NovelToon NovelToon
Arjuna Bopo Istimewa

Arjuna Bopo Istimewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Keluarga / Spiritual / Epik Petualangan / Romansa
Popularitas:124.3k
Nilai: 5
Nama Author: Fernanda Syafira

Kisah ini adalah kelanjutan dari Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas.
Di sini, Author akan lebih banyak membahas tentang Arjuna Jati Manggala, putra dari Arsha dan Raina yang memiliki Batu Panca Warna.
Batu Panca Warna sendiri di percaya memiliki sesuatu yang istimewa. 'Penanda' Bopo ini, barulah di turunkan pada Arjuna setelah ratusan tahun lamanya. Jadi, Arjuna adalah pemegang Batu Panca Warna yang kedua.
Author juga akan membahas kehidupan Sashi, Kakak Angkat Arjuna dan juga dua sepupu Arjuna yaitu si kembar, Naradipta dan Naladhipa.
Beberapa karakter pun akan ada yang Author hilangkan demi bisa mendapatkan fokus cerita.
Agar bisa mengerti alurnya, silahkan baca terlebih dahulu Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades dan juga Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas bagi pembaca yang belum membaca kedua Novel tersebut.
Happy Reading

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Cacing

"Lih, ajak Ashoka makan dulu, sana. Kita semua udah pada makan tadi." Titah Tante Falih, si empunya rumah.

"Ashoka, ayo makan dulu sama Bang Falih. Setelah itu, baru kita lanjut ngobrol lagi." Timpal Bunda Nira.

"Makan dulu yuk, Dek." Ajak Falih kemudian.

"Yang mesra dong, Bang Falih. Masak manggilnya Adek, kayak Adek tingkat aja." Ledek salah satu sepupu Falih yang membuat mereka terkekeh.

"Nanti dia iritasi wajahnya, kalo di panggil Sayang." Jawab Falih yang membuat keluarganya tertawa. Sementara Ashoka hanya bisa cengar - cengir di ledek Falih.

"Yaudah, aku sama Ashoka makan dulu kalo gitu." Kata Falih yang sudah menggandeng tangan Ashoka.

"Permisi dulu ya Bunda, Ayah, Om, Tante." Pamit Ashoka yang kemudian berjalan bersama Falih menuju ke ruang makan.

Di sana, sudah tersedia berbagai macam makanan. Tentu saja semuanya makanan berat, karena makanan ringan dan desert ada di ruang keluarga, tempat mereka berkumpul.

"Abang nasinya seberapa banyak?" Tanya Ashoka saat hendak mengambilkan makanan untuk Falih.

Bukannya menjawab, Falih justru menatap ke arah Ashoka yang baru menatapnya karena tak kunjung ada jawaban.

"Kok malah diem, Bang? Segini cukup?" Tanya Ashoka sambil menahan tawa melihat wajah Falih yang bersemu merah.

"Itu wajahnya tersipu atau iritasi? Kok jadi merah?" Goda Ashoka yang akhirnya tertawa. Begitu juga dengan Falih yang terkekeh sambil menundukkan wajahnya.

"Kaget aja tiba - tiba di panggil Abang. Setelah selama ini kedengerannya biasa aja, sekarang jadi ada manis - manisnya karna kamu yang manggil." Kata Falih yang membuat Ashoka tertawa.

"Yang lain pada manggil Abang, aku gak mau jadi Anomali dong, manggil Kak sendiri." Ujar Ashoka.

"Ini segini cukup nasinya? Atau mau lagi?" Tanya Ashoka.

"Udah segitu aja cukup, nasinya." Jawab Falih yang tak berekspektasi akan 'dilayani' Ashoka.

"Mau lauk apa?" Tanya Ashoka lagi.

"Ayam, sambal, selada sama timun aja." Jawab Falih.

Ashoka pun segera mengambilkan apa yang diinginkan Falih. Setelah memberikan pada Falih, barulah ia mengambil makanan untuknya.

"Makasih ya, Sayang." Ucap Falih ketika Ashoka meletakkan piring berisi makanan di hadapannya.

"Sama - sama, Bang." Jawab Ashoka.

Setelah Ashoka duduk di samping Falih dengan piring berisi makanan untuknya, Falih kemudian menggeser gelas yang berisi air putih ke dekat Ashoka.

"Minum dulu biar gak tegang, kalo kata Arjuna." Ujar Falih yang membuat Ashoka tertawa.

"Makasih, Bang." Ucap Ashoka.

"Keponakan kamu, cerdas - cerdas. Aku suka ngobrol sama mereka." Ujar Falih saat keduanya sedang menyantap makanan.

"Tapi kadang terlalu kritis. Sampe - sampe kita di buat speechless sama mereka." Sahut Ashoka.

"Justru itu, mereka punya rasa ingin tau yang tinggi. Kalo kita bisa mengarahkan, bakal jadi aset tuh berempat." Kata Falih.

"Itu mereka cuma berempat aja, Sayang?" Tanya Falih.

"Iya, Mas - Mas ku kayaknya pada trauma lihat istrinya lahiran. Mereka bilang gak tega kalo suruh istrinya hamil dan melahirkan lagi." Jawab Ashoka.

"Mas - Mas mu, selembut itu ya, perlakuannya ke perempuan. Aku jadi salut, harus banyak belajar dari Mas Arsha sama Mas Aksa buat ngetreat kamu." Kata Falih.

"Gak perlu belajar, nanti kamu malah di ajarin macem - macem sama mereka. Soalnya, keluarga aku tuh suka random, tingkahnya sering di luar nurul." Ujar Ashoka.

"Sampe bikin gak habis fikri, ya?" Sahut Falih yang membuat mereka kembali tertawa.

"Tapi mereka asyik, dan aku nyaman." Imbuh Falih.

"Pokoknya, sabar - sabar aja kalo lagi sama keluargaku, Bang. Harus kuat iman, jangan sampai ke bawa arus." Ujar Ashoka yang membuat Falih kembali tertawa.

...****************...

"Bopo... Bopo..."

"Iya, Mas! Bopo di ruang kerja." Sahut Aksa.

"Po, kok sepi? Pada kemana?" Tanya Arjuna yang datang bersama Dipta.

"Yang Kung pergi sama Ayah. Para perempuan lagi girls day out. Katanya mau ke salon." Jawab Aksa.

"Sama Yang Ti juga?" Tanya Dipta.

"Iya, mereka pergi berlima." Jawab Aksa.

"Mika belum pulang?" Tanya Arjuna.

"Belum. Masih pergi sama Om Falih." Jawab Aksa yang masih saja sibuk dengan pekerjaannya.

"Bopo kok tumben gak nganter para perempuan istimewa itu?" Tanya Arjuna.

Sedari kecil, mereka para laki - laki memang sudah terbiasa di ajarkan untuk mengistimewakan dan memuliakan wanita di sekitar mereka.

"Ya kalau Bopo pergi, kalian sama siapa di rumah? Lagian abis pada main kemana, coba kalian berdua?" Tanya Aksa yang mengalihkan pandangan pada dua putra di hadapannya.

"Abis manen semangka." Jawab Dipta.

"Ya Allah, semangkanya siapa yang kalian panen?" Tanya Aksa dengan mata mendelik.

"Di kasih sama Pakde Mus kok. Yaudah aku sama Dipta bawa aja. Itu ada di dapur." Jawab Arjuna.

"Kalian gak makan semangkanya?" Tanya Aksa.

"Udah makan di ladangnya sama Pakde Mus. Semangkanya besar - besar dan manis lho, Po." Kata Dipta.

"Wihh enak tuh!" Kata Aksa.

"Nanti bukanya, kalo udah pada pulang. Biar bisa makan bareng - bareng." Kata Arjuna.

"Siap, Bos!" Jawab Aksa.

"Po, bosen nih. Mancing yuk, Po." Ajak Dipta.

"Bosen gimana? Orang baru pada pulang main, kok bosen?" Cicit Aksa yang kembali sibuk dengan MacBooknya.

"Ayo lah, Po. Kita mancing yok. Kalo dapet banyak, nanti kita bakar ikannya." Bujuk Arjuna.

"Yaudah, kalian berdua cari cacing aja dulu, buat umpan." Kata Aksa.

"Siap, Po!" Seru Arjuna dan Dipta dengan girang.

Dua bocah laki - laki itu segera mengambil wadah dan langsung pergi ke kebun belakang rumah untuk mencari cacing.

"Mas, kok gak ambil pacul, buat cari cacing?" Tanya Dipta.

"Gak usah, Dip. Gampang itu." Kata Arjuna.

Bocah itu lalu berjongkok. Ia menepuk - nepuk tanah sebanyak tiga kali. Tak lama, sekumpulan cacing mulai menggeliat - geliat keluar dari tanah dengan sendirinya.

"Loh! Loh! Kok pada keluar sendiri, Mas!" Seru Dipta girang.

"Ya ayo, cepet di ambilin." Kata Arjuna.

Keduanya pun segera mengumpulkan cacing - cacing yang sudah berada di permukaan tanah itu dengan cepat.

"Hiii, Mas! Kok ularnya ikut dateng juga to? Kan cuma manggil cacing aja. Ulernya budeg (tuli) ini pasti." Celoteh Dipta, si bocah lima tahun saat melihat seekor ular yang meliuk mendekat ke arah mereka.

"Bukan budeg, Dip. Ularnya salah pergaulan, masak gaul sama cacing." Sahut Arjuna.

"Mas! Ularnya kesini itu loh. Aku takut!" Seru Dipta sambil bersembunyi di belakang Arjuna.

"Halah, cemen!" Kata Arjuna yang dengan santainya melanjutkan kegiatannya mengumpulkan cacing.

"Mas, di suruh pergi dulu loh. Aku takut di gigit." Cicit Dipta lagi.

"Gigit gantian ularnya, kalo kamu di gigit." Sahut Arjuna.

"Ih Mas Juna ini." Kata Dipta yang tak berani beranjak dari belakang tubuh Arjuna.

"Ayo, udah banyak ini." Kata Arjuna yang kemudian mengajak Dipta pergi.

"Hus! Sana pergi. Di pukul Bopo, kapok." Kata Arjuna pada ular itu sebelum beranjak pergi.

"Po! Bopo, ayo! Ini udah banyak cacingnya." Arjuna menunjukkan cacing yang ia dapat.

"Lho, kok cepet banget?" Tanya Aksa heran saat melihat Arjuna mendapat banyak cacing dalam waktu singkat.

"Gampang, Po! Sama Mas Juna, tanahnya di pukul terus cacingnya dateng sendiri." Sahut Dipta yang membuat Aksa menganga.

1
syora
mnding kalian bantu doa supaya si sansan ngak dialihkan ke dunia lain
Atik Kiswati
wah....meh gegeran ki....
Santi
tiba2 Arjuna ku up jam segini,bahagia hatiku
Dhina Ragil
mesti sandi beraninya kroyok'an nich..cuihhh..cement..
mz arjunaku yg ca'em,bagus,guanteng sak kabehe,smpyn meneng mawon.lenggah sing tenang.tak santette sandi sak krocone.😡🤬😤
tiniteyok
wahhh seru seruuuuu....😀😀😀ayo ndang gelut Jun 🤣
Nur Wakidah
aduhhh , , , cari mati nih si Sandi 🤣🤣🤣 , , , ben dicelukne bledek kui ngko karo mas Juna ,,,
incha
hadeh sandi salah lawan kamu
ayoooo juna sentil si sandi dengan kelelawar🤭
widi
kasih paham jun itu mulutnya si sandi
la💪
wis author tersayang lagi kesurupan apa ni tumben gak ada angin hijan geledek jam segini up🤣
FDS: baru dapet wangsit. abis semedi di Grojogan Lengkung /Scowl/
total 1 replies
Ita Xiaomi
Wah Arjuna nak mengundang makhluk apa nih utk datang?
Ita Xiaomi
Kasihan lah mbak Aci, Jun.
Ita Xiaomi
Nah ini buaya dah datang😁
Arin
Tahan emosi Jun. Jangan sampai terpancing. Kekuatan mu tidak bisa di pandang remeh. Takutnya berakibat fatal biarpun cuma sedikit dikeluarkan.
Ita Xiaomi
Bijak nih.
Ita Xiaomi
Mereka dilimpahi kasih sayang yg tulus dan kebahagiaan oleh keluarga.
Kasih Bonda
next Thor semangat
Amalia Putri
Aduh sandi cari infonya dulu jangan asal marah lanjut thor💪💪💪💪/Heart//Heart//Heart/
Ita Xiaomi
Yang Kung, Ayah dan Bopo ahli IT
Leny Wijaya
parah ya gara2 ngejar sashi jd mau adu jotos ma Ajuna blom tau dia siapa itu Arjunz😄😄😄
yunita
lnjutttt yg byk thorrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!