Warning 21+!! mengandung banyak adegan dewasa dan kekerasan.
Deva Ghazanvar, seorang pria dewasa berusia 30 tahun. Seorang Mafia berdarah dingin, harus membalaskan dendam pada keluarga Darian Emery. Hingga pembantaian pun terjadi, dan hanya menyisakan Putri semata wayang dari keluarga Emery, Davina Emery.
Demi pembalasan dan kepuasannya sendiri, Deva menikahi Davina, membuat wanita itu mati secara perlahan di tangannya.
Bagaimanakah cara Deva, menekan istrinya secara perlahan menuju jurang kematian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arandiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Calon Anakku
Selamat membaca ...
...****************...
Entah apa yang Davina rasakan, senang atau sedih. Namun, rasa benci di hati Davina membuat semuanya tak berarti untuk wanita itu. Kehamilan dan keturunan yang di inginkan oleh orang lain, adalah suatu bencana baginya.
“Tidak, ini tidak boleh terjadi, aku tidak boleh mengandung anak pria kejam seperti Deva. Aku tidak akan pernah menerima keturunan dari pria iblis itu,” gumam Davina lalu bangkit mencari kotak obat, entah apa yang akan ia lakukan. Hingga wanita itu menemukan apa yang ia cari sejak tadi.
Obat paracetamol, Davina ingin meminum beberapa butir obat tersebut untuk membunuh bayi yang ada dalam kandungannya tersebut. Davina meminum empat butir obat tersebut sekaligus agar bisa menggugurkan bayinya.
“Maaf nak, seharusnya kau tidak hadir dalam kehidupanku, harusnya kau tidak ada dalam rahimku. Kau adalah anak dari pria yang sudah membunuh seluruh keluarga dan juga kehidupan ku. Kau boleh saja hadir di dunia ini, tapi tidak di dalam rahimku. Deva, aku akan membalas semua perbuatan mu, membunuh anak mu adalah rencana kecilku, suatu saat aku pasti juga akan membunuh mu,” gumam Davina sambil terus terisak. Hingga perutnya mulai terasa panas dan seperti sedang di aduk-aduk.
“Akhhss! Kenapa rasanya sangat sakit. Tidak, aku tidak boleh sampai terdengar oleh siapapun, aku akan menahannya,” ucap Davina dengan wajah pucat dan keringat dingin muai bercucuran. Tak kuat untuk menahan rasa sakit tersebut, akhirnya Davina jatuh pingsan.
...----------------...
Di sisi lain, Deva yang sedang buru-buru untuk pulang agar bisa mencegah istrinya membunuh calon anaknya, sambil mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Hingga suara dering ponsel miliknya berbunyi, memecahkan konsentrasinya. Nama Aliya terpampang jelas di layar benda pipih miliknya. Dengan segera Deva menggeser ikon warna hijau tanda ia menerima panggilan telepon tersebut.
“Halo tuan. Tuan cepat pulang, nona Davina jatuh pingsan dan mengalami pendarahan,” ucap Aliya tanpa basa-basi lagi, membuat Deva menggertakan giginya menahan amarah yang sudah siap meledak.
“Cepat panggil dokter dan selamatkan anak ku! Aku sudah hampir sampai,” bentak Deva yang segera memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.
Deva benar-benar ingin segera sampai ke Mansion nya, agar bisa menyelamatkan calon anaknya.
“Davina, kau benar-benar sudah kelewatan, kau adalah wanita gila, yang tega membunuh anaknya sendiri. Tidak! Bayi itu bukan anak wanita rendahan seperti Davina, tapi anak itu hanya milikku. Aku benar-benar akan membunuh mu, jika sesuatu terjadi pada anakku,” geram Deva sambil terus menancapkan pedal gas mobilnya dengan kecepatan tinggi.
...----------------...
Tak butuh waktu lama lagi, akhirnya Deva sudah sampai di Mansion miliknya. Pria itu langsung turun dan melangkahkan kakinya menaiki anak tangga dengan cepat. Ia tidak ingin jika sesuatu terjadi pada anaknya.
Deva membuka pintu kamar Davina, di sana terlihat Davina yang terbaring lemah dengan seorang dokter kandungan, sedangkan Aliya berdiri di samping wanita yang tengah terbaring lemah tersebut.
“Aliya, apa yang terjadi dengan calon anakku?” tanya Deva dengan tiba-tiba, dan membuat semua orang yang ada di sana merasa terkejut.
“Tuan, Nona Davina sudah mengkonsumsi beberapa obat tanpa konsultasi ke dokter terlebih dahulu, Nona Davina juga diperkirakan meminum obat tersebut lebih dari satu, hingga membuat kehamilannya terancam bahaya. Untung saja istri anda segera tertolong dan bayi yang ada dalam kandungannya selamat, hanya saja sekarang melemah,” ucap sang dokter dengan panjang lebar.
“Keluar!” bentak Deva dengan wajah yang memerah dengan amarah yang membuncah.
“Tap--,”
“Aku bilang keluar semuanya! Aliya, bawa dokter ini keluar sekarang juga, aku akan memberi hukuman untuk wanita itu,” bentak Deva sekali lagi.
Mendengar hal itu, Aliya segera keluar dengan sang dokter. Setelah kepergian Aliya dan dokter tadi, Deva langsung melangkahkan kakinya menuju tempat tidur milik Davina, dengan tatapan yang di penuhi kabut amarah.
Davina yang sudah sadar tapi masih merasa lemah tak berdaya, hanya bisa menatap Deva dengan rasa takut yang teramat sangat. Namun, Deva tak menggubris semua itu, ia tetap akan memberi Davina sebuah hukuman.
...****************...
Terima kasih.
terima kasih thor ceritanya sangat bagus dan gak bertele2,,sangat menghibur walau aku harus ikut menangis 😭😭😭