskan padamu." Lidah ku rasanya aneh. Untuk apa membahas itu? Tapi ya sudah. Dia terlihat antusias. "Kembalikan uang kalau usaha mini market nya kembali normal." Ella tersenyum, menatap polos ke arah Darrel. Belum ada ketertarikan, dia hanya menganggap Darrel sebagai penolong. Sangat berbeda dengan Darrel yang semakin tertarik, sampai-sampai dia berani mematikan ponsel hanya agar Nay tidak bisa menghubunginya.
🌹🌹🌹
Syarat dan ketentuan:
Sudah tamat dan Penulis belum di kontrak/sedang tidak terikat kontrak dengan penerbit manapun.
Jenis naskah yang dicari:
1. Novel;
2. Kumpulan Puisi;
3. Kumpulan Cerpen;
4. Naskah non Fiksi, dll.
Jika bersedia harap segera menghubungi saya via DM instagram (@dwafril) atau laman chat yang tersedia pada platform ini.
AE Publishing Cab. Gresik
*paling lambat 15 Agustus 2023