Dipaksa Menikah Dengan Seorang Gay

Keivano tertegun bahkan tubuhnya terasa kaku,saat mendengar ucapan kanaya yang menyentuh hatinya.dia pun membalas tatapan istrinya.

"Kamu tahu kei! aku tidak berharap banyak,dari pernikahan kita ini.aku hanya ingin melihat mu, kembali menjalani kehidupan mu yang normal.bahkan aku ingin melihat hubungan mu dengan papah lebih baik lagi."ucap kanaya dengan mata yang berkaca-kaca,namun memaksakan senyuman terbit di bibirnya.

Sejenak kanaya menghela nafas,kembali menatap keivano yang masih terdiam dan menatapnya.

" Aku tidak akan pergi meninggalkan mu,kecuali kamu sendiri yang meminta ku untuk pergi dari kehidupan mu,kei.... "lirih kanaya,kemudian terisak dan tak sanggup melanjutkan ucapannya.

Nafas keivano tercekat,dia baru menyadari jika selama ini perhatian dan sikap kanaya terhadapnya tulus.namun sayang, ego keivano terlalu besar sampai dia tidak menyadari semua itu.

Kanaya menjauhkan tangannya dari wajah keivano,membalikkan badan dan membelakanginya.mencoba memejamkan matanya kembali.

Keivano terdiam,menatap punggung kanaya yang tertutup selimut.kini hatinya bimbang,setelah mendengar perkataan kanaya yang tulus untuknya.

Dia pun berdiri, mengusap wajahnya kasar.ingin mengatakan pada kanaya,jika semua ini bukan mimpi. namun dia urungkan,saat mendengar dengkuran halus yang menandakan jika kanaya kembali tertidur.mungkin ini pengaruh obat yang di minum kanaya, pikir keivano.

Ponsel keivano berdering, menandakan jika ada panggilan yang masuk,dan terlihat nama Julian di layar ponselnya.

Sebelum keivano mengangkat panggilannya, dia pergi menuju balkon, tidak ingin mengganggu waktu istirahat kanaya.

" Halo." ucap keivano setelah menerima panggilan dari Julian.

"Halo sayang! kamu di mana? aku masih menunggu mu di sekolah! apa kamu sudah pulang?" Suara Julian,terdengar kesal di seberang sana.

Keivano terdiam,dia sadar jika tadi dirinya tidak mengantar pulang julian terlebih dahulu.keivano mematikan panggilannya sepihak, kemudian dia segera pergi keluar.namun sebelum dia benar-benar keluar dari sana, sekilas dia menatap kearah kanaya yang tertidur.

Sebenarnya dia masih ingin menemani kanaya,tapi dia tahu jika julian sedang menunggunya di sekolah.keivano pun menghela nafas, dan pergi keluar dari kamarnya.

Di ruang tamu,richard melihat keivano menuruni anak tangga dengan terburu-buru.sekilas mata keivano pun melirik pada richard yang sedang menatapnya juga.

Richard yang hendak membuka suara pun tak jadi,sebab keivano tetap berjalan cepat meninggalkan rumah.

Keivano mengendarai motor besarnya dengan kecepatan tinggi, mengkhawatirkan julian yang telah lama menunggunya.dalam beberapa menit saja keivano sudah sampai di halaman sekolah.

Terlihat julian yang memanyunkan bibirnya kesal, karena keivano meninggalkannya.

"Maaf, aku tadi urusan mendadak." Keivano menghampiri julian dan meraih tangannya.

Julian mendelik saat,melihat keivano tersenyum padanya.kini dia merasa sikap keivano sedikit berubah kepadanya.

"Tolong maafkan aku.sungguh...tadi aku tadi sangat tergesa-gesa,sehingga aku lupa memberi mu kabar.maafkan aku, ya?"

Seketika hati julian luluh, melihat keivano yang tulus meminta maaf padanya.

Julian tersenyum dan memeluk erat keivano. "Aku maafkan, tapi setelah ini kamu harus ikut kemana pun aku mau, bagaimana?" Julian mendongakkan kepala,menatap wajah tampan keivano.

Keivano mengangguk,sebenarnya dia enggan untuk pergi keluar.namun dia juga tidak ingin julian marah lagi kepadanya karena hal ini.

Mereka pun pergi meninggalkan sekolah.keivano menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.julian memeluk tubuh keivano erat,seolah tak ingin kehilangan cinta dari keivano.

Sedangkan keivano,dia tak bisa melepaskan bayang-bayang kanaya dari pikirannya.selama perjalanan,hati dan pikirannya hanya tertuju pada kanaya.

Julian yang berada di belakang pun merasakan sikap keivano berbeda.seolah ingin mengingatkan, julian mempererat pelukannya, sehingga membuat keivano tersentak.

Keivano pun menambah kecepatan laju motornya.ingin segera sampai ke tempat yang julian inginkan.

Hari sudah malam,sementara di Mansion darendra kanaya yang baru saja terbangun, melihat ke sekeliling ruangan kamar.dia tidak menemukan keberadaan keivano.padahal dia berharap,keivano berada di sampingnya.

Kanaya mencoba mengingat mimpinya,yang sedang memegang dan menatap wajah tampan keivano.seketika dia tersenyum-senyum sendiri dengan wajah memerah,mengingat mimpinya yang sebenarnya semua itu nyata,hanya saja kanaya tidak menyadarinya.

Dia pun segera turun dari sofa,berjalan menuju kamar mandi.keadaan kanaya sekarang lebih baik,bahkan hati dan pikirannya kini lebih tenang.

Selesai membersihkannya diri dia berjalan keluar menuju ke lantai bawah.kakinya melangkah menuju ke dapur,dia merasa lapar jadi dia memutuskan untuk memasak.

Richard yang melihat kanaya pun menghampirinya.

"Apa yang sedang kamu lakukan, nay?"

Kanaya terperanjat kaget,hampir saja dia menjatuhkan telur yang berada di tangannya.

"Bang richard! ngagetin aja!" pekik Kanaya terkejut.

Richard menatap kanaya yang sedang memegang telur ayam.

"Bukannya kamu harus istirahat?kalau tuan marvino tahu, dia pasti akan marah,jika tahu kamu tidak beristirahat."

Kanaya menghela nafas. "Aku sudah sembuh, bang! aku bosan jika harus tidur terus,bang." ucap kanaya sambil mengerucutkan bibir.

Melihat sikap kanaya, membuat richard serba salah,karena marvino meminta dirinya untuk menjaga kanaya.tapi di sisi lain, hatinya tidak tega melihat kanaya yang terlihat bosan.

"Lalu,apa yang kamu akan lakukan dengan telur itu?" Menunjuk ke arah telur yang masih berada di tangan kanaya.

Kanaya tersenyum kikuk. "Aku lapar, bang."

Richard terdiam sejenak dan berpikir.

"Bagaimana jika kita makan di luar?" tawar richard.

Kanaya yang senang, bersorak gembira. "Yang benar, bang! tapi bagaimana dengan papah? pasti dia marah jika tahu aku pergi ke luar."

Richard tersenyum,melihat ke khawatiran kanaya. "Abang akan meminta izin pada tuan marvino.jadi kamu tidak perlu khawatir."

Kanaya menaruh kembali telur itu kedalam kulkas.dia segera beranjak dari sana,memastikan sekali lagi jika richard memang akan mengajaknya makan di luar.

"Bagaimana bang, apa papah mengizinkan?" Kanaya harap-harap cemas,menunggu jawaban dari richard.

Richard terdiam dengan wajah terlihat sedih.kanaya pun ikut sedih dan kecewa, mengira jika marvino tidak mengizinkan mereka pergi makan di luar.

"Ayo kita berangkat!" seru richard, yang tiba-tiba tersenyum.

Kanaya mengernyitkan dahi,melihat sikap richard yang tiba-tiba berubah.

Ha...Ha...! Richard tertawa melihat kanaya yang terdiam bingung.

"Tuan marvino, mengizinkan mu untuk pergi keluar.tapi dia berpesan agar kita jangan pulang terlalu malam.bagaimana?"

"Abang...! kenapa suka sekali membuat ku jantungan! nggak lucu tahu!" pekik kanaya kesal,karena richard mengerjai nya.

Richard hanya tersenyum tanpa dosa.mereka pun segera pergi menuju restoran yang di rekomendasikan oleh richard.

Mereka pun telah sampai di sebuah restoran yang cukup besar dan ramai.kanaya merasa ragu, karena ini pertama kalinya,dia menginjakkan kaki di tempat sebagus ini.

Richard menoleh ke belakang,melihat kanaya yang hanya terdiam.

"Ayo masuk, nay!" Richard menghampiri kanaya dan menarik tangannya.

Kanaya yang tersentak pun mengikuti langkah kaki richard.mereka pun masuk kedalam restoran,dengan keadaan saling berpegang tangan.semua mata melihat pada mereka yang terkesan romantis, karena sekilas kanaya dan richard terlihat seperti sepasang kekasih.

Tanpa mereka sadari,di dalam restoran ada keivano dan Julian yang sedang makan malam di sana.awalnya dia terkejut, melihat kehadiran kanaya di sana bersama richard.

Keivano menatap tajam,pada mereka yang baru saja masuk ke dalam restoran.seketika matanya tertuju pada richard yang menggenggam tangan kanaya.hatinya memanas,melihat tangan istrinya yang di genggam laki-laki lain,ya walaupun itu asisten pribadi papahnya, tetap saja keivano merasakan hatinya cemburu.