Mencintai atau dicintai?
Tapi kenyataannya memang tidak seindah dalam khayalan.
Antara mementingkan perasaan atau ego yang didahulukan.
Tapi cinta memang tidak pernah salah. Karena cinta bisa hadir di hati siapapun , kapanpun , dan di manapun.
Entah itu di sengaja atau tidak disengaja , cinta akan bersemi walaupun terpaksa.
Tapi , bagaimana dengan cinta yang terpendam?
Ego yang tinggi itu apakah bisa terhempas oleh kekuatan cinta?
Let's go , follow my story...
Dan kamu akan tau , betapa rumitnya kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErvhySuci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 007
Pekerjaan sudah selesai. Gadis itu kini sudah berada di dalam mobil bersama bosnya yang kali ini entah kenapa terlihat sangat tampan. Meskipun ibaratnya setiap detik ia dapat dengan begitu mudah memandangnya , tapi nyatanya itu tidak membuatnya bosan sedikitpun.
Derry membawa mobilnya menuju butik mamanya yang jaraknya kurang lebih tiga puluh menit dari kantor. Butik yang begitu besar itu mampu menarik perhatian banyak orang untuk datang.
Aera bingung harus memilih gaun seperti apa , bagus semua. Derry yang hanya mengenakan kemeja putih itu tersenyum melihat gadis di sampingnya kebingungan menentukan pilihannya.
"Kamu suka warna apa?" ucap Derry yang juga ikut memilih gaun.
"Saya suka warna hijau pak." ucap Aera dengan tersenyum.
Derry tampak berlalu dari samping Aera. Lalu beberapa saat kemudian , lelaki itu datang kembali.
"Ikut saya." ucap Derry yang tiba-tiba menarik lembut pergelangan tangan Aera.
Gadis itu merasa jantungnya seolah berhenti berdetak untuk beberapa detik. Aera menatap tangan lelaki itu yang mencengkram pelan tangannya yang terlihat tampak kecil.
"Kayaknya kamu harus coba gaun ini." ucap Derry sembari berhenti di depan gaun panjang tanpa lengan berwarna hijau tosca yang tampak indah.
Gaun ini sangat cantik , elegan , aksesoris yang menempel tidak begitu banyak yang membuatnya benar-benar menarik.
"Mbak , tolong dibantu coba gaun ini ya." ucap Derry kepada karyawan yang melayani kami.
"Baik mas. Mari mbak , saya bantu ke ruang ganti." ucap pelayan itu yang kemudian membawakan gaun itu menuju ruang ganti.
"Saya coba dulu ya pak." ucap Aera kepada bosnya.
"Iya , saya tunggu disini." ucap Derry yang kemudian duduk di sofa.
Derry membuka ponselnya sesaat sembari menunggu Aera selesai memakai gaun pilihannya. Dalam hati , ia yakin bahwa gadis itu akan sangat sangat cantik saat mengenakannya.
"Derry sayang , kamu disini nak?" ucap wanita paruh baya yang tidak lain adalah pemilik butik dan juga ibu dari lelaki tampan itu.
"Loh mama , mama lagi disini ?" ucap Derry yang awalnya tampak kaget melihat ibu kesayangannya itu datang sambil menepuk pundaknya.
"Iya sayang , mama dari tadi siang ini mau pulang. Mama lihat tadi kamu sama cewek kan , lagi coba baju ya?" ucap ibu Henny dengan tersenyum sambil duduk di sebelah putranya itu.
"Ah iya mah , lagi ganti. Sebentar lagi juga muncul." ucap Derry dengan tersenyum paksa. Sudah dapat dipastikan jika nanti ibunya itu akan berharap sesuatu tentang dirinya.
Meskipun usia putranya baru dua puluh tujuh tahun , tapi ibunya berharap agar lelaki itu cepat membawa seorang gadis kerumahnya. Tentunya bukan untuk menjadi pembantu , melainkan untuk menjadi calon menantunya.
"Permisi ibu , mas mbaknya sudah selesai. Bagaimana penampilannya? Saya rasa mbak Aera sangat memukau dengan gaun ini." ucap sang karyawan dengan tersenyum sembari mengantarkan gadis bergaun tosca itu kehadapan ibu dan anak yang sama-sama tampak kagum.
"Aera? Astaga , kamu cantik sekali. Derry , lihatlah! Dia secantik ini loh. Kamu memang nggak salah pilih ya." ucap ibu Henny dengan tersenyum sembari bangkit untuk berdiri.
Derry tampaknya begitu tercengang melihat ibunya yang terlihat seperti benar-benar menyukai gadis itu. Padahal kenyataannya ia membawa Aera karena ada acara saja. Tapi entahlah , jujur saja ia juga mulai bingung dengan perasaannya.
Dan ia senang dengan respon ibunya kali ini.
"Mama jangan ngomong gitu. Ini karena ada acara, jadi aku minta tolong Aera buat nemenin kesana. Jangan mikir yang enggak-enggak dong mah." ucap Derry tanpa berdiri.
Entahlah , jujur saja ucapan Derry membuat Aera merasa bahwa perasaannya benar-benar salah kali ini.
"Ibu , apa kabar? Ibu baik-baik aja kan , sudah lama tidak datang kekantor." ucap Aera yang seolah mengalihkan pembicaraan yang mungkin saja akan semakin membuat hatinya kecewa.
"Ibu baik-baik saja Aera , ibu rasa Derry sudah mahir dengan urusan kantor sepenuhnya. Jadi ibu di rumah aja sama di butik." ucap ibu Henny dengan ramahnya.
"Oh begitu , yang penting ibu jaga kesehatan ya jangan sampai kelelahan Bu." ucap Aera dengan tersenyum.
"Iya dong ibu juga udah nggak terlalu sibuk sih , datang ke butik juga nggak terlalu sering. Ibu kalau di rumah itu cuma sering kepikiran aja sama dia." ucap ibu Henny sembari melirik putranya yang fokus pada layar ponselnya.
"Memangnya kenapa Bu , apa yang membuat ibu kepikiran ?" ucap Aera dengan penasaran.
"Ibu yang sama-sama perempuan pun ibu merasa kagum sama kecantikanmu Aera , tapi lihatlah! Derry hanya diam aja , padahal kalian sudah lama sekali bersama-sama entah itu di kantor ataupun di luar saat menemui klien. Kalau kamu saja tidak menarik di matanya , terus perempuan seperti apa lagi yang mau dia cari ? Ibu heran sekali sama dia." ucap ibu Henny dengan santainya berbicara seperti itu di hadapan sang putra.
Lelaki itu sebenarnya sedang menahan malu. Ibunya benar-benar membuatnya kesal sekali. Namun , pernyataan ibu Henny itu justru membuat Aera menahan tawanya.
Sedetik kemudian , Derry berdiri dan menghampiri sang ibu yang tengah bersama Aera.
"Mama , udah ya. Mama tenang aja , jangan mikir macam-macam. Derry janji , nggak lama lagi Derry akan segera menikah." ucap Derry yang terdengar begitu santai itu mampu membuat ekspresi terkejut untuk ibunya.
Aera pun tak kalah terkejutnya , namun sebisa mungkin ia akan tetap tenang mendengar apapun yang terucap dari bibir lelaki itu. Baginya , biar bagaimanapun Derry adalah atasannya yang harus ia patuhi. Ia disana untuk bekerja , dan ia harus mengedepankan profesionalnya dalam melakukan pekerjaannya.
"Apa? Mama nggak salah dengar kan? Kamu harus tepati ucapanmu itu." ucap ibu Henny dengan tersenyum yang membuat Derry tampak memasang ekspresi datarnya.
Derry memandang Aera dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Gaun ini bagus buat kamu. Menurut kamu gimana ? Kamu nyaman nggak pakai ini?" ucap Derry pada Aera.
Aera nervous. Baru kali ini ia di pandang sedetail itu oleh Derry.
"Gaun ini nyaman dipakai , pas juga ukurannya sudah sesuai pak." ucap Aera dengan tersenyum dan berusaha keras untuk menenangkan hatinya.
"Kalau begitu , ambil gaun ini. Kamu mau tambah cari gaun yang lain mungkin? Ambil aja , saya tunggu." ucap Derry dengan menatapnya dan membuat ibu Henny tersenyum.
"Oh nggak pak , udah sih gaunnya yang ini aja pak." ucap Aera dengan tersenyum kikuk.
"Pilihkan aja Derry , sepertinya pilihanmu sesuai. Seperti gaun ini , ini pilihan kamu kan tadi? Kenapa bisa sesuai sekali ya sama tubuh Aera. Heummm..." ucapan ibu Henny begitu menggoda yang membuat Derry mengusap wajahnya kasar. Apa yang sedang ibunya pikirkan? pikirnya.
"Emm sudah ibu , sudah cukup ini saja gaunnya. Mungkin lain kali saya akan datang lagi." ucap Aera dengan tersenyum.
"Kalau begitu , gaun ini spesial untuk kamu. Jangan membayarnya , ini ibu kasih untuk kamu." ucap ibu Henny dengan tersenyum ketika Aera yang membuat gadis itu melongo tidak percaya.
"Aku yang bayar mah." ucap Derry .
"Nggak perlu Derry , ini kemauan mama sendiri. Anggap aja ini hadiah untuk Aera karena kerja keras dia di perusahaan. Aera , kamu harus menerimanya." ucap ibu Henny dengan tegas kepada Derry yang kemudian tampak begitu ramah kepada Aera.
"Tapi Bu , gaun ini harganya..." ucap Aera terhenti.
"Tidak Aera , sudahlah jangan menolak. Kamu nggak perlu sungkan. Terima saja , ibu yang harusnya berterimakasih sama kamu atas kerja keras kamu selama ini mendampingi Derry." ucap ibu Henny dengan memaksa.
"Ya udah deh , terima aja. Sekarang kamu ganti dulu , saya antar kamu pulang. Udah mau malam ini." ucap Derry dengan santainya.
"Baiklah pak. Ibu , saya nggak nyangka hari ini saya akan mendapatkan sebuah hadiah yang begitu indah. Terimakasih banyak ya Bu." ucap Aera dengan tersenyum yang kemudian menjabat tangan ibu Henny dengan sopan.
"Aera , kamu pantas mendapatkan ini. Ya udah , kalian nanti hati-hati dijalan ya. Ibu duluan pulang dulu. Semoga kapan-kapan kita bertemu lagi." ucap ibu Henny berpamitan secara gantian dengan Derry dan Aera.
"Terimakasih ya Bu , ibu juga hati-hati dijalan." ucap Aera dengan tersenyum.
"Derry , nanti malam pulanglah kerumah. Sudah lama kamu di apartemen , adikmu merindukanmu." ucap ibu Henny sebelum berlalu.
"Iya mah." ucap Derry dengan menatap kepergian sang ibu.
"Mbak , tolong bantu lepas gaunnya ya." ucap Aera kepada pelayan.
"Baik mbak , mari kita kembali keruang ganti." ucap pelayan dengan ramah.
Aera benar-benar merasa beruntung sekali bekerja di perusahaan yang pemiliknya mau menganggap dirinya pekerja keras.
Aera tersenyum di depan cermin memperbaiki rambut panjangnya agar selalu rapi. Ia menarik nafasnya dalam-dalam , lalu ia hembuskan perlahan. Ia pun harus tetap tampil sebagaimana mestinya di depan sang bos.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Next......