NovelToon NovelToon
Doa Kutukan Dari Istriku

Doa Kutukan Dari Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Pelakor / Cerai / Penyesalan Suami / Selingkuh / Romansa
Popularitas:386.7k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Vandra tidak menyangka kalau perselingkuhannya dengan Erika diketahui oleh Alya, istrinya.


Luka hati yang dalam dirasakan oleh Alya sampai mengucapakan kata-kata yang tidak pernah keluar dari mulutnya selama ini.


"Doa orang yang terzalimi pasti akan dikabulkan oleh Allah di dunia ini. Cepat atau lambat."


Vandra tidak menyangka kalau doa Alya untuknya sebelum perpisahan itu terkabul satu persatu.


Doa apakah yang diucapkan oleh Alya untuk Vandra?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 26

Pagi menyambut dengan sinar matahari yang malu-malu menerobos tirai tipis. Lia mengerjap pelan, menggeliat kecil, dan membeku. Matanya membelalak saat melihat kepala Bara tepat di dadanya, satu tangan melingkar di pinggangnya.

"BARA!"

Bara terbangun seketika. "Aduh," gumamnya sambil meringis karena Lia sudah memukulnya dengan bantal. "Selamat pagi, istri…"

Pluk! Bara sudah kena pukul bantal lagi.

"APA KATAMU?!"

Lia mendorong tubuh Bara dengan tenaga penuh. "Kamu GILA ya?! Masuk lewat jendela, tidur sama aku, kalau teman serumahku lihat, gimana coba?!"

"Tenang, aku nggak ngapa-ngapain," jawab Bara santai, duduk sambil mengucek mata. "Aku cuma pengen jagain kamu dan anak kita…"

"Jagain!? Enggak pakai baju?"

Bara mengusap dada dan perutnya yang berotot dan bertato. "Oh, ini?"

Dalam hati, Lia mengagumi, tapi dia lantas menggeleng agar sadar.

"Ayo menikah!"

"Nanti! Nanti, Bara! Kamu harus pergi sekarang juga sebelum..."

Suara langkah mendekat dari luar kamar membuat Lia panik. "Cepat! Lewat jendela lagi! Sekarang!"

Bara tertawa kecil, lalu berdiri menyambar jas dan kemejanya. Lalu, ia melompat keluar dengan ringan. Dari luar jendela, ia masih sempat melambai.

"Cepat pergi!"

"Aku tetap di sini, Lia. Nggak akan pergi sampai kamu resmi jadi istriku."

Lia menghela napas panjang, antara kesal, bingung, dan... entah mengapa, dadanya terasa hangat.

"Dasar...."

****

Pagi masih segar saat Lia hendak men-starter motornya untuk berangkat kerja. Tapi belum sempat ia menyalakannya, sebuah mobil berhenti mendadak di depan pagar.

Bara turun dari dalam, melangkah cepat menghampiri.

"Nggak usah naik motor. Aku antar kamu," katanya, membuka pintu mobil.

"Lagi-lagi kamu muncul tiba-tiba. Aku mau kerja, tidak usah mengantar!"

"Bukan itu. Aku cuma mau kita ke satu tempat dulu sebelum kamu kerja."

"Tempat apa?"

"Catatan sipil."

Lia mengernyit. "Apa?!"

"Menikah sekarang."

"BARA!"

****

Di dalam kantor catatan sipil yang masih sepi, seorang petugas yang wajahnya masih ngantuk duduk di meja. Entah dengan cara apa Bara bisa membuat mereka buka lebih awal.

"Astaga, jam segini mereka sudah buka?"

"Tentu saja, karena kita akan menikah."

Dan tentu saja, tak sampai satu jam kemudian, sebuah buku nikah berpindah ke tangan mereka.

"Aku... Beneran sudah menikah."

Lia masih termangu saat menatap buku itu. Namanya dan nama Bara, tertera jelas. Sebuah pernikahan yang datang secepat angin, menggulung semua keraguan dan masa lalu.

"Iya, menikah. Astaga, aku tampan sekali," kata Bara pelan menatap dua foto yang berdampingan sangat kontras. Satu tersenyum lebar, dan satu lagi tersenyum terpaksa. "Kamu nggak tahu betapa bahagianya aku sekarang."

Lia menunduk, tak bisa menyembunyikan senyumnya yang lirih. "Bara... kamu memang sinting."

"Tapi gila yang sayang kamu sepenuhnya."

Bara mengantar Lia ke kantor dengan wajah berseri-seri, saat hendak keluar untuk membuka pintu, Lia menahannya.

"Jangan turun, biar aku saja."

"Kenapa?"

"Enggak kenapa-kenapa. Aku keluar, kamu lanjut jalan, mengerti?"

Bara menatap lama. Seperti tidak terima diatur begitu. Lia menghela napas, lalu mencium bibir Bara. Lelaki itu balas menyesap lebih dalam, sampai Lia seperti kehabisan air liur.

"Kau...." Lia menahan kesal. Bara tersenyum kesenangan. Lia menghela napas. "Aku keluar, kamu jangan keluar, ya?"

"Oke."

Setelah Lia masuk ke dalam gedung, Bara  menelepon Bebby.

"Beb, siapkan pesta. Meriah, mewah, romantis!"

Di seberang sana, Bebby menghela napas panjang. "Oke siap laksanakan, bos."

****

Lia bekerja seperti biasa, walau pikirannya masih melayang-layang. Ia bahkan sempat tersenyum sendiri saat mengingat Bara yang memaksa menikah pagi ini.

Baru satu setengah bulan lalu ia dihancurkan oleh orang yang ia percaya. Tapi kini, ia justru menikah dengan seseorang yang tak pernah ia duga. Bara, lelaki asing, gila, keras kepala tapi penuh kejutan.

Namun lamunannya terpotong saat Rama, atasannya, mendekat.

"Lia, ikut aku. Ada klien yang harus kita temui."

"Eh, Pak... Tapi saya kan baru masuk, apa saya pantas...." karena di ruangan yang ada karyawan lain, Lia berbicara sedikit formal pada Rama.

"Kamu punya kemampuan. Aku tahu itu." Rama tersenyum sambil menarik Lia. "Anggap ini latihan. Ayo," paksanya sambil mengedipkan mata.

Sepanjang perjalanan, Lia merasa sorot mata dari rekan-rekan kerjanya mengikutinya. Ada yang sinis, ada yang penasaran.

"Lihat deh itu, lagi-lagi sama pak Rama."

"Aneh, dia kan baru satu bulanan ya? Kok bisa sih?" timpal seorang  karyawan lain dengan bisikan kecil.

"Pasti ada apa-apa nih." Yang lain pun ikut menimpali.

"Jelaslah. Apalagi?"

"Mungkin enggak sih, dia pake kecantikannya?"

"Bisa jadi, malah, bisa juga dia jual apemnya."

"Hahah, memalukan. Jangan ya dek, ya."

Bisik-bisik terdengar mengganggu pendengaran Lia. Tapi Lia berusaha tak peduli.

Mereka bertemu beberapa klien penting. Rama memperkenalkan Lia sebagai analis keuangan baru, dan ternyata Lia cukup cepat menangkap kebutuhan para klien. Usai pertemuan, Rama mengajak makan siang dengan beberapa koleganya.

"Kekasih baru ya, Rama?" tanya salah satu rekan dengan senyum menggoda.

Lia tersedak, sementara Rama hanya tertawa. "Bukan. Tapi... siapa tahu nanti."

"Oh, gebetan..."

"Tidak, tidak! Tidak kok. Saya hanya bawahan pak Rama di kantor."

"Ooh, bawahan di kantor, siapa tau nanti jadi bawahan di ranjang juga, hahahha."

Lia makin tak nyaman.

"Tolong jangan bercanda kelewat batas, dia masih wanita terhormat." Rama memotong karena melihat Lia yang tak nyaman.

"Oh, maaf, maaf."

Rama hanya tersenyum tipis sambil melirik wanita cantik di sampingnya.

Di dalam mobil saat perjalanan pulang ke kantor.

"Lia..."

"Heemm?"

"Kita mampir ke suatu tempat, ya?"

"Ke mana?"

"Nanti juga tau."

"Ummm, gimana kalau anter aku ke kantor dulu, atau... Kamu turunkan aku di sini saja deh," pinta Lia yang sudah merasa semakin tak nyaman.

"Jangan gitu, dong. Tanggung nih...bentar doang... Yaaahh?" Rama memasang tampang memelas.

Lia jadi tak enak hati, lalu mengangguk pasrah. Rama tersenyum menang. Setidaknya, apa yang sudah dia siapkan tak sia-sia.

Rama membawa Lia ke sebuah restoran mewah, yang sudah dia reservasi. Lia menatap Rama bingung. Dan Rama tersenyum sangat tampan. Ia memberanikan diri menggenggam tangan Lia. Namun, Lia menarik tangannya, pura-pura menggaruk kepala.

"Aduh, kok gatal, apa ada kutu, ya?" gumamnya nyengir, agar tak menyinggung Rama.

Rama malah tertawa geli dan menggeleng. Ia tau, Lia hanya beralasan. Ia juga bisa melihat Lia yang gugup. Ia sendiri juga gugup sebenarnya. Ini adalah momen terbesar dalam hidupnya.

"Kenapa ke sini?" tanya Lia saat mereka duduk di meja yang dihiasi bunga segar dan lilin kecil.

"Aku cuma... ingin menghabiskan waktu sebentar. Sama kamu."

"Rama..."

"Aku tahu ini mendadak. Tapi aku serius. Aku suka kamu, Lia. Sejak pertama lihat kamu, aku tahu kamu berbeda. Dan aku ingin lebih dari sekadar teman, lebih dari sekedar hubungan kerja."

Lia menatapnya, bibirnya nyaris terbuka untuk menjawab. Tapi dalam benaknya, bayangan Bara muncul, dengan senyum konyolnya, dengan tatapan bahagia saat memegang buku nikah mereka.

Dan entah kenapa, hatinya langsung tertarik ke satu arah.

"Maaf, Rama," katanya pelan. "Aku... Tidak bisa."

"Aahh, kenapa cepat sekali menjawab? Pikirkan dulu." Rama tidak menyangka jawaban Lia begitu cepat.

"Aku benar-benar tidak bisa Ram."

"Kenapa? Kau tidak menyukaiku? Aku bisa membuatmu jatuh cinta. Percayala," katanya tersenyum. Senyum untuk menutup sedikit rasa kecewanya.

"Bukan, tapi... Aku sudah menikah."

"Hahahaha..." Rama tertawa.

"Aku serius."

"Ayolah, kamu baru saja batal nikah, memintaku menjemput kemari. Di catatan data personalia, juga kamu masih lajang. Sekarang, malah bilang udah nikah?"

Bahu Rama masih berguncang oleh tawa. Ia sangat menolak percaya, ia berpikir, Lia hanya beralasan untuk menolak.

"Aku serius, Ram."

"Baiklah, kalau masih tetap bersikeras, mana tanganmu."

Lia menghela napas, ia mengulurkan tangan pada Rama.  Lelaki itu tersenyum puas.

"Tidak ada cincin kawin."

"Ram..."

"Tunjukan aku buku nikahmu."

"Tidak kubawa."

"Kalau begitu, foto nikah?"

Lia menghela napas lagi, "Tidak ada."

Rama tersenyum kecut, dan menggeleng. "Apa kurangku, Li? Aku bisa menjamin hidupmu. Aku bisa membuatmu bahagia. Kita tidak akan langsung menikah, Lia. Berpacaran dulu, jika nanti kamu sudah siap, kita bisa membuat pesta. Bagaimana?"

Lia merasa putus asa dengan sikap keras kepala Rama, seperti seseorang. "Rama... Aku benar-benar...."

Suara dering telpon Lia terdengar nyaring, menginterupsi ucapannya. Lia menarik napas panjang, lalu mencoba meraih ponselnya.

"Mama? Kenapa mama menelpon?"

1
Sintia Dewi
"bagar bisa bicara lg nantik"..bicara apa? mintak uang?..gk tau malu sekali silva ini..dulu aja lu mau jual anaklu demi suami lu itu kini saat lu terpuruk dgn entengnya mintak bantuan
Sintia Dewi
sadar woi lia...lu tu punya musuh..tu keluarg ibumu itu lohh 2 racun ayah anak itulah musuhmu..ett dah
Sintia Dewi
basuki catet...lu hanya papa tiri yg gk dianggap...jangan besar kepala lu
Sintia Dewi
dihh pede banget si basuki ngaku2 keluarga bara..lu gk dianggep sm bara..jangankan elu emaknya lia aja bara gk gubris...malu bet gw baca
Sintia Dewi
wkwkwkw...kasianya kau bebby...blom apa anak bara udh ngrecokin lu gmana nantik kalok lahir & gede🤣
Sintia Dewi
udh cocok katanya, kyk km pernah dgn yg lain aja bara🤭 gk gitu konsepnya klok km mau sm lia bara2
Sazia Almira Santoso
kasiang sekslii
Sazia Almira Santoso
nyimak
Jemiiima__: Halo sahabat pembaca ✨
‎Aku baru merilis cerita terbaru berjudul BUKAN BERONDONG BIASA
‎Semua ini tentang Lucyana yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucy berani jatuh cinta lagi? Kali ini pada seorang Sadewa yang jauh lebih muda darinya.
‎Mampir, ya… siapa tahu kamu ikut jatuh hati pada perjalanan mereka.
‎Dukung dengan like ❤️ & komentar 🤗, karena setiap dukunganmu berarti sekali buatku. Terimakasih💕
total 1 replies
Memyr 67
𝗄𝖾𝖻𝗎𝗌𝗎𝗄𝖺𝗇 𝗇𝖺𝖽𝗂𝗋𝖺? 𝖺𝗉𝖺 𝗇𝖺𝖽𝗂𝗋𝖺 𝗆𝖾𝗇𝗀𝗀𝗎𝗇𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗍𝗎𝖻𝗎𝗁𝗇𝗒𝖺 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝗆𝖾𝗆𝖺𝗇𝗃𝖺𝗍 𝗇𝖺𝗂𝗄? 𝗆𝖾𝗇𝗂𝗇𝗀𝗄𝖺𝗍𝗄𝖺𝗇 𝗉𝗈𝗌𝗂𝗌𝗂𝗇𝗒𝖺?
Memyr 67
𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺 𝗂𝖻𝗎 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗎 𝖽𝗂𝗋𝗂. 𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂 𝗉𝗂𝗇𝗍𝖺𝗋 𝖽𝖺𝗇 𝗄𝖺𝗒𝖺 𝗋𝖺𝗒𝖺, 𝗆𝖺𝗅𝖺𝗁 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗌𝖺𝖽𝖺𝗋 𝖽𝗂𝗋𝗂. 𝗆𝖾𝗇𝗒𝗂𝖺 𝗇𝗒𝗂𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖺𝗇𝖺𝗄𝗇𝗒𝖺 𝗒𝗀 𝗉𝗂𝗇𝗍𝖺𝗋, 𝖽𝖾𝗆𝗂 𝖺𝗇𝖺𝗄 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗅𝖺𝗂𝗇. 𝗒𝗀 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝖽𝗂𝖺.
Memyr 67
𝗌𝖾𝗋𝗎. 𝗌𝖾𝗉𝖾𝗋𝗍𝗂 𝗅𝗂𝖺𝗍 𝖿𝗂𝗅𝗆 𝖾𝗄𝗌𝗒𝖾𝗇
Memyr 67
𝖺𝗒𝖺𝗁𝗇𝗒𝖺 𝗅𝗂𝖺 𝗌𝗎𝖽𝖺𝗁 𝗆𝖾𝗇𝗂𝗇𝗀𝗀𝖺𝗅. 𝗅𝗂𝖺 𝖻𝗂𝗌𝖺 𝗅𝖺𝗇𝗀𝗌𝗎𝗇𝗀 𝗆𝖾𝗇𝗂𝗄𝖺𝗁 𝖻𝖾𝗀𝗂𝗍𝗎 𝗌𝖺𝗃𝖺.
Memyr 67
𝗅𝗂𝖺 𝗒𝗀 𝗌𝖾𝖼𝖾𝗋𝖽𝖺𝗌 𝗂𝗍𝗎, 𝗉𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗂𝖻𝗎 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀? 𝗌𝖾𝗉𝖾𝗋𝗍𝗂 𝗄𝖾𝗋𝖻𝖺𝗎 𝖽𝗂𝖼𝗈𝖼𝗈𝗄 𝗁𝗂𝖽𝗎𝗇𝗀 𝖽𝗂 𝖽𝖾𝗉𝖺𝗇 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂𝗇𝗒𝖺. 𝗌𝖾𝗉𝖾𝗋𝗍𝗂𝗇𝗒𝖺 𝗂𝖻𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗅𝗂𝖺 𝗆𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀. 𝗄𝖾𝖼𝖾𝗋𝖽𝖺𝗌𝖺𝗇 𝗅𝗂𝖺 𝖽𝗂𝗍𝗎𝗋𝗎𝗇𝗄𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖺𝗒𝖺𝗁𝗇𝗒𝖺.
Memyr 67
𝖺𝖺𝖺 𝖼𝗈𝖼𝗈𝗄 𝗂𝗇𝗂. 𝗇𝖺𝗆𝖺 𝗅𝗂𝖺 𝖽𝗂𝗌𝖺𝗇𝖽𝗂𝗇𝗀𝗄𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗇𝖺𝗆𝖺 𝖻𝖺𝗋𝖺. 𝗃𝗈𝗇𝗈 𝖻𝗂𝖺𝗋 𝖺𝗃𝖺 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗍𝗎 𝗉𝖾𝗅𝖺𝖼𝗎𝗋. 𝗆𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗆𝖺 𝗃𝗈𝗇𝗈 𝖼𝗈𝖼𝗈𝗄𝗇𝗒𝖺 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗅𝗂𝖺, 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗉𝖾𝗅𝖺𝖼𝗎𝗋.
Memyr 67
𝗆𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗆𝖺 𝗅𝗂𝖺 𝖽𝖺𝗇 𝗃𝗈𝗇𝗈 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗉𝖺𝗇𝗍𝖾𝗌. 𝖽𝗂 𝗄𝖺𝗋𝗍𝗎 𝗎𝗇𝖽𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖽𝗂𝗍𝗎𝗅𝗂𝗌 𝗅𝗂𝖺 𝗃𝗈𝗇𝗈, 𝗂𝗂𝗂 𝗐𝖺𝗀𝗎 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗄𝖺𝗍𝖺 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗃𝖺𝗐𝖺.
Su Wanto
fiilnya dapat banget dlam😍😍😍
Yeti Soecipto
duh.....🤭🤭🤭
Bunda Keisha
Yessss.... 😍
Lee Mbaa Young
oalah ternyata pancen Nia sendiri yg bikin ruwet hidupnya. tak kira di bikin ruwet kluarganya ternyata dia sendiri yg buat ruwet. women ya bgitu. gk jelas arah hidup kemana pdhl dah berumur.
💗 AR Althafunisa 💗
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/😩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!