"Punya mata nggak?" mengabaikan permintaan maafnya, orang itu malah membentak. Ia menatap Rahma benci. "Kalo punya tuh dipake baik-baik, jangan asal nabrak aja." Pemuda berwajah rupawan itu mendengkus keras, kesal tentunya. "Dasar aneh," ucapnya lagi.
Ridho Ahmad Wibowo dari awal sekolah sangat tidak suka dengan gadis bernama Rahma. Bahkan tak segan-segan membully walaupun gadis itu tidak salah apa-apa.
Namun, takdir berkata lain dimasa depan ia malah menikahi gadis itu dengan perjuangan yang tak mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WidiaWati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian semestes 1
Rahma masih saja duduk di taman, ia menerka kembali ucapan pemuda tadi. Gadis itu jadi bingung, apa mungkin yang dikatakan pemuda tadi serius atau mungkin tidak. Entahlah yang jelas ia sangat syok mendengar itu semua, ia tak menyangka pemuda itu akan mengucapkan hal ini.
Di satu sisi gadis itu merasa senang, tapi di sisi lain ia masih merasa takut pemuda itu akan berubah seperti dulu lagi.
Pulang sekolah Rahma menolak untuk diatarkan Dimas pulang, ia memilih pulang bersama ayahnya.
Setelah pulang sekolah dan sholat Ashar, seperti biasa Rahma membantu ibunya berjualan di pasar.
Malam harinya Rahma masih saja memikirkan ucapan pemuda di taman tadi. Ia jadi tidak fokus belajar, dan memilih langsung tidur setelah sholat isya.
* * *
Ridho kini sedang sedang duduk di meja belajarnya, ia mencoba membahas soal-soal matematika yang ada di buku. Mengulang-ngulang mengerjakannya, namun sangat sulit sekali bagi Ridho. Pelajaran yang berhubungan dengan angka tersebut membuatnya pusing. Tapi tiba-tiba saja muncul sebuah ide di otaknya. Ia mengambil tas ranselnya dan memasukan buku matematika itu ke dalam tas tersebut. Mengambil kunci motor lalu pergi menjauh dari rumah besar itu.
Tok tok tok ...
Suara ketukan beberapa kali dari luar membuat Rahma terbangun, ia melirik jam yang menunjukkan pukul 8 malam.
"Siapa yang bertamu malam-malam begini?" gumamnya.
Rahma mengambil jilbab biru navy yang tergantung di belakang pintu kamarnya lalu memakainya. Perlahan ia keluar dari kamar dan melangkah agak oleng karna berberapa menit yang lalu ia tertidur.
"Rahma, ada temanmu di ruang tamu," ucap bu Fatimah memberitahu anaknya.
Rahma mengerutkan keningnya.
"Siapa bu?" tanyanya.
"Nak Ridho," jawab bu Fatimah lalu berlalu ke dapur untuk membuatkan minum.
Mendengar hal itu kaki Rahma langsung lemas, ia sangat gugup. Apa mungkin dia mau membahas hal di sekolah tadi. Tapi katanya setelah lulus, kenapa sekarang dia kesini, pikirnya.
Mencoba melawan rasa gugupnya sekuat tenaga, gadis itu melangkah ke rumah tamu.
"Hay Rahma." Ridho tersenyum melihat gadis yang ia tunggu muncul.
"Ada apa, kenapa malam-malam ke sini?" tanya Rahma yang telah mendudukan tubuhnya di sofa agak jauh dari pemuda itu.
Ridho menggeser tubuhnya sedikit medekat pada gadis itu, membuat gadis gitu juga ikut bergeser menjauh.
"Gue ke sini mau minta tolong," ucap Ridho sambil menatap wajah gadis itu, membuat gadis itu salah tingkah dengan keringat bercucuran di keningnya.
"Minta tolong apa?" tanya gadis itu sambil melihat sembarang arah takut menatap wajah pemuda yang ada di sampingnya itu.
Ridho tersenyum dan mengeluarkan buku Matematika yang tak lain milik Indra itu.
"Tolong bantu gue untuk menyelesaikan soal ini." Ridho memperlihatkan soal yang sama sekali tak ia mengerti jawabannya.
Rahma menghela nafasnya dan mengambil buku itu.
"Baiklah akan ku bantu," ucap Rahma yang akhirnya tersenyum.
"Silahkan Nak diminum teh angatnya," ucap bu Fatimah yang muncul dari arah dapur.
Rahma mulai membantu Ridho menyelesaikan soal-soal itu, ia mencoba menerangkan bagian yang tidak pemuda itu pahami. Setelah sekian lama dengan berulang-ulang kali salah, akhirnya Ridho mengerjakan soal itu dengan benar. Kemudian beralih ke soal lain yang mungkin tidak Ridho pahami. Dengan sabar Rahma mengajarinya sampai tak terasa waktu menunjukan pukul 10 malam.
"Udah selesai nih Rahma, jawaban gue benar nggak. Eh dia tidur," ucap Ridho sambil memandangi wajah Rahma yang tertidur lelap bersandaran di sofa.
Ridho melirik jam tangan. "Ternyata sudah jam 10, kenapa cepat sekali? Belajar dengannya sama sekali tidak membuat gue bosan," gumam Ridho.
"Gue bangunin apa nggak ya. Kasian juga kalo di bangunin." Ridho membaringkan Rahma di sofa dengan posisi tidur duduknya.
"Eh Nak Ridho, Rahmanya ketiduran ya?" tanya bu Fatimah yang baru saja keluar dari kamar.
"Iya Bu, saya permisi pulang dulu ya Bu. Assalamu'alaikum," pamit Ridho lalu menyalami bu Fatimah.
"Wa'alaikum salam," sahut bu Fatimah seraya tersenyum.
Jam 3 dini hari Rahma terbangun, dan ia terkejut saat tau ternyata ia tidur di sofa. Ia bangun dan berlalu ke kamar mandi yang ada di dapur.
Siang itu saat istirahat Rahma duduk di taman sambil memakan bekal yang ia bawa dari rumah. Hari ini ia membawa bekal rendang yang ia bikin sendiri tadi pagi. Masakan yang berasal dari padang itu memang salah satu makanan kesukaan Rahma.
Setelah membaca doa perlahan ia memakan makanan itu.
"Apa itu?" tanya seseorang yang berada di samping Rahma.
Orang itu langsung mengambil makanan Rahma yang baru beberapa sendok ia makan.
"Kita tukaran bekal aja ya, gue juga bawa bekal nih." Orang itu menyodorkan kotak bekalnya pada Rahma.
"Ayo ambil, mulai sekarang kita tukaran bekal," ucap orang itu lagi.
Dengan ragu-ragu Rahma mengambil kotak bekal dengan merek tupperware itu dan membukanya.
"Makanlah," ucap orang itu sambil memakan bekal yang dibawa Rahma.
Rahma pun memakan bekal orang itu yang tak lain adalah Ridho.
"Ternyata rendang itu enak juga ya, ini lo yang masak?" Ridho mengunyah rendang daging sapi yang ia gigit.
"Iya."
Sebenarnya pemuda itu tidak menyukai danging sapi, tapi entah kenapa masakan yang berasal dari padang itu membuatnya jadi suka.
Beberapa minggu kemudian ujian semestes 1 pun di mulai.
Pagi itu guru pengawas membagikan kertas ulangan pada masing-masing murid. Ridho dengan tenang mengikuti ujian itu, entah kenapa ujian kali tidak yang membuatnya kesulitan. Begitu juga dengan Rahma, gadis itu dengan santainya mengerjakan soal-soal itu.
"Nggak sia-sia gue belajar semalam di rumah Rahma," gumam Ridho yang tampak tersenyum.
Sedangkan Indra agak heran melihat temannya itu tak seperti biasanya. Sesekali ia menengok ke lembar jawaban Ridho. Dengan cepat Ridho menutup lembar jawabannya.
"Sok sok nutup-nutupin lo Bro, palingan jawaban lo salah semua," gumam Indra yang di lontarkannya dalam hati.
Dua jam telah berlalu, kini saatnya murid-murid mengumpulkan lembar jawabannya ke depan.
"Gila soalnya susah bener Bro, tapi kok lo bisa tenang gitu sih?" tanya Indra yang tampak heran.
"Susah dari mananya, jelas-jelas soalnya mudah gitu kok," sahut Ridho sambil berjalan menuju parkiran.
"Mudah? Lo jangan bercanda Bro." Indra mengikuti Ridho menuju parkiran.
"Siapa yang bercanda, gue serius kali," ucap Ridho yang langsung ke dalam mobilnya dan melajukan mobil menuju pulang.
Saat di rumah Ridho disambut bik Ira dengan Ramah.
"Den, tuan sudah balik dari luar kota Den," ucap bik Ira.
Mendengar papanya pulang, Ridho jadi malas. Ia langsung berlalu ke dalam kamarnya tidak mempedulikan papanya yang duduk di ruang tamu itu.
"Ridho mau kemana kamu?" tanya Hermana sedikit keras saat melihat anaknya hendak keluar dari rumah.
Ridho tidak menjawab sama sekali pertanyaan laki-laki paruh baya itu. Ia langsung masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan laki-laki paruh baya itu yang menatapnya dengan kesal di sana.
* * *
Jangan lupa tinggalkan jejak ...
Terimakasih telah membaca😇