NovelToon NovelToon
Anak Yang Terabaikan

Anak Yang Terabaikan

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Wanita Karir / Mengubah sejarah / Kontras Takdir / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:348.3k
Nilai: 4.7
Nama Author: Muliana95

Bagaimana rasanya, jika kalian sebagai seorang anak yang di abaikan oleh orangtuamu sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 30

Adira yang memegangi ponselnya sambil berjalan ke arah balkon. Dia melihat Satria yang sedang sibuk sendiri di kamarnya, kebetulan gorden dari pintu yang mengarah ke balkon Satria terbuka, jadi, Adira bisa melihat dengan jelas apa yang Satria lakukan.

"Haruskan aku mengorbankan nya, untuk membalas Kak Vania? Bukankah itu sangat kejam?" gumam Adira menatap Satria.

Adira masih ragu, karena dia tidak ingin melibatkan orang lain dalam masalahnya. Apalagi, Satria yang gak tahu apa-apa tentang keluarganya. Atau mungkin dia tahu, tapi hanya sekilas dari omongan Ifana.

Satria tanpa sengaja juga menatap ke arah balkon kamar Adira. Dan membuat mereka saling menatap walau hanya beberapa detik. Adira langsung salah tingkah, karena kedapatan lagi melihat Satria. Begitu juga dengan Satria yang langsung senang, saat mengetahui jika mungkin dari tadi, Adira memantaunya.

Ifana masih berada di rumah Satria. Dia terus menerus merayu Adira untuk menerima tawarannya. Yaitu mendekati Satria. Apalagi, Ifana sadar, mungkin Satria menyukai temannya itu. Terbukti, dia pernah melihat saat Satria menatap Adira dengan tatapan yang berbeda, bukan hanya sekali. Tapi berkali-kali.

Adira turun ke bawah untuk memakan cemilan yang telah di siapkan Bu Mar. Namun, dia juga melihat Vania, sedang berada di depan kulkas dan mengambil minuman dingin.

Tanpa memperdulikan Vania, Adira masih setia menunggu Vania selesai, karena dia juga ingin mengambil puding yang ada di kulkas.

Vania yang melihat kedatangan Adira, juga langsung mengambil puding yang biasanya selalu Bu Mar siapkan untuk Adira. Dia sengaja membuat Adira kesal, sebab dia pun, masih kesal dengan temannya Adira tadi.

Melihat itu, Adira hanya menghela napas. Dan memilih pergi memasak mie instan. Karena kebetulan dia sedang lapar.

"Ehhem ..." Vania berdehem, karena kesal sebab Adira tidak peduli padanya.

"Adira, kok makan mie sih?" tanya Bu Mar.

"Lapar Bu." sahut Adira.

"Kan udah Bu Mar siapkan puding." ujar Bu Mar.

"Aku ambil, emang gak boleh?" tanya Vania dari meja makan.

"Eh- bukan itu. Tapi biasanya kamu gak terlalu suka puding. Lagian, Bu Mar sudah menyiapkan bakwan jagung untuk Vania." sahut Bu Mar.

"Aku mau puding, lagian kalo dia mau, tuh ada bakwan. Makan aja."

Namun Adira tidak peduli, dia tetap melanjutkan kegiatannya. Saat Bu Mar menawarkan bantuan. Adira justru menolak. Namun, Bu Mar tetap mengawasi agar Adira tidak terlalu banyak menambahkan cabe.

Adira memilih duduk di teras belakang. Karena dia tidak ingin mencari masalah dengan Vania. Dia lebih nyaman duduk sendiri, menikmati nikmatnya makanan serta angin sore.

"Teman mu ya tadi tuh? Sok cantik ya." tanya Vania menyusul Adira.

"Sejak kapan kamu tuli?" lanjut Vania karena Adira tetap pada fokus pada makanannya.

Karena geram, Vania merebut mangkok mie Adira dan menumpahkannya dengan sengaja.

Tanpa Vania dan Adira sadari, tindakan Vania di awasi oleh Ella dari balik pintu. Namun, dia sengaja tidak berkomentar. Karena ingin melihat apa yang Adira lakukan terhadap Vania.

Adira bangkit meninggalkan Vania dengan mie yang sudah tumpah ruah. Karena geram atas tindakannya yang tidak dihiraukan, Vania menarik rambut Adira, hingga membuat Adira menjerit minta ampun.

"Sekarang udah gak tuli kan? Makanya, kalo orang tanya tuh, jawab." bentak Vania.

"Vania, lepaskan!" teriak Ella.

"I-ibu." ucap Vania melepaskan tangannya dari rambut Adira.

Plak ... Ella menampar Vania dengan begitu keras. "Jadi, ini yang kamu lakukan selama ini? Kamu menindas Adira?" berang Ella.

"Vania ..." jerit Ella bersamaan mimisan yang keluar dari hidung, dan Vania jatuh pingsan.

"Cepat, telpon Ayah Adira." perintah Ella.

"Maaf sayang, maafkan Ibu. Seharusnya Ibu tidak menamparmu." sesal Ella memeluk Vania.

"Ayo bantu Ibu, untuk mengangkat Vania." ajak Ella. Karena kebetulan Bu Mar dan Bu Siti sudah pulang ke rumah masing-masing.

"Ada apa?" tanya Amalia melihat Adira dan Ella membopong tubuh Vania.

"Vania pingsan, jadi mau ku bawa ke rumah sakit." sahut Ella sambil menangis.

"Bentar, biar Satria yang nyetir. Nanti kalo kamu yang nyetir malah bahaya karena panik." ucap Amalia, dan dia juga menyuruh Adira agar berlari dengan cepat untuk memanggil Satria.

Adira pun berlari menaiki lantai dua, yang sudah dijelaskan oleh Amalia, dimana Satria berada.

Satria yang kebetulan hendak keluar dari kamar terkejut melihat Adira berada di depan kamarnya dengan napas ngos-ngosan.

"Kenapa kamu harus muncul di setiap saat sih?" tanya Satria pada Adira yang keheranan. "Andai kamu nyata, aku akan mencubit hidungmu, sampai kau mengadu kesakitan." ujar Satria mencubit hidung Adira. Dan benar, Adira sampai menjerit minta dilepaskan.

Tungkai Satria langsung melemah, pasalnya yang ada di depannya beneran nyata.

"Ka-kamu? Ke-kenapa di-disini?" tanya Satria mulai gagap. "Ka-kamu n-nyata?" lanjut Satria mencolek lengan Adira.

"Ini aku Satria, makanya kalo siang tidur, biar gak ngawur." ucap Adira. "Tolongin Vania, dia pingsan. Dan harus dibawa ke rumah sakit." ujar Adira dengan napas ngos-ngosan.

Satria langsung mengontrol dirinya. Walaupun malu, dia harus terlihat tetap cool di depan Adira.

"Cepetan Satria." perintah Adira. Dan membuat Satria berlari turun dari lantai. Bahkan dia tidak memperdulikan penampilannya yang hanya memakai kaos dan celana dibawah lutut.

Adira juga berlari, mengikuti langkah Satria. Dan untuk pertama kalinya Adira di ajak ke rumah sakit.

Sampainya di rumah sakit, tak lama kemudian Afandi juga sampai. Dan Ella menceritakan kejadian kenapa Vania sampai pingsan pada Afandi.

"Ini kan yang kamu mau Adira? Ibu menghukum Vania?" tanya Ella ada Adira. Kebetulan, Satria pamit ke toilet. "Sekarang kamu ngertikan? Kenapa Ibu atau Ayah lebih membela Vania? Inilah sebabnya Adira. Bukan karena kami membandingkan kalian berdua." jelas Ella.

"Ibu lihat sendiri kan tadi? Memangnya apa yang aku lakukan untuk Kak Vania? Gak ada Bu, gak ada." bela Adira.

"Dan Vania, gak mungkin melakukan semua hal tersebut, jika kamu tidak membuatnya kesal. Apa salahnya, jika kamu menuruti keinginannya Adira?" bentak Ella geram.

"Udah Bu, malu." larang Afandi. Namun, dia juga menggenggam tangan Adira, pertanda agar Adira diam.

"Inilah, akibatnya, kamu terlalu memanjakannya." sindir Ella dan Afandi hanya menghela napas. "Dan kamu Adira, jangan pernah membuat Vania kembali merasa kesal. Karena Ibu sangat yakin kalo Vania tidaklah bersalah." tekan Ella.

"Ibu tadi sudah melihat sendiri, dan yang menampar Kak Vania Ibu sendiri. Bukan permintaanku, jadi, kenapa sekarang Ibu menumpahkan kesalahannya padaku?"

"Diam Adira!" teriak Afandi yang mulai pusing.

"Kamu pulang lah." usir Afandi, karena tidak ingin semakin marah terhadap Adira.

"Satria, tolong antar Adira pulang. Pakai saja mobil Ibunya." pinta Afandi tanpa menatap Adira.

1
sulthan haidar
Lumayan
Esti Esti
keren aku suka
Daun Pedis Panas
bagus ifana kerjain trus satria haha
Arnheta Vallerian
seimbanglah ma pas bikinnya hahaha
Arnheta Vallerian
lucu bgt bacot c ella...klw c adira gk beradab yg harus disalahin ya loe pea
Arnheta Vallerian
bukan salah adira,bukan pula adira pembawa sial tpi perlakuan loe berdua yg jolim ama adira
Arnheta Vallerian
dasar bangke penyakitan,penyakit hati jga....namanya kabur dicari pasti balik lgi lah kan bukan pergi selamanya bangke
Arina Sabrina
kelurga mental..tp aku still baca..
Arina Sabrina
ni ada masalah mental..serius mental
Arina Sabrina
BAB***
Santy
Bkin ngis ja torrrrrr krn ku Perna di posisii ni '
Rasany ngk enk bget
Muliana: Sabar ya, karena kebanyakan orang tua gak pernah sadar, jika secara tidak langsung membanding-bandingkan anaknya
total 1 replies
TakSukaYaSudah
alangkah indahnya lagi, masa² berbaikan kalian saat ayah dan kakek masih ada ... sedih
TakSukaYaSudah
sihat pula kau yaaa .. tak de pengsan² lagi ... wahhh hebat kau . huhuhu
TakSukaYaSudah
celaka... penjahat
TakSukaYaSudah
memang
TakSukaYaSudah
celaka .. laki² hancur gara2 perempuan.... aku perempuan jadi malu.... tp ... jika memang ada begitu di alam nyata, sungguh semua itu akan DIPERHITUNGKAN.....
Muliana: Semoga kita dijauhkan /Panic/
total 1 replies
TakSukaYaSudah
gih tinggal bersama kakek ya Adira... aduhaiiiiii
Muliana: Lebih di sayangi lagi
total 1 replies
TakSukaYaSudah
mati pun tak pe
bunda n3
ampun deh Vania
bunda n3
Vania kapan sadar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!