El-Syakir namanya. kehidupannya biasa saja sama seperti manusia pada umumnya. hingga suatu hari ia mengalami kecelakaan dan akhirnya ia dapat melihat mereka yang tidak terlihat
mata batinnya terbuka dan bahkan banyak dari mereka yang meminta bantuan padanya. berbagai rangkaian kejadian ia alami.
ia bertemu dengan hantu anak remaja laki-laki yang akan mengikutinya kemanapun ia pergi.
"bantu aku mencari siapa pembunuhku dan aku akan membantumu untuk menolong mereka yang meminta bantuan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Awan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
Adam masih berada di pelukan El. sakit kepala yang ia rasakan sekarang perlahan mereda. El terus mengelus punggung hantu itu.
Isak tangis Adam sudah berhenti namun ia belum melepas dirinya dari pelukan El. setelah perasaannya merasa tenang, Adam melepaskan pelukannya namun dengan kepala tertunduk.
"elu sudah baikan...?" tanya El
"iya" jawab Adam lirih
"lihat gue" ucap El
Adam perlahan mengangkat kelaparan. buliran kristal masih ada di pelupuk matanya.
"gue nggak akan memaksa elu untuk cerita. tapi kalau elu ingin berbagi kisah, gue siap jadi pendengar terbaik" ucap El memegang bahu Adam
"bukan hanya El. gue, Vino dan starla akan siap mendengarkan cerita elu" timpal Leo
"kamu nggak curiga lagi padaku...?" Adam beralih menatap Leo
"kita teman kan. rasa curiga itu hanya ada di awal. siapapun pasti akan bersikap sama dengan gue saat sahabatnya tiba-tiba saja mempunyai teman baru yang masa lalunya saja dia nggak tau" timpal Leo
"terimakasih, aku beruntung memiliki teman manusia seperti kalian" ucap Adam tulus
"kalau gitu sekarang kita susul Vino dan starla ke rumah sakit" ucap Leo
"terus, itu motor Vino bagaimana...?" tanya El
"aduh gimana ya. nggak mungkin kan Adam yang bawa" Leo menggaruk kepalanya
"kita cari orang untuk membawanya sampai di rumah sakit. nanti gue bayar" lanjut Leo
"ok lah"
mereka bertiga meninggalkan tempat itu. sebelum ke rumah sakit, seperti perkataan Leo, mereka menyuruh seseorang untuk membawa motor Vino dan untungnya ada yang mau. tentu saja karena ada upah dari pekerjaan itu.
sementara di rumah sakit. laki-laki yang Vino dan starla bawa, sekarang sedang berada di ruang UGD. kedua remaja itu menunggu di tempat duduk di depan ruangan itu.
Vino bersandar dan melipat kedua tangannya di dadanya. starla melirik tangan Vino masih dibalut dengan perban, karena luka pada saat menolong Rian dari tusukan istrinya.
"belum sembuh ya...?" tanya starla
"hah...? Vino terbengong
"lukamu, belum sembuh...?" ucap starla
Vino melihat tangannya yang masih di perban.
"belum" jawab Vino
"elu berani juga mengorbankan diri untuk orang lain"
"yah begitulah gue. hebat kan gue...?" Vino menaik turunkan alisnya
"cih, kumat lagi kepedeannya" cebik starla
Vino hanya tersenyum menanggapi ucapan gadis itu.
"baju elu penuh darah. sebaiknya elu gantian dulu" ucap starla
baju Vino di penuhi darah, darah dari laki-laki yang sekarang dalam keadaan berjuang melawan maut di dalam ruangan sana.
"nggak perlu. lagian gue nggak ada baju ganti" jawab Vino
hening, tidak ada lagi percakapan antara mereka berdua.
ruang UGD terbuka, seorang dokter wanita datang menghampiri mereka.
"kalian keluarga pasien...?" tanya dokter
"bukan dok. kami menemukannya di jalan dalam keadaan sekarat. bagaimana keadaannya dokter" jawab Vino
"pasien membutuhkan darah O, tapi sekarang kami kekurangan darah golongan itu. kalau tidak segera diatasi bisa-bisa pasien tidak terselamatkan" ucap dokter
"kebetulan darahku darah O, dokter bisa mengambil darahku saja" ucap Vino
"baiklah, mari kita periksa kesehatanmu dulu sebelum melakukan transfusi darah"
dokter dan Vino segera pergi meninggalkan ruang UGD.
"Vino" panggil starla
Vino berhenti dan berbalik melihat gadis itu. ia tersenyum dan mendekat.
"gue sampai lupa pamit padamu" ucap Vino
"gue pergi dulu ya. jangan nangis dan kangen" Vino mengacak rambut starla kemudian pergi meninggalkannya
deg......
starla terpaku di tempatnya mendapat perlakuan seperti itu dari Vino. dirinya teringat akan sesuatu.
"aku pergi dulu ya. jangan nangis dan kangen" mengacak rambut starla kecil
(kata-kata itu seperti....dia) batin starla yang terus melihat kepergian Vino sampai punggungnya tidak terlihat
El, Leo dan Adam tiba di rumah sakit. mereka segera ke ruang UGD karena Vino sudah memberitahu mereka.
"La, gimana...?" tanya El setelah mereka sampai
"masih ditangani dokter" jawab starla
"terus Vino dimana...?" tanya Leo
"laki-laki itu kekurangan banyak darah. stok darah di rumah sakit habis dan Vino mendonorkan darahnya karena darah mereka cocok" jawab starla
mereka menunggu di depan ruangan UGD. starla terus terpikirkan dengan perkataan Vino tadi. ia melirik El yang duduk bersama Adam.
(apakah dia memang sudah tidak ingat denganku...? tapi namanya kan El, sudah jelas itu adalah El-Syakir. dia juga masih menyimpan sapu tangan yang pernah gue kasi) batin starla
"aduh"
"kamu nggak apa-apa...?"
"tanganku terluka"
"aku kan sudah bilang jangan main itu. kamu sih nggak mau dengar" starla kecil mengambil sapu tangan dan mengikatnya di tangan anak laki-laki itu
"aw...sakit"
"elu nggak apa-apa...?"
"tangan gue berdarah"
"pakai ini" El mengambil sapu tangan di dalam tasnya dan mengikat luka starla. tentu saja starla tau sapu tangan itu.
(ternyata benar dia adalah kamu) starla terus menatap El
(tapi kenapa dia seakan tidak mengingat aku ya. mungkin saja dia lupa. aku harus berusaha lagi agar El dapat mengingat ku) starla terus menatap El
Vino telah kembali dari donor darah bersama dokter tadi. sebenarnya ia di anjurkan untuk istirahat karena dirinya baru saja mendonorkan darahnya, namun Vino menolak. ia ingin bersama teman-temannya. di tangannya sudah kantung yang ia pegang. isinya adalah roti dan juga susu khusus untuk dirinya yang telah mendonorkan darah, untuk memulihkan tubuhnya.
"elu kok ke sini. harusnya elu di istrahat di ruang rawat" ucap El
"nggak perlu. gue nggak selemah itu juga hanya karena telah donor darah" jawab Vino duduk di samping starla
"semoga dia selamat" ucap Vino melihat ke arah pintu ruang UGD
"aamiin, kita serahkan semuanya sama Allah" jawab Leo
"terus pembunuh itu gimana sekarang...?" tanya Vino
"astaga hampir lupa kita El. kita kan harus ke kantor polisi untuk menjelaskan kejadiannya" Leo menepuk jidatnya
"ya ampun, benar. kita pergi sekarang" ucap El
"aku ikut" ucap Adam
"Vin, La...kami pergi dulu ya. setelah selesai kami akan ke sini lagi" ucap El
"iya. hati-hati" jawab Vino dan starla
Leo dan El plus satu hantu, pergi meninggalkan ruang UGD. kini tinggal Vino dan starla di tempat itu.
"sudah jam berapa sih sekarang. handphone gue lobet" tanya Vino
starla mengambil handphone untuk melihat waktu.
"jam 21.00" jawab starla
"elu lapar nggak, nih gue ada roti sama susu" Vino memberikan kepada starla
"elu gimana...?"
"gue belum lapar"
starla mengambil kantung itu. ia membuka bungkusan roti yang berukuran besar itu dan membagi dua kemudian memberikan kepada Vino.
"kita bagi dua, rotinya lumayan besar" ucap starla
"thanks" Vino mengambil roti itu dan memakannya
"elu tumben nggak sensi lagi sama gue" ucap starla sambil memakan rotinya
"sebenarnya sih masih, apalagi kalau elu merengek terus ingin ikut El. gue risih tau nggak"
"cieee...risih atau cemburu...?" goda starla
"risih Maemunah. elu itu cewek, ngapain kejar-kejar cowok sampai segitunya. tiap hari kasi surat dan hadiah" jawab Vino
"namanya juga memperjuangkan cinta" ucap starla
"terus El terkesan gitu dengan cara yang elu lakukan...?"
starla menggeleng lemah. memang selama ini El tidak pernah meresponnya sama sekali. mereka juga akrab sekarang itu karena dirinya yang memaksa untuk ikut bersama mereka.
"tapi gue akan tetap berjuang" ucap starla
"melihat semangatmu sekarang ini, gue jadi teringat seseorang" ucap Vino
"siapa...?" starla menatap Vino
"nggak, bukan siapa-siapa" jawab Vino
Vino kembali memakan rotinya begitu juga dengan starla. rencana yang mereka untuk pergi ke rumah Leo harus gagal dan malah berbelok ke rumah sakit.
telah lama mereka menunggu namun sampai sekarang ruangan itu belum juga terbuka. starla sampai sudah terkantuk-kantuk dan terus menguap. Vino mendekatinya dan membawa kepala gadis itu ke bahunya. awalnya starla kaget dan berusaha mengangkat kepalanya namun Vino menahannya.
"tidurlah" ucap Vino
"apa nggak apa-apa...?" tanya starla
"bahkan memangku elu sekalipun gue masih sanggup"
plaaak....
"aw...itu tangan kebiasaan main pukul mulu" ringis Vino saat starla memukul lengannya
"siapa suruh ngomong sembarangan" ucap starla
"pantesan El nggak mau sama elu. elunya suka KDRT"
"itu gue kalau sama elu. kalau sama El, gue orangnya lemah lembut"
"dasar cewek" gumam Vino
starla bersandar di bahu Vino dan mencari posisi ternyaman untuk dirinya tidur. Vino melirik ke arah gadis itu dan sudut bibirnya terangkat.
Vino pun akhirnya menguap juga, namun ia harus bertahan sampai dokter keluar dari ruang UGD.
setelah berjam-jam menunggu, akhirnya dokter tadi keluar juga.
"dek Vino" panggil dokter
dimana dokter tau nama Vino...? jelas dia tau, sebelum melakukan pendonoran darah tentu saja Vino ditanyakan identitas miliknya.
Vino ingin beranjak namun ia bingung bagaimana dengan starla. seakan tau keadaan Vino sekarang, sang dokter lah yang menghampiri Vino di tempat duduknya.
"bagai dokter...?" tanya Vino was-was
"Alhamdulillah, Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk hidup" jawab dokter wanita itu
"Alhamdulillah ya Allah" Vino mengucap syukur
"lalu, bagaimana keadaannya sekarang...?"
"operasi sudah selesai dan kami akan membawanya ke ruang perawatan. silahkan dek Vino mengurus administrasinya.
"baik dokter"
laki-laki itu keluar dari ruang UGD dengan ranjang rawatnya. ia di dorong beberapa suster untuk ke ruang perawatan.
"La, bangun" Vino mengguncang pelan bahu starla
"eeuuummm.... kenapa...?" starla mengangkat kepalanya
"operasinya sudah selesai"
"terus, gimana. dia selamatkan...?"
"iya. gue mau urus administrasinya dulu. kamu ke ruang perawatannya saja"
"baiklah"
mereka berdua meninggalkan tempat itu. Vino ke tempat pengurusan administrasi sedangkan starla, gadis itu ke ruang perawatan laki-laki yang mereka tolong.
di kantor polisi, Leo dan El memberikan keterangan terkait peristiwa yang alami sampai ada satu orang yang menjadi korban.
semua yang mereka tau mereka ungkapkan tanpa menutupi sedikitpun. Adam hanya duduk sambil memperhatikan sekelilingnya.
setelah selesai, mereka pergi dari tempat itu. Leo yang merasa lapar mengajak El untuk makan terlebih dahulu.
"kita bungkus saja, sekalian untuk Vino dan starla" ucap El
"baiklah, maksud gue juga begitu" jawab Leo
"dam, elu nggak mau makan...?" tanya El melihat Adam
"emang dia makan gitu makanan kita...?" tanya Leo
"setelah mati, aku nggak merasakan kelaparan sedikitpun. tapi kalau kalian mau memberikan aku makan, tentu saja aku mau" jawab Adam
"emang elu mau makan apa, sama seperti kita...?" tanya El namun Adam menggeleng
"aku mau bunga melati" jawab Adam
"Melati...?" tanya El
"iya" jawab Adam
"elu mau makan bunga...?" lagi-lagi El bertanya
"elu gimana sih. bunga melati kan memang khusus untuk orang mati, wajarlah kalau dia suka bunga melati" timpal Leo
"tapi kita mau cari dimana bunga melati. yang ada mah di kuburan" ucap El
"kalau gitu kita ke kuburan saja" ucap Adam
"ogah...elu saja sono yang pergi" tolak Leo
"nggak usah ke kuburan. kita beli saja di toko bunga. sekarang kita beli makanan dulu" ucap El
mereka bertiga mencari warung makan untuk membeli makanan dan membungkusnya karena mereka akan makan bersama Vino dan starla di rumah sakit. mereka juga membeli beberapa minuman. tentu saja setelah makan mereka harus minum.
selesai membeli makanan, mereka mencari toko bunga untuk membelikannya Adam bunga melati.
"itu tokonya" tunjuk Adam
El berhenti di depan penjual bunga begitu juga dengan Leo. El masuk ke dalam dan menanyakan bunga melati. tidak lama El keluar lagi dengan bunga melatinya.
"udah semua kan, balik yuk" ajak Leo
"tunggu" ucap Adam
"ada apa...?" tanya El
"aku merasakannya ada aura kesedihan di sini" ucap Adam
"gue happy aja dari kemarin" ucap Leo
"bukan manusia....tapi"
"arwah maksud lu...?" tanya El dan Adam mengangguk
"ampun daaaah, kita setiap kemana-mana ada arwah mulu" ucap Leo
"tolong" terdengar suara yang sangat menyayat hati
"suara siapa tuh...?" tanya Leo
"t-tolong" suara itu terdengar lagi
mereka semua melihat ke arah sumber suara. di sana terdapat seorang wanita dengan pakaian penuh darah. perutnya bolong tembus di belakang membuat darah terus saja mengucur. wajahnya pucat pasi, mulutnya robek sampai di telinganya. darah terus mengucur dari mulut dan perutnya.
"s....s....s-setan" Leo gugup di tempatnya
El berpaling tidak ingin melihat sosok di depan mereka itu. ia serasa mual melihat darah begitu banyak. Adam hanya menatap sosok itu tanpa berbuat apa-apa.
drrrrtttt... drrrrtttt. ponsel El bergetar
📞 El
halo Assalamualaikum
📞 Vino
alaikumsalam. kalian dimana sih, lama banget datangnya
📞El
ini lagi di jalan
📞 Vino
jalan kemana...?
📞 El
ke rumah sakit
📞 Vino
ok lah. beli makanan ya, gue lapar banget
📞 El
iya.
klik....
El mematikan panggilan. sosok itu masih berada di tempat itu terus meminta tolong.
"kita pergi sekarang" ajak El
Leo segera menyalakan motornya meninggalkan toko bunga itu, begitu juga dengan El dan Adam.
"tolong" sosok itu menatap kepergian El dan Leo