Diandra Veronika seorang selebriti yang cukup terkenal karena kecantikannya, di jebak oleh Sadewa Bahuwirya seorang CEO paling berkuasa yang sangat terobsesi padanya. Dimana dia harus menjadi jaminan untuk Ayahnya yang terikat hutang sangat besar pada perusahaan Dewa.
"Aku mencintaimu Dee, kamu harus menikah denganku, kamu hanya milikku!!"
~ Dewa ~
"Aku tidak sudi menikah dengan iblis sepertimu!! Kau tidak mencintaiku, kau hanya terobsesi padaku!!"
~ Diandra ~
Apa Diandra akan menerima Dewa begitu saja saat dirinya mempunyai Bryan, pria yang dia cintai??
Apa Dewa bisa sadar dengan obsesinya itu dan melepaskan Bella hidup bahagia dengan orang yang dicintainya??
Bagaimanakah akhir cerita mereka?? Ikuti terus perjalanan mereka mencari cinta sejatinya yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Keinginan Dewa
Setelah sarapan yang berantakan karena datangnya dua wanita pengganggu itu, Dewa lebih memilih pergi entah kemana. Bahkan setelah menggandeng tangan Diandra dengan memanggilnya sayang, Dewa tidak berkata-kata lagi setelah itu.
Diandra seperti hanya barang yang di bawa Dewa dari meja makan menuju kamarnya. Setelah meletakkannya di sana, Dewa meninggalkannya sendiri di dalam kamar.
Diandra yang masih banyak sekali pertanyaan di dalam benaknya, hanya bisa memendamnya saja tanpa berani bertanya.
Setelah seharian ini Diandra tak melihat Dewa, Diandra memilih duduk di balkon kamarnya. Menikmati angin sore dari pantai yang bisa sampai ke dalam kamarnya itu.
"Minumlah" Diandra tidak mendengar Dewa masuk. Tiba-tiba pria tampan itu sudah menyodorkan segelas susu hamil kepadanya. Seperti baisa, rasa strawberry kesukaannya.
Diandra menatap Dewa yang ikut duduk di sampingnya.
"Kamu darimana?? Aku cari ke ruang kerja kamu kok nggak ada" Diandra mulai menyeruput susu hamilnya.
"Ada urusan di luar" Jawab Dewa, dia juga membawa secangkir kopi yang uapnya masih mengepul dengan bau harumnya hang menyeruak kemana-mana.
"Kemana??" Diandra dari yang tidak peduli kini mulai banyak tanya.
"Hanya masalah pekerjaan" Dewa masih menatap lurus ke depan memandangi air laut yang mulai naik karena sudah menjelang sore hari.
"Dan kamu nggak perlu tau Dee" Lanjut Dewa dalam hati.
Diandra hanya menguat-manggut saja meski tidak puas dengan jawaban Dewa.
"Dewa?? Boleh nggak ak....."
"Boleh nggak kamu panggil aku kaya tadi?? Saat di meja makan" Kini Dewa memalingkan wajahnya ke samping untuk menatap wajah cantik Diandra.
"Kaya tadi??" Diandra tampak sedang mengingat-ingat apa yang dia ucapkan di meja makan.
"Mas, gitu??" Ucap Diandra setelah mendapatkan jawabannya.
"Iya, aku suka" Kekeh Dewa.
"Baiklah, itu hal mudah. Karena kamu juga lebih tua dariku. Jadi tidak akan terlalu susah buatku" Diandra mnegedikkan bahunya.
"Iya, anggap aja aku Kakak kamu" Dewa kembali mengacak rambut Diandra.
Mereka berdua tertawa bersama setelah beberapa hari melewati ketegangan karena Dewa yang mendiamkan Diandra gara-gara telepon Bryan waktu itu.
"Emmm Mas?? Boleh nggak aku tau alasannya kenapa kamu menyembunyikan pernikahan ini?? Apa karena kamu nggak yakin sama cintamu itu jadi lebih baik menyembunyikannya??" Tanya Diandra dengan serius.
Dewa tersenyum miring, lalu meletakan kopinya ke meja di depannya.
"Maaf Dee, untuk saat ini aku belum bisa kasih tau kamu alasan di baliknya. Tapi yang jelas, aku selalu yakin dengan perasaanku ini. Bahkan aku ingin mengadakan pesta termegah di negara ini hanya untuk kamu. Tapi sayang sekali keadaannya tidak memungkinkan"
Penjelasan Dewa itu belum transparan menurut Diandra. Dia tidak tau apa yang di sembunyikan Dewa di belakangnya.
"Apa hal itu sangat besar sampai kamu benar-benar tidak ingin aku mengetahuinya??" Tanya Dindra.
"Sangat, saaaangaat besar karena ini menyangkut sesuatu yang berharga di hidupku" Jawab Dewa dengan tatapan mata yang terus menjurus pada ke dua manik mata Diandra.
"Apa itu??" Diandra terus saja mendesak Dewa.
"Maaf kamu tidak perlu tau" Senyuman getir akhirnya terlihat di wajah tampan itu.
Diandra masih belum bisa menafsirkan senyuman itu, di tambah lagi dengan tatapan mata Dewa yang sulit terbaca. Terkadang datar, terkadang juga tajam, bahkan tiba-tiba terlihat sendu.
Dia bingung harus menyimpulkan semua itu sebagai apa. Sosok pria yang sering berubah-ubah di depannya itu membuatnya bingung. Waktu awal pernikahan begitu kejam, lalu berubah baik dan lembut, tapi kadang sifat dinginnya juga sering muncul apalagi sering tiba-tiba diam dan menghilang misterius. Diandra seperti melihat Dewa sebagai pria dengan banyak kepribadian.
"Baiklah kalau begitu aku tidak akan bertanya lagi kalau jawabanmu seperti itu" Ucap Diandra.
"Lalu kenapa kamu sebagai sorang selebriti tidak memakai manajer atau masuk ke manajemen artis??" Tanya Dewa, karena menurut laporan Niko, Diandra melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan asisten ataupun manajer.
"Pertama aku tidak suka di atur. Yang ke dua aku masuk ke dunia itu hanya karena hobi ku saja. Tidak semata-mata hanya karena uang. Jadi aku bebas menentukan jadwalku sendiri, bebas memilih mana job yang mau aku ambil atau tidak"
"Dan yang ke tiga, aku tidak ingin memberikan celah bagi orang lain untuk merusak kehidupanku" Jelas Diandra dengan sangat lancar.
"Begitupun denganku, aku juga tidak mau ada orang lain yang merusak kehidupanku saat ini. Jadi tetaplah seperti ini, untuk sementara ini ikuti saja apa kataku. Dan jangan pernah keluar dari sini tanpa sepengetahuanku"
Diandra tak menyangka jika jawabannya tadi akan berbalik pada dirinya sendiri. Dewa sepertinya sengaja memancingnya dengan pertanyaan itu.
"Sudah jangan bahas itu lagi. Sekarang aku hanya ingin tau kabar anakku di dalam sana" Ucap Dewa memandang perut Diandra yang buncit itu.
"Apa kita sudah bisa melihat jenis kelaminnya sekarang??" Tanya Dewa.
"Memangnya kamu ingin anak perempuan atau laki-laki??" Tanya Diandra.
"Aku ingin anak perempuan" Jawab Dewa dengan yakin.
"Kenapa perempuan?? Bukannya kalau laki-laki bisa sepertimu?? Menjadi penerus mu" Heran Diandra.
"Karena" Dewa memandang lekat wajah Diandra. Menyelipkan anak rambut yang terkena angin ke belakang telinga Diandra.
"Aku ingin bayi kecil yang mirip sekali dengan kamu. Kalau kamu tidak bisa aku miliki, maka bolehkah aku berharap mempunyai Diandra kecil sebagai gantinya??" Ucap Dewa dengan tatapan dalamnya.
Bagai di hantam batu yang sangat besar, ucapan Dewa itu mampu menohok hati Diandra. Dia juga tidak bisa beralih menatap mata yang sendu itu.
"Tapi nanti jika terlahir laki-laki juga tidak papa. Yang penting kamu dan dia sehat semua. Itu hanya keinginanku saja. Apun nanti yang Allah berikan, aku sangat bersyukur karena dia lahir dari rahimmu" Diandra membuang wajahnya karena tidak tahan dengan kalimat Dewa itu.
Diandra memilih berdiri ke ujung balkon. Mengusap air matanya yang sudah keluar tanpa sepengetahuan Dewa itu.
Dia tidak menyangka hanya mendengar harapan Dewa yang seperti itu saja dia bisa menangis. Padahal dulu Diandra sangat membenci pria itu, bahkan janin yang tidak berdosa itu juga menjadi sasaran kemarahan Diandra.
Dan Diandra ingat jika dulu sempat berniat menggugurkan bayinya itu. Dia tersadar betapa jahatnya dia tak lebih baik dari Dewa. Pria sekejam itu saja bisa berubah hanya demi keselamatan anaknya, rela melepaskan Diandra yang dengan susah payah Dewa dapatkan demi menukarnya dengan benih yang baru saja tumbuh.
Untuk pertama kalinya Diandra menyentuh perutnya itu dengan penyesalan. Mengusapnya dengan lembut setelah empat bulan Diandra tidak pernah menyentuh perutnya dengan sengaja.
"Hey apa kamu dengar keinginan Papamu itu?? Apa kamu benar perempuan di dalam sana??" Batin Diandra dengan mengusap kembali air matanya.
"Jadi kapan kita akan bertemu Dokter lagi, kita bisa melihatnya dengan USG. Dari kemarin kan hanya periksa biasa saja" Tanya Diandra setelah berusaha mengatur suaranya agar tidak terdengar menahan tangisnya.
"Benarkah?? Kalau begitu aku akan segera membuat janji dengan Dokter. Aku sudah tidak sabar melihatnya yang ada di dalam sana" Diandra tau jika Dewa sangat bahagia walau Diandra masih memunggunginya. Itu terdengar dari suaranya yang antusias berbeda dengan tadi saat mengatakan keinginannya itu.
Bersambung...
btw ada gak yaa novel yg pemeran wanitanya gak cantik alias biasa aja wajahnya biasa ,,, krna kebnykan memang pemeran wanitanya cantik terus 🤭