Perjodohan adalah sesuatu yang Mazaya benci. Dari setiap novel yang ia baca, selalu saja pihak perempuan yang jadi sosok tertindas. Kadangkala ending cerita sang suami menjadi bucin. Kadang kala ada juga yang berakhir dengan perceraian dengan sang perempuan menikah lagi kemudian hidup bahagia dan laki-laki hidup dalam penyesalan.
Namun bagaimana bila Mazaya lah yang menjadi tokoh seperti dalam novel tersebut, terpaksa menikah karena perjodohan?
Apalagi setelah ia tahu, sosok yang dijodohkan dengan dirinya telah memiliki kekasih.
Sungguh, Mazaya tak ingin melewati proses jadi istri yang tertindas.
BIG NO!!!
Namun untuk ending, siapa yang tahu. Yang pasti, ia tak mau ditindas apalagi oleh sang pelakor meskipun dia adalah wanita yang suaminya cintai. Lalu bagaimana caranya agar ia tidak ditindas oleh pasangan sialan tersebut?
Makanya, yuk tap ❤️ untuk mengikuti cerita selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkara tembak-menembak
"Aaargh ... sialan ... brengsekkk ... bajingaan kau Elang. Kurang ajar, aku tidak terima kau perlakukan seperti ini Elang. Aku tidak terima kau putuskan aku begitu saja. Aku akan merebutmu kembali. Harus ... "
Brakkkk ...
Bruakkk ...
Prang ....
Setelah terlibat pertengkaran hebat dengan Gemilang tadi, Carla tak henti-hentinya mengamuk. Ia melemparkan semua yang bisa dijangkaunya ke sembarang arah. Semua barang hancur lebur dan berantakan. Terlempar ke sana kemari. Ia melakukan itu untuk melampiaskan kekesalan dan kemarahannya.
Mendengar kalimat Gemilang yang memutuskan berpisah karena ia tak mau mengecewakan istrinya tentu saja membuat Carla sakit. Ia tidak terima diputuskan sebelah pihak seperti itu. Apalagi banyak yang sudah ia korbankan demi untuk lebih dekat dengan pewaris CB Group itu.
Namun kini, usahanya seakan sia-sia. Ia dicampakkan begitu saja tanpa memikirkan perasaannya. Semenjak menikah memang sikap Gemilang perlahan berubah. Carla pikir itu hanya sementara. Ia tak menyangka, akhirnya ia lah yang dibuang dan Gemilang lebih memilih istrinya yang kampungan itu. Sungguh Carla tidak terima dengan keputusan itu.
Dari luar pintu, tampak ibu Carla tak henti-hentinya mengetuk pintu meminta agar segera dibuka. Ia khawatir dengan psikis sang putri saat mendengar Carla menangis sambil meraung dan menghancurkan semua barang-barang di dalam sana.
"Sayang, kamu kenapa? Sayang, ayo buka pintunya. Jangan buat mommy cemas," teriak Maria sambil terus mengetuk pintu.
Maria benar-benar khawatir. Ia takut terjadi sesuatu pada putri semata wayangnya itu. Carla merupakan peninggalan satu-satunya dari mendiang suaminya terdahulu. Saat itu, ia benar-benar terpuruk. Hingga beberapa tahun kemudian, Antonio muncul dan menyembuhkan luka hatinya serta mengisi kesendiriannya. Namun, pernikahan ia dan Antonio tidak dikaruniai seorang anak pun. Maria pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan ia kesulitan untuk hamil lagi. Beruntung Antonio menerimanya dengan lapang dada. Ia tak pernah mempermasalahkannya sama sekali. Baginya, sudah cukup ada Carla diantara mereka. Antonio juga membantu mengelola hotel peninggalan mendiang suami Maria sehingga ia lebih fokus dengan dirinya dan keluarga kecilnya saja. Hal itulah yang membuat Maria kian mencintai Antonio.
"Sayang," teriak Maria lagi.
"Aaaargh ...." terdengar suara teriakan dari dalam sana membuat Maria kian khawatir. Ia lantas segera menghubungi sang suami.
...***...
Terlihat ada sepasang anak manusia sedang asik bergelung di dalam sebuah selimut tebal. Keduanya sedang berpelukan dengan tubuh polos dan hanya tertutup selimut. Sepertinya mereka begitu kelelahan setelah melakukan kerja keras beberapa saat yang lalu.
"Baby, teleponmu berbunyi," ucap suara serak-serak manja seorang perempuan yang sedang memeluk laki-laki itu.
"Biarkan saja baby. Aku masih ingin memelukmu seperti ini." Jawabnya tak peduli dengan suara panggilan yang memekakkan telinga itu.
"Tapi hp mu sudah berbunyi dari tadi. Mungkin penting."
"Udah, biarkan saja."
"Berisik banget, baby. Angkat sana."
"Ck ... iya, iya," ujarnya malas. Lalu ia pun mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas. Ia menghela nafas, kemudian segera mengangkatnya.
"Siapa baby?"
"Istriku."
"Ck ... ganggu saja."
"Aku pulang dulu ya. Ingat, jangan hubungi aku dulu sebelum aku menghubungimu. Kau tidur saja di sini. Kalau lapar, panggil saja layanan kamar atau makan saja di restoran bawah." Ucapnya sambil mengusap surai perempuan itu yang masih berantakan.
"Jangan lama-lama, baby. Nanti aku rindu," ujarnya sambil terkekeh yang tidak ditanggapi laki-laki yang ternyata Antonio tersebut. Ia justru sibuk mengenakan pakaiannya dan bersiap untuk pulang.
...***...
"Kamu kenapa? Bicara sama mommy dan Daddy. Apa ada yang menyakitimu?" tanya Antonio lembut sambil mengusap punggung Carla. Saat ini ia sedang berada dalam dekapan Antonio. Maria tersenyum haru, ia merasa senang sekali memiliki suami seperti Antonio yang bukan hanya sangat baik, tapi juga begitu menyayangi dan memanjakan anaknya seperti putrinya sendiri.
"Elang dad, Elang mutusin Carla begitu saja. Carla nggak terima. Dia ternyata lebih memilih istrinya yang kampungan itu." Adu Carla yang masih sesegukan di dalam dekapan Antonio.
"Apa?" Antonio membulatkan matanya saat mendengar penuturan itu. "Bagaimana bisa? Sepertinya dia ingin main-main dengan Daddy."
"Sudahlah sayang, untuk apa kamu menangisi laki-laki pengecut seperti itu. Lepaskan saja dia. Mommy yakin, kamu bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari dia." Ujar Maria mencoba menenangkan sang putri.
"Tidak. Carla tidak mau mengalah begitu saja. Carla tidak terima mom, pokoknya aku harus mendapatkan Elang kembali, benar kan dad?"
"Kau benar, sayang," ucap Antonio sambil mengecup kening Carla. "Daddy pasti akan membantumu." Ucap Antonio.
"Tapi dari, untuk apa mempertahankan laki-laki yang sudah tidak mencintai kita lagi? Apalagi dia sudah menikah. Itu salah," ucap Maria lagi.
"Mommy kalau tidak bisa membantu, sebaiknya diam. Yang aku inginkan hanyalah Elang, bukan laki-laki lain. Terserah dia sudah memiliki seorang istri, kalau perlu aku akan melenyapkan perempuan itu agar Elang kembali padaku." Ucap Carla membuat mata Maria terbelalak.
"Carla, apa yang kau katakan? Kau tidak boleh melakukan itu." Sentak Maria.
"Sudahlah, mom. Biarkan putri kita menentukan pilihannya. Daddy mendukungmu, nak. Kau memang harus mempertahankannya," dukung Antonio membuat Carla tersenyum lebar. Berbanding terbalik dengan Maria yang terlihat khawatir.
...***...
"Kau mau mengajakku kemana, mas?" tanya Mazaya sepulangnya dari tempat kerja.
Mazaya pikir, Gemilang hanya bercanda saja ingin menjemputnya, tapi ternyata laki-laki itu benar-benar menjemputnya sesuai perkataannya. Mazaya sampai harus repot berganti pakaian lagi demi menutupi jati dirinya di hadapan orang-orang termasuk Gemilang.
Namun Gemilang bergeming. Ia justru sibuk dengan ponselnya membuat Mazaya kesal.
"Juna, kita mau kemana ya?" Mazaya melongokkan kepalanya dari belakang kursi kemudi, mengajak Juna berbicara.
"Kita mau ke ... "
Belum selesai Juna bicara, Gemilang justru menarik kerah baju Mazaya bagian belakang agar menjauh dari Juna.
"Kenapa kamu tanya-tanya dia? Kamu tahu, bahaya mengajak orang yang menyetir bicara!" desis Gemilang dengan mata melotot.
Mazaya melirik sinis sang suami, "kamu nanyeak? Kamu bertanya-tanyeak?" geram Mazaya membuat Juna tanpa sadar terkekeh di depan sana. Baru kali ini ia melihat ada seseorang yang berani melawan sang atasan yang terkenal garang.
"Tutup mulutmu atau ... "
"Baik, tuan." Juna dengan cepat memotong kata-kata keramat yang hampir saja keluar dari bibir sang atasan.
"Dikit-dikit tembak, kayak dia aja yang bisa nembak." Sarkas Mazaya.
"Kenapa? Kau pun minta kena tembak?" Gemilang menaikkan sebelah alisnya membuat Mazaya melotot.
"Kau ingin membunuhku? Istrimu sendiri?"
"Tidak."
"Itu tadi, kau bilang akan menembakku." Mazaya mendelik tajam.
"Ya, aku nanti memang akan menembakmu, tapi bukan dengan pistolku." Ucap Gemilang seraya memutar-mutar pistol di tangannya.
"Hah? " Mazaya bingung dengan apa yang diucapkan suaminya itu.
Lalu Gemilang mendekatkan bibirnya ke telinga Mazaya, "ya, aku tidak akan menembakmu dengan pistol ini, tapi dengan pistol yang lain. Dia bisa mengecil dan membesar sesuai situasi dan kondisi."
Wajah Mazaya kian bingung.
"Pistol yang bisa mengecil dan membesar sesuai situasi dan kondisi? Apa itu? Aku baru dengar ada pistol seperti itu?" gumam Mazaya polos membuat Juna yang mendengarnya di bangku depan nyaris tersedak ludahnya sendiri.
"Mas, kamu beneran mau nembak aku?" tanyanya masih penasaran.
Gemilang mengangguk pasti, "tenang aja, itu takkan membuatmu mati. Justru sebaliknya, kau akan menikmatinya. Bahkan mungkin, kau akan memintaku menembakimu setiap hari setelah mencobanya."
Mazaya kian melongo mendengarnya. Mana ada orang yang bisa menikmati ditembak apalagi sampai meminta ditembak setiap hari. Suaminya ini benar-benar aneh pikirnya. Bukannya mencoba menjelaskan maksudnya, Gemilang justru tersenyum tipis melihat ekspresi kebingungan di wajah istrinya.
...***...
...HAPPY READING. 🥰🥰🥰...