Dor,,, dor
"Dasar wanita bodoh" ucap Alex.
"K-kenapa?"ucap Saviera terbata-bata.
"Sayang, apakah masih lama? aku sudah tidak sabar untuk menikmati harta kekayannya ini loh" ucap Alexsa.
Saviera dan Lexsa merupakan sahabat, akan tetapi Alexsa tidak pernah senang dengan apa yang Saviera dapatkan.
"K-kau menusuk ku Lex-sa" ucap Saviera terbata-bata.
"Kau itu adalah perempuan bodoh yang pernah aku temui,, hahahah" tawa Alexsa menggema di ruangan itu.
Dor,,,
Tembakan terakhir, berhasil membuat Saviera kehilangan nyawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suci Aulia fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepulangan Saviera
"Kenapa aku ngerasa nona berubah ya?" batin Lili.
"Kapan saya keluar" ucap Saviera memecah keheningan.
"H-hmm,,, saya tanya dokter dulu non" ucap Lili.
"Hmm" ucap Saviera.
Lili keluar dari ruangan rawat Saviera. Lili sesegera mungkin menemui dokter yang bertanggung jawab merawat nonanya. Selesai menemui dokter, Lili kembali ke ruangan Saviera.
"Bagaimana?" tanya Saviera.
"Kata dokternya, ia akan mengecek nona terlebih dahulu baru ia bisa memutuskan untuk memperbolehkan nona keluar atau tidaknya dari rumah sakit ini" jelas Lili.
"Hm,,, apa kau membawa handphone ku Lili" ucap Saviera.
"Ada nona, tunggu saya ambilkan" Lili segera mengambil handphone majikannya yang terletak di dalam tas majikannya itu.
Setelah menerima handphonenya, Saviera langsung melihat apa saja isi dari handphone milik Saviera sebelumnya.
"Shittt,,, warna wallpaper handphone sangat merusak mata, ganti!" baru saja Saviera membuka handphone Saviera malah yang ia dapat wallpaper handphone dengan warna pink.
Saviera memulai kehidupan barunya dengan mengganti semua yang ada di handphone Saviera sebelumnya.
"Kalau begini lebih bagus" gumam Saviera.
Selanjutnya Saviera ingin memeriksa pesan yang masuk melalui aplikasi hijau itu. Ia marah, karna pesan yang semuanya kirimkan untuk Saviera adalah keinginan untuk Saviera tiada. Sayangnya keinginan mereka terkabul, akan tetapi Saviera yang telah tiada itu diganti dengan Saviera dengan versi mengerikan.
Setelah membaca semua pesan, Saviera menghapus semua pesan dari saudara tirinya, ibu tirinya, dan teman-temannya. Tampaknya cuma ayah Saviera yang tidak menghubunginya.
"Sungguh kasihan sekali nasibmu Saviera,,, tidak ada yang peduli denganmu" gumam Saviera.
Pada akhirnya Saviera mengganti profil picture semua media sosial.
"Melelahkan sekali" ucap Saviera setalah selesai mengganti profil picture semua media sosial Saviera.
"Kenapa anda lelah nona?" tanya Lili bingung, karna sedari tadi nonanya itu cuma fokus bermain handphone.
Ketika Saviera hendak menjawab pertanyaan Lili, dokter yang merawat Saviera datang untuk memeriksa kondisinya.
"Permisi nona, saya akan memeriksa kondisi nona" ucap dokter.
"Hmm" jawab Saviera singkat.
Setelah dokter memeriksa kondisi Saviera, barulah ia bisa memutuskan.
"Karna kondisi nona sudah membaik, saya akan mengizinkan nona pulang,, tapi nona harus banyak beristirahat dan jangan lupa meminum obat yang sudah saya resep kan" ucap dokter itu.
"Hmm" jawab Saviera.
"Kalau begitu saya permisi dulu" ucap dokter itu seraya memberikan resep obat kepada Lili.
"Nona, saya akan menebus obat nona terlebih dahulu, baru lah siap itu kita bersiap-siap untuk pulang" jelas Lili di jawab dengan anggukan oleh Saviera.
Karna menebus obat itu membutuhkan waktu, Saviera memanfaatkan waktunya untuk menyimpan barang-barangnya sendiri. Setelah selesai ia kembali melihat handphone nya.
"Sepertinya masih di tahun yang sama," gumam Saviera yang mengingat kematiannya di raga sebelumnya.
Saviera mencari informasi tentang kematiannya dan dua penghianatan itu. Seketika tangan Saviera langsung mengepal, karna kematiannya di rekayasa oleh mantan kekasihnya dan mantan sahabatnya. Mereka merekayasa kematian Saviera dengan meledakkan gedung tempat mereka membunuh Saviera.
"Biadab kau Alex, tunggu saja pembalasanku" gumam Saviera.
Selanjutnya, Saviera mencari tahu kondisi harta kekayaannya dan orang-orang di bawah tanah.
"Hahaha,,,, kalian tidak akan pernah bisa mengambil milikku" gumam Saviera.
Semua harta yang dimiliki Saviera sudah ia amankan dan tidak mudah untuk kedua makhluk hidup itu membobol keamanan yang Saviera ciptakan.
Kondisi klan mafia yang di pimpinya masih aman. Bukan berarti tidak ada musuh yang ingin membabat habis klannya itu, hanya saja klannya itu sangat kuat belum lagi fasilitas senjata canggih yang tersedia. Itu sudah cukup untuk membabat semua musuh rendahan yang hendak menghancurkan klannya itu.
Selanjutnya Saviera menghubungi seseorang.
"Hallo" jawab seseorang di seberang sana.
"Temui saya di negara I" lalu panggilan itu terputus.
"Nona, anda habis menelfon siapa?" tanya Lili yang tidak sengaja mendengar telfon singkat majikannya.
"Seseorang, apa sudah siap?" tanya Saviera.
"Sudah, sa-,,, eh,,,, nona sudah membereskan semuanya?" ucap Lili kaget karena barang-barang yang akan di bawa pulang sudah dirapikan.
"Ayok kita pulang" ucap Saviera lalu melangkah keluar dari ruangan meninggalkan Lili yang masih termenung.
"E-eh,,,, nona tunggu" ucap Lili mengejar majikannya itu.
****
"Siapa?" tanya Jenifer kepada temannya yang baru saja mendapat telfon dari orang asing.
"Tidak tau, tapi cara dia berbicara sangat mirip dengan Saviera Jen" ucap Monica.
"Mungkin cuma kebetulan Mon,,,," ucap Rosa menenangkan Monica.
"Gak mungkin kebetulan Ros, cara dia berbicara dan cara dia memerintah itu sama dengan Saviera" tegas Monica.
"Memerintah?" tanya Jenifer.
"Dia memerintahkan untuk menemuinya di negara I,,,," jelas Monica.
"Palingan itu orang iseng" jelas Rosa menangkan Monica.
"Gak! Itu bukan orang iseng,,, aku kenal betul dengan cara memerintah seperti itu,,, pokonya kita akan terbang ke negara I saat ini juga" ucap Monica tidak mau di bantah.
"Anak ini kalau sudah ada kemauannya pasti tidak bisa bilang tidak, ini akibat Saviera terlalu memanjakannya" ucap Jenifer.
Saviera sangat memprihatikan Monica, karna dari ketiga temannya itu cuma Monica yang sedikit ceroboh dalam bertindak dan di tambah kehidupan Monica yang di penuhi dengan air mata. Hal itu membuat Saviera bertekat untuk membuat Monica bahagia.
"Ayok berangkat" ucap Monica kepada kedua temannya itu.
"Sekarang?" tanya Jenifer.
"Tahun depan,,,, ya sekarang dong,,, ayokkkkk!!!!" ucap Monica yang sudah beranjak dari posisi duduknya.
Pada akhirnya mereka mengikuti kemauan Monica. Sebenarnya Rosa dan Jenifer juga penasaran dengan seseorang yang menelfon Monica barusan, tapi mereka tidak yakin kalau seseorang itu adalah sahabat mereka Saviera.
****
"Apa ini rumahku?" tanya Saviera saat sampai di kediaman keluarganya.
"Ia nona, ini rumah nona" jelas Lili.
Saviera tidak menjawab, ia melangkahkan kakinya memasuki rumahnya. Di dalam rumah, ia sama sekali tidak dihiraukan sedangkan pada pelayan berani metap nya dengan pandangan rendah padahal mereka lah yang lebih rendah dari pada Saviera.
"Kau sudah pulang" tanya Gunawan kepada anak gadisnya dari pernikahannya dengan mendiang istrinya.
Saviera tidak menjawab hanya saja menatap Gunawan dari atas sampai kebawah.
"Lili, dimana kamarku?" tanya Saviera.
"E-eh,,,, kamar nona ada di lantai dua nona" ucap Lili takut, karna di depannya ada ayah dari nonanya.
"Ayok ke kamar" ucap Saviera.
"Sepertinya kau sudah mulai melawan kepada ayahmu ini" ucap Gunawan emosi karna tidak di hiraukan Saviera.
Namun, Saviera tidak menjawab omongan dari Gunawan. Hanya saja, Saviera menatap Gunawan dengan tatapan yang sangat tajam sehingga membuat Gunawan merasa ketakutan atas tatapan putrinya itu, belum lagi aura yang di keluarkan Saviera seakan-akan siap untuk melahap dirinya hidup-hidup