Dendam, cinta, dan kebohongan. Sebuah permainan yang berbahaya dan tak terduga. Amanda, seorang wanita yang memiliki tujuan yang jelas, mendekati suami Selena, Reagan, seorang pria tampan dan sukses.
Namun, Amanda tidak tahu bahwa Reagan memiliki rahasia yang tersembunyi di balik pernikahannya dengan Selena. Amanda terus beraksi tanpa menyadari bahwa dirinya sudah terlibat dalam permainan dan konflik yang besar.
Apa yang sebenarnya tersembunyi di balik pernikahan Reagan dan Selena yang terlihat sempurna itu? Dan apa yang akan terjadi ketika dendam dan cinta berbenturan?
Pleas yang baca dan gak suka skip aja🙏
Jangan tinggalkan jejak buruknya🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MCS 21. Reagan yang Sebenarnya.
Reagan membawa Amanda meninggalkan kediaman paman Maverick dan bibi Elyse setelah mereka selesai melakukan makan siang bersama. Keduanya berpamitan, bibi Elyse berulang kali memeluk Amanda dan meminta pada wanita itu untuk sering berkunjung ke kediaman mereka.
Amanda tersenyum seraya mengangguk. Pasangan paruh baya ini sungguhlah baik dan sangat ramah. Terutama pada Amanda yang baru pertama kali berkunjung sekaligus bertemu mereka.
Reagan mengendarai mobilnya kembali menuju perusahaan. Beberapa berkas penting pria itu bawa dari hasil pertemuannya dengan paman Maverick. Sebuah dokumen yang mana memuat sebesar apa kekuatan serta kekuasan yang sudah berhasil Reagan dapatkan di Carson Holdings. Pria itu sebelumnya menggunakan identitas paman Maverick sebagai pembeli saham mayoritas di Carson Holdings menggantikan dirinya. Namun ternyata, kini, paman Maverick sudah merubah semua kepemilikan saham atas nama Reagan Slade Rykhad. Nama asli dari Reagan Slade.
Sepanjang jalan menuju perusahaan, tidak ada yang membuka suara di antara mereka. Amanda hanya diam dengan netra yang terus memperhatikan jalanan. Bagitu juga Reagan. Pria itu fokus pada kemudinya dengan satu tangan yang menggenggam tangan Amanda.
Setelah beberapa saat mobil mewah itu melintas mulus di jalanan, Reagan menghentikan kendaraannya di area parkir khusus perusahaan. Amanda membuka sabuk pengaman dan ingin keluar dari mobil untuk masuk ke perusahaan melalui pintu khusus yang memang biasa dilalui oleh para office girl maupun karyawan seperti dirinya.
"Kau tidak ingin bertanya apa pun?"
Tubuh Amanda sudah berada di luar mobil, tangannya hampir saja ingin menutup pintu bersamaan dengan suara Reagan yang terdengar. Amanda sedikit menunduk agar bisa mendapatkan sosok Reagan sepenuhnya. Pria itu masih duduk di balik kemudi dengan tatapan yang lurus ke depan serta sabuk pengaman yang sama sekali belum Reagan lepaskan. Tak ingin kah pria itu keluar dari dalam mobil? tanya Amanda dalam benaknya.
"Atau kau tak ingin tahu jawabannya karena sudah memutuskan untuk menjauh dariku?" Reagan menoleh pada Amanda dan membalas tatapan wanita yang masih berdiri di luar mobilnya. "Tapi aku ragu jika kau akan bisa melakukannya."
Amanda sempat terpaku dengan kata-kata Reagan yang pertama, namun wanita itu langsung mendengus ketika mendengar ucapan Reagan selanjutnya. Percaya diri sekali pria itu.
"Ceritakan sekarang!" pinta Amanda setelah dirinya kembali masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya.
Reagan tak langsung bersuara. Pria itu malah menyalakan mobil dan kembali melajukannya meninggalkan perusahaan.
Amanda tentu saja terkejut dengan tindakan Reagan. Ia berulang kali bertanya ke mana Reagan akan membawanya, namun Reagan tetap diam dengan sesekali memberikan tatapan pada Amanda yang dibalas dengan mendelik oleh wanita itu.
Mobil Reagan berhenti setelah sampai di tujuannya. Sebuah gedung pencakar langit, dan Reagan membawa Amanda memasuki salah satu lift yang akan menghantarkan mereka ke hunian teratas di gedung ini.
Denting pintu lift terdengar, dua daun pintunya terbuka memberikan akses pada Reagan untuk melangkah langsung masuk ke hunian mewahnya. Amanda terpaku, wanita itu masih berada di dalam lift dengan Reagan yang sudah berada di kediamannya seraya menatap Amanda lurus.
"Pintunya akan tertutup jika kau tidak segara kaluar."
Amanda membawa langkahnya perlahan. Netranya menyisir keseluruhan apa yang kini ada di hadapannya. Sebuah hunian luas dengan segala jenis furnitur mewah di dalamnya. Bahkan di ujung sana dengan bersekatkan dinding kaca, terdapat sebuah kolam renang.
"Kenapa kau membawaku ke sini?" tanya Amanda pada Reagan. Amanda pikir ini adalah tempat tinggal Reagan bersama Selena. "Kau ingin aku kembali menyerang istrimu?"
Reagan menautkan alisnya berusaha untuk memahami perkataan Amanda. Dan ketika menyadari maksud wanitanya, Reagan jadi terkekeh kecil. "Tidak ada yang mengetahui penthouse ini, kecuali Lucas dan dirimu."
Mendengar hal itu membuat Amanda seketika memicing pada Reagan yang masih tersenyum kecil padanya. Selena tidak mengetahui hunian mewah ini? Seberapa banyak hal yang sebenarnya Reagan sembunyikan dari istrinya itu?
"Kemarilah. Aku ingin mempertemukan mereka padamu." Reagan mengulurkan tangannya pada Amanda. Wanita itu sedikit ragu saat menerima uluran tangan Reagan dan mengikuti langkah pria itu.
Tidak jauh meninggalkan ruangan sebelumnya, Reagan hanya membawa Amanda sedikit berbelok dan berhenti tepat di depan sebuah bingkai gambar yang begitu besar.
"Mereka adalah keluargaku."
Amanda menoleh pada Reagan yang tatapannya jatuh pada foto di hadapan mereka. Sebelum wanita itu kembali ikut memperhatikan foto keluarga yang berisikan empat orang di dalamnya.
Pria dan wanita dewasa yang Amanda perkiraan berusia 40an dengan masing-masing memangku satu anak di atas pangkuan mereka seraya tersenyum bahagia ke arah kamera. Gambaran jelas yang melukiskan sebuah keluarga bahagia.
Tatapan Amanda intens pada anak laki-laki yang duduk di pangkuan sang ayah dengan senyumannya yang lebar. Senyuman lepas yang mengingatkan Amanda pada seseorang. Ia kembali menoleh pada Reagan. Anak laki-laki itu pasti lah dia. Amanda jadi tersenyum sendiri, ternyata Reagan sudah menawan dari usia mudanya.
"Mereka adalah Ayah dan ibuku. Dan yang duduk di pangkuan ibuku itu adalah adikku satu-satunya."
"Adikmu terlihat muda. Apa mungkin dia seumuran denganku?"
Reagan menatap tajam pada Amanda, sedangkan wanita itu mengerjap bingung. Rasanya tidak ada yang salah dari pertanyaannya.
"Jadi kau ingin mengatakan aku tua? Kita hanya berbeda tiga tahun, Amanda!"
Amanda terkekeh, merasa lucu dengan sikap Reagan. Pria itu selalu saja salah paham dengan ucapannya.
"Jadi di mana mereka sekarang? Apa mereka tinggal di sini?" tanya Amanda dan bisa ia lihat ekspresi Reagan yang berubah dingin. Mungkinkah ia kembali menanyakan hal yang salah.
"Aku tinggal sendiri," Reagan terdiam sejenak sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Baik di sini maupun di dunia ini."
Deg!
Amanda tercekat mendengarnya. Jadi keluarga Reagan, mereka semua yang ada di foto ini sudah tiada. Amanda berulang kali mengerjap, mencoba menghalau buliran yang mulai menghalangi penglihatannya.
"Adikku pergi karena tidak bisa bertahan melawan penyakit yang ia derita. Andai ia bisa mendapatkan tepat waktu tindakan medis serta cangkok jantung yang dijanjikan, saat ini mungkin ia akan berdiri mendampingiku mengurus semuanya."
Netra Reagan memerah. Tatapannya lurus memperhatikan foto yang memuat orang-orang yang ia sayangi.
"Semuanya merasa kehilangan. Terutama ibuku. Ia jatuh sakit hingga dirawat dan kondisinya terus menurun." Reagan menggigit bibirnya sesaat. Berusaha mencari kekuatan untuk bisa menceritakan semuanya pada Amanda. "Semuanya terjadi bersamaan dengan Rykhad Holdings yang mengalami masalah. Ayah dikhianati oleh rekan bisnisnya. Ia digulingkan ketika masih masa berduka."
Amanda menutup dalam matanya. Bibirnya bergetar seiring buliran bening yang tetap saja lolos sekeras apa pun wanita itu menahannya. Amanda membuang wajah, ia tak ingin tangisnya terlihat oleh Reagan dan menambah luka pada pria itu.
"Keluarga Rykhad jatuh. Bahkan tak ada satupun aset yang tersisa. Dan Ayah memutuskan membawaku jauh meninggalkan kota ini. Aku pikir Ayah akan membawaku memulai hidup yang baru di tempat lain. Ternyata ia hanya menitipkan ku pada paman Maverick dan kembali mengurus Rykhad Holdings."
Reagan menjatuhkan tatapannya pada foto sang ayah yang tersenyum seraya memangku dirinya. Menguak kembali kisah di masa lalu yang penuh luka tidaklah mudah.
"Ayahku pasti ingin mengambil kembali apa yang sudah susah payah ia bangun dari nol." Reagan menunduk. "Sekalipun nyawa jadi taruhannya." Tangan Reagan mengepal. Air mata pria itu jatuh menyentuh lantai.
Tubuh Amanda bahkan tersentak mundur. Ia menutup mulut dengan tangis yang tak lagi tertahan. Reagan ternyata menyimpan luka yang begitu dalam.
Amanda menggeleng pelan ketika melihat Reagan yang menoleh padanya dengan netra pria itu yang sudah memerah. Cukuplah sudah. Reagan tak perlu lagi melanjutkan ceritanya. Itu hanya akan membuat ia kembali terluka.
"Dan kau tahu ayahku berakhir di tangan siapa?" Amanda menggeleng kuat. Seakan memohon untuk Reagan menghentikan ucapannya. Ia sudah paham. Amanda kini mengerti semuanya. "Carson! Pria yang kini berstatus sebagai ayah mertuaku adalah pelakunya!"
Rahang Reagan mengeras, tangannya samakin mengepal setiap mengingat kembali siapa dalang di balik hancurnya keluarga Rykhad.
"Aku akan merebut semuanya kembali. Dan akan membuat Carson mat...,"
Ucapan Reagan tak selesai kala tubuhnya sudah ditabrak lebih dulu oleh Amanda. Wanita itu memeluknya erat dengan menangis tergugu. Reagan terdiam. Ia melihat tubuh Amanda yang bergetar, membuat Reagan langsung mengangkat kedua tangannya untuk membalas pelukan wanita itu.