Raisya adalah seorang istri yang tidak pernah diberi nafkah lahir maupun batin oleh sang suami. Firman Ramadhan, adalah seorang arsitektur yang menikahi Raisya setelah empat tahun pertunangan mereka. Mereka dijodohkan oleh Nenek Raisya dan Ibu Firman. Selama masa perjodohan tak ada penolakan dari keduanya. Akan tetapi Fir sebutan dari seorang Firman, dia hanya menyembunyikan perasaannya demi sang Ibu. Sehingga akhirnya mereka menikah tanpa rasa cinta. Dalam pernikahannya, tidak ada kasih sayang yang Raisya dapat. Bahkan nafkah pun tidak pernah dia terima dari suaminya. Raisya sejatinya wanita yang kuat dengan komitmennya. Sejak ijab qobul itu dilaksanakan, tentu Raisya mulai belajar menerima dan mencintai Firman. Firman yang memiliki perasaan kepada wanita lain, hanya bisa menyia-nyiakan istrinya. Dan pernikahan mereka hanya seumur jagung, Raisya menjadi janda yang tidak tersentuh. Akankah Raisya menemukan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar
Keesokan harinya, karena hari ini jum'at kami mengurangi kegiatan agar para lelaki yang akan sholat jum'at bisa mempunyai waktu lebih banyak. Mengingat perjalanan ke masjid yang cukup jauh.
Pagi ini kami kerja bakti di jalan, menyapu dan memotong tumbuhan liar di pinggir jalan. Setelah selesai kerja bakti kami sarapan persama di teras posko. Jangan heran kalau lagi KKN ada yang cinlok, itu sudah bukan rahasia lagi. Termasuk di dalam kelompok kami juga ada sepertinya.
"Rai habis mandi, jangan lupa ya temui aku di warung depan." Kata Taufik pelan di sampingku.
"Iya fik, cuma kita berdua nih! Gak boleh ajak teman gitu?"
"Terserah kamu saja, tapi aku mau ngomong masalah kamu. Takutnya nantik malah kamu yang gak enak."
"Oh, oke." Jawabku singkat. Aku penasaran dengan apa yang akan disampaikan Taufik.
Setelah selesai sarapan bersama, kami membereskan piring dan perabotan lain bekas kami gunakan makan. Setelah itu kami antri untuk mandi. jadi inget suasana di pesantren kalau antri begini. Selesai sholat dhuha aku berganti pakaian dan memakai jilbabku.
"Lin, aku ke warung depan ya, ada yang mau dibeli, kamu mau nitip sesuatu?"
"Nggak deh, masih ada semua Rai."
"Ya udah kalau gitu, tapi kalau berubah pikiran bisa telpon aku bawa HP."
"Oke siap." jawab Lina dengan gerakan hormat.
Aku segera pergibke warung karna Taufik sudah berpesan kalau dia sudah di ada di sana. Sesaimpai di warung kulihat taufik sudah duduk di bangku sambil mengaduk gelas yang berisi minuman sachet. Memang warung ini lengkap selain menjual kebutuhan sehari-hari, ada juga mie instan mateng dan gorengan serta aneka es sashetan.
"Dari tadi fik?" Sapaku.
"Nggak juga, ada dua menitan. Mau pesan es Rai?" Tawarnya.
"Nggak deh, aku ambil gorengan ini saja." kataku sambil mencomot gorengan pisang yang ada di atas meja. Ada banyak aneka gorengan seperti tahu isi, bala-bala, tempe menjos, pisang goreng dan risol.Taufik juga mengambil tahu isi, dan sambil memakannya.
"Fik sebenarnya kamu mau ngomong apa sih, jadi penasaran aku. Kenapa kok gak kirim pesan aja gitu."
"Biar lebih afdol Rai, face to face lebih enak." Ucap Taufik dengan serius.
"Oke deh terserah kamu, aku ngikut aja. Ayo dimulai jangan lama-lama ntar kal gak balik balik dikira nyasar ini."
"Iya Rai ini juga mau ngomong,bentar minum dulu biar gak seret," Taufik menjeda ucapannya dengan meminum Esnya."Rai kami masih berhubungan sama Andi, maksudku masih sering telponan?"
"Masih, tapi sudah beberapa hari ini dia tidak bisa dihubungi Fik, soalnya kan waktu itu dia bilang HP nya rusak mau diperbaiki. Tapi kok lama ya aku juga nunggu kabarnya, kebetulan ini kamu nanya." jawabku jujur.
"Oh begitu ya? terus maaf ini ya aku tanya lebih pribadi, kalian ada hubungan spesial kah?"
"Em gimana ya." ucapku ragu-ragu.
"Udah ngomong aja, aku bisa jaga rahasia kok. Jadi jangan kuatir bocor, gimana Rai?"
"Iya begitulah kira-kira Fik, tapi masih jalan biasa saja. kami juga belum terlalu lama kan kenalnya."
"Maaf nih Rai tapi kuharap kamu baik- baik saja setelah aku cerita ini ya, semalam temanku nelpon si Fajar ya temannya dia juga."
"Oh Fajar iya iya aku tau pernah ketemu dua kali sama dia, terus kenapa emangnya?"
"Aku agak kaget sih Rai Fajar tadi malam nelpon katanya Andi hari ini mau tu-na-ngan."
ucap Taufik terbata bata." tadinya aku senang, tapi pas ingat kamu gak tau kenapa aku kepikiran. Karna aku pikir mungkin kalian sudah deket gitu."
Aku dim terpaku antara kaget dan tidak percaya. "Apa mungkin Mas Andi setengah itu sma aku, padahal kami masih belum lama memulainya." batinku dalam hati.
"Rai kamu baik baik saja kan?" tanya Taufik dengan nada cemas.
"Ah iya, maaf fik tadi agak syok, gak percaya aja gitu."ucapku getir. Tapi sebisa mungkin aku bersikap normal. Menjadi wanita yang pura-pura tangguh. "Terus fik lanjutkan!"
"Dan kamu bilang Andi gak bisa dihubungi beberapa hari ini? tapi dia sering kok Chat aku pake nomer beda dari biasanya sih."
deg, hatiku bergetar. Bisa saja air mataku luruh saat ini juga, tapi kutahan."emm jadi menurutmu ini benar atau isu saja fik?" Tanyaku kembali.
"Aku sih belum tanya langsung ke orangnya Rai, aku mau nunggu nantik siang. Fajar pasti menghubungi kembali, aku tidak habis pikir kalau ini memang terjadi.aku tidak enak denganmu Rai, karna aku yang memberi nomermu. jadi secara tidak langsung sku yang mengenalkan kalian." ucap Taufik.
"Kamu kan hanya membantu Fik, yang melanjutkan kami, jadi jika ada sesuatu yang tidak baik itu bukan tanggung jawabmu. Kalau pun ini benar terjadi, mungkin mas Andi bisa memberikan alasannya."
"Aku kenal baik dengan Andi, aku tidak yakin dengan semua ini. tapi kita tidak bisa menebak hati seseorang, bebar katamu mungkin ada alasan di balik semua ini."
"Kabari aku kalau sudah ada info dari Fajar, terima kasih fik sudah ngasih tahu aku. Aku balik dulu ya, oh ya punyamu biar aku yang bayar." Pamitku.
"Iya Rai, nantik aku akan kasih tau kamu. Ngomong- ngomong makasih traktirannya ya."
"Iya sama-sama." aku pun pergi meninggalkan warung setelah membayar. Dengan hati yang sedikit retak, aku berjalan dengan gontai menuju posko. Beberapa hari ini aku sudah berusaha untuk tidak memikirkan mas Andi karna tugas KKN harus aku prioritaskan. Tapi kali ini sepertinya fokus sudah bercabang.
Kupandangi HP ku, belum ada juga Telpon atau pesan dari mas Andi. Aku sudah capek menghubungi berkali kali tapi tidak aktif. Aku lupa menanyakan nomer yang lain kepada Taufik. Tapi aku juga tidak enak hati, mungkin saja memang benar kenyataan ini, dan mas Andi sengaja menjauhiku.
"Rai, ke warung lama banget sih beli apaan, kok gak bawa apa apa?" Suara Lina mengagetkanku.
"Bikin kaget aja kamu Lin, aku cuma beli gorengan tadi sekalian makan disana.
"Lho,kirain nyasar! Habisnya kama perginya lama hehe..." Aku hanya membalas ucapan Lina dengan senyuman.
-
See you again kakak, maaf jika masih ada typo dan berantakan.