Namaku Ameera, memiliki ayah dan adik tiri memang membuat aku kehilangan kebahagiaanku sedari kecil. Dan di usiaku yang masih sangat muda ini aku tidak menyangka jika aku harus memilih nyawaku atau aku juga harus menyadari bahwa aku terancam akan sulit memiliki keturuanan. Dilain hal, aku dipaksa menikah dan di tuntut untuk memeiliki keturunan seorang anak laki-laki.
akankah aku kuat menghadapi ini semua?
*
*
*
Haii bertemu lagi di karya terbaruku ini, semoga kalian enjoy membacanya yaa..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mynamei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Takut
Pagi ini Ameera sedikit tergesah-gesah dengan perasaan yang tak menentu iarasakan, memakai kaos berwarna hitam dan celana jeans ia rasa sangat cukup untuk sekedar datang berkunjung ke kediaman Pak Rudi yang berada di Jakarta.
Yaa.. Ameera menyetujui sebuah kesepakatan dengan Pak Rudi, akan menikah dengan anak pertama Pak Rudi dan dengan permohonanya ia berharap penuh agar Ameera dapat merubah anaknya agar lebih baik lagi. Sebuah
mobil sedan hitam sudah terparkir di depan kediaman Ameera, maka dengan perasaan yakin ia bergegas meninggalkan rumahnya.
“kira-kira, akan seperti apa wujud anaknya Pak Rudi? Apa dia sama tampannya dengan kak Argha?” Ucap Ameera pelan lalu ia menepuk keningnya sendiri.
Bodohnya kau Ameera, kenapa harus Argha lagi dan lagi? Hmm batinnya kesal. Terselip rindu pada sosok argha yang terlihat tulus menyayanginya dan membuatnya selalu merasa aman dan nyaman berada bersama
Argha. Satu jam perjalanan, Ameera tiba di sebuah rumah yang sangat megah baginya, terdapat beberapa pilar dengan kokoh berdiri menambah kesan kemegahan kediaman itu sendiri, beberapa mobil mewah juga terparkir rapih disana.
“Silahakan masuk mbak, bapak sudah menunggu di dalam..” Kata seorang wanita yang memakai seragam pelayan.
“hemm.. baik” Ucap Ameera menaiki anak tangga untuk menuju pintu utama kediaman tersebut.
Ini bagaimana bisa lantai terlihat seperti cermin, bisa ngaca gitu yaa.. Batin Ameera tercengang melihat kemegahan yang tercipta di kediaman itu. Saat ia masuk, beberapa ornamen mewah dan antik terlihat disana, tersusun sedemikian rupa hingga terlihat sangat cantik menghiasi ruangan itu.
“Silahkan duduk, Mbak.. Sebentar lagi Pak Rudi akan turun..” Ucap Seorang pelayan, dan yaa benar saja tidak lama kemudian Pak Rudi datang, namun kedatangannya bukan dari tanga yang melingkar itu, namun dari sebuah
pintu yang Ameera yakini itu adalah lift sebagai akses naik dan turun. Ameera semakin menyadari bahwa uang tiga miliar itu kecil bagi Pak Rudi? Tapi mengapa ia malah memilih ameera sebagai menantunya?
“Selamat pagi menjelang siang, Calon menantuku..” Sapa Pak Rudi dengan sangat hangat.
Ameera hanya melepas senyumnya saat itu sambil memberi salamnya.
“Duduk, mau minum apa?” Tanya Pak Rudi mempersilhkan
“Apa saja Pak, air putih juga tidak apa-apa..” Kata Ameera sambil duduk dengan anggunnya.
Pak Rudi kembali tersenyum senang melihat kesederhanaan Ameera kala itu.
“Tunggu sebentar yaa, anak saya akan segera turun..” Ucap Pak Rudi sambil memainkan sejenak ponselnya.
Lima menit kiranya menunggu, di tengah obrolan keduanya yang sedang berlangsung Tatapan Pak rudi menuju ke arah tangga, membuat Ameera mengikuti arah pandang Pak Rudi.
Seorang pria memakai kaos oblong berwarna hitam dengan celana pendek, wajahnya terlihat sedang tidak ceria, nampak kesal. Melihat wajah jutek pria berbewok tipis dengan alis tebal dan tatapan yang tajam membuat Ameera tertunduk takut.
“Rumi.. Ini Ameera"
“ Ameera ini Rumi, anak saya yang pertama.. “ Ucap Pak Rudi.
Ameera melepas senyum tipis menjulurkan tangan kanannya selayaknya seseorang yang hendak bersalaman, namun aksinya itu justru membuat kesan pertama yang kurang baik bagi Ameera, Rumi mengabaikan Ameera.
“Nama saya Rumi, kapan kamu siap saya nikahi?” Ucap rumi dengan sangat sinis.
“Haha” tawa tipis Pak Rudi.
“Sabar.. Sabar.. kalian saling mengenal dulu, bagaimana kalo papa tinggalkan kalian berdua dulu yaa? Dan kamu Rumi, ingat pesan papa.. jangan kamu abaikan..” Ucap Pak Rudi memberi peringatan pada Rumi.
Pak Rudi kemudian pergi, tinggallah Rumi dan Ameera..
“Apa yang kamu pikirkan saat ini?” Tanya Rumi dengan sinisnya.
“Maksud Mas Rumi apa? “ Bingung Ameera dengan pertanyaan rumi kala itu.
“Hemm.. apa yang kamu pikirkan saat kamu melihat saya? Suka? Terpesona? Hmm itu sudah pasti sih, tapi saya melihat mu kok mirip seperti hmmmm…. Hah yasudahlah nanti kamu sakit hati dan mengadu ke papa..” Ucap Rumi
yang nampaknya snagat kesal terhadap Ameera saat itu.
Ameera hanya diam saja kala itu, mencoba menerima apa yang di ucapkan oleh Rumi kala itu dengan lapang dada.
“Saya akan meminta papa untuk mempercepat pernikahan kita, dan ada beberapa hal yang harus kamu tau sebelum kita menikah..” Ucap Rumi dengan tegas tanpa melihat ke arah Ameera.
“Apa?” tanya Ameera.
“Beberapa ketentuan dan aturan.. dan ingat tidak perlu Papa tau, atau kamu yang akan menerima hukuman dariku..” Ucap Rumi lalu dengan santai ia pergi begitu saja meninggalkan Ameera.
Ameera menghela nafasnya, perasaanya sedikit tak enak kala itu hingga pikirannya masih terekam jelas bagaimana wajah jutek Rumi kala itu.
"Apa aku salah tafsir? aku pikir anaknya anak seperti ayahnya, ini jangankan senyum.. melirik aku saja tidak.." Ucap Ameera menggerutu pelan saat Rumi pergi begitu saja meninggalkannya.
*
Sore ini Ameera tengah duduk santai di kediamannya bersama dengan Keyla dan juga Faiz, sejujurnya Faiz sangat menentang keputusan yang di pilih oleh Ameera, hanya saja Faiz masih menghargai mendiang Ibu Fina yang memang berpesan agar Ameera bisa menikah dengan anak pertama Pak Rudi.
“Ganteng mana sama gue?” Kata Faiz seolah tak ingin terkalahkan.
“Ganteng Bokap gue lah” Celetuk Keyla dengan suara lantangnya.
“Gue gak berharap punya pasangan tampan atau ganteng, jujur gue hanya ingin punya suami seperti papa yang sayang isteri dan anaknya..” Ucap Ameera, sambil ia membayangkan wajah jutek Rumi yang nampaknya tidak memiliki sebuah rasa kasih sayang.
Aamiin.. jawab kedua sahabatnya tanpa menaruh curiga apapun.
“Terus kapan lo akan menikah? Setelah menikah lo tinggal dimana? Apa lo masih boleh main sama
kita-kita? Dan apa pernikahan lo ini akanlo publish ke temen-temen kampus?? Oh iya…..” Ucapaannya seketika terhenti.
“DIAMMM” Teriak Faiz sambil melempar bantal ke arah wajah Keyla.
“Mules denger omongan lo yang gak pake hembusan nafas.. gak bisa yaa kalo bertanya ya satu-satu, pelan-pelan..” Kesal Faiz membuat Ameera tertawa melihat pertengkaran keduanya.
Benar juga apa yang di pertanyakan oleh Keyla, apa setelah menikah aklu bisa bebas bermain dengan Faiz juga Keyla? kenapa aku benar-benar bodoh, tidak berfikir ke arah sana yaa.. Belum lagi, sikap cuek, dingin dan jutek Rumi yang membuat aku bingung. - Ameera tetap berfikir sambil tertawa melihat sikap kedua sahabatnya.
*
Haii semua, terimakasih atas dukungan kalian ya..
berkah selalu
MEI
🤭🤭
mampir awak Thor