NovelToon NovelToon
Ketika Cinta Ditentang Takdir

Ketika Cinta Ditentang Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Persahabatan / Angst / Romansa / Roh Supernatural / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:12.5k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

Bayu, seorang penyanyi kafe, menemukan cinta sejatinya pada Larasati. Namun, orang tua Laras menolaknya karena statusnya yang sederhana.

Saat berjuang membuktikan diri, Bayu tertabrak mobil di depan Laras dan koma. Jiwanya yang terlepas hanya bisa menyaksikan Laras yang setia menunggunya, sementara hidup terus berjalan tanpa dirinya.

Ketika Bayu sadar dari koma, dunia yang ia tinggalkan tak lagi sama. Yang pertama ia lihat bukanlah senyum bahagia Laras, melainkan pemandangan yang menghantam dadanya—Laras duduk di pelaminan, tetapi bukan dengannya.

Dan yang lebih menyakitkan, bukan hanya kenyataan bahwa Laras telah menikah dengan pria lain, tetapi juga karena pernikahan itu terpaksa demi melunasi hutang keluarga. Laras terjebak dalam ikatan tanpa cinta dan dikhianati suaminya.

Kini, Bayu harus memilih—merebut kembali cintanya atau menyerah pada takdir yang terus memisahkan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Sebuah Tamparan

Wati dan Sherin saling pandang, jelas terkejut mendengar fakta ini.

Darma terdiam sejenak, lalu tertawa kecil, seolah anggapan Laras itu berlebihan. "Laras, Laras… Kamu ini masih terlalu polos," katanya sambil menggeleng. "Dunia ini nggak sehitam putih itu. Memangnya laki-laki sukses mana yang nggak punya sisi nakal? Justru itu buktinya dia punya daya tarik dan bisa menaklukkan wanita."

Laras ternganga tak percaya. "Jadi Ayah bangga dengan kelakuan bejatnya?"

Darma mengangkat bahu santai. "Bukan masalah bangga atau nggak. Yang jelas, dia punya uang, kekuasaan, dan pengaruh. Kamu bisa saja jadi wanita yang akhirnya membuatnya berubah. Kalau dia benar-benar jatuh hati sama kamu, hidup kita bisa jauh lebih enak."

Laras mengepalkan tangan, dadanya naik turun menahan amarah. "Jadi ini cuma soal uang buat Ayah?"

Darma menatapnya tanpa ragu. "Di dunia ini, uang adalah segalanya, Nak."

Wati menimpali, "Ayahmu benar. Sekarang dia tertarik sama kamu. Mungkin aja dia udah tobat dan benar-benar mau menikah. Kenapa nggak kasih dia kesempatan?"

Laras memandang ibunya dengan ekspresi tak percaya. "Ibu serius? Setelah tahu dia kayak gitu, Ibu juga tetap berharap aku sama dia?"

Sherin ikut menimpali dengan mata berbinar. "Justru itu, Kak. Kalau dia emang suka sama Kakak, kenapa nggak dimanfaatkan? Siapa tahu nanti Kakak bisa mengubahnya jadi pria yang baik, hehe."

Laras menggeleng tak percaya. "Kalian ini..." Ia mengalihkan pandangannya ke Darma. "Apa Ayah benar-benar ingin putri Ayah dijadikan mainan oleh atasan Ayah sendiri?"

Darma terdiam sejenak, lalu mendesah. "Laras, tidak ada asap kalau tidak ada api. Mungkin memang ada gosip seperti itu. Tapi siapa tahu dia benar-benar mau berubah? Kalau kamu bisa menaklukkan dia, bukankah itu bagus? Kamu bisa hidup berkecukupan tanpa harus kerja siang malam."

Laras menatap ayahnya tajam. Ada sesuatu dalam nada bicara Darma yang membuatnya sadar—ayahnya tidak benar-benar peduli apakah Edward pria baik atau tidak.

Yang penting adalah keuntungan yang bisa mereka dapatkan jika Laras bisa menikahi pria kaya seperti Edward.

Laras mengeratkan rahangnya, mengepalkan tangan. "Jadi, Ayah nggak peduli kalau dia bejat, yang penting dia kaya?" tanyanya dengan suara bergetar menahan emosi.

Darma mengangkat bahu. "Hidup itu memang begitu, Laras. Kadang kita harus ambil kesempatan yang ada."

Sherin tersenyum puas. "Kalau Kakak nggak mau, ya udah. Kasih aja buat aku."

Laras menatap adiknya dengan tatapan tajam. "Silakan. Tapi jangan pernah menyesal kalau suatu hari dia memperlakukanmu seperti barang yang bisa dibeli dengan uang!"

Laras berdiri dengan kasar, mengambil tasnya dan melangkah ke kamar dengan wajah penuh amarah.

Darma hanya menghela napas, sementara Wati dan Sherin saling pandang dengan ekspresi penuh perhitungan.

Bagi mereka, moralitas bukanlah masalah. Yang penting adalah keuntungan.

***

Acara amal malam itu berlangsung megah. Ballroom luas dihiasi lampu kristal yang berkilauan, dentingan gelas sampanye terdengar di sana-sini, dan para tamu dari berbagai perusahaan hadir dalam balutan busana elegan.

Laras tampil sederhana seperti biasa, tapi tetap cantik dengan gaun selutut berwarna biru tua. Rambutnya digerai alami, hanya dihiasi jepit kecil di satu sisi. Ia memang tak suka tampil berlebihan, tapi justru kesederhanaannya itu yang menarik perhatian.

Dan salah satu yang paling terpikat adalah Edward.

Sejak tadi, pria itu terus mengamatinya. Senyumnya mengembang saat ia akhirnya berjalan mendekati Laras, mengambil gelas anggur dari pelayan yang lewat, lalu berdiri di sisinya.

"Laras," sapa Edward dengan suara rendah yang terdengar akrab, meskipun mereka sebenarnya tidak dekat.

Laras mendesah pelan, menoleh sekilas dengan ekspresi datar. "Pak Edward."

"Kau terlihat cantik malam ini," pujinya, memerhatikan bagaimana gaun itu membingkai tubuhnya dengan anggun. "Tapi kurasa aku sudah tahu sejak awal kalau kau selalu menarik."

Laras menegang, merasa terganggu. "Maaf, saya ada urusan."

Ia berusaha pergi, tapi Edward tetap mengikutinya, berjalan di sampingnya dengan santai.

"Apa terlalu sulit bagimu untuk meluangkan sedikit waktu berbicara denganku?" Edward bertanya, nada suaranya ringan tapi ada nada mengejek di dalamnya.

Laras mendengus, meliriknya dengan kesal. "Saya tidak punya waktu untuk permainan ini, Pak Edward."

Edward hanya tersenyum tipis, menikmati bagaimana Laras selalu berusaha menjauh darinya.

Namun, sebelum Laras bisa benar-benar meninggalkannya, seseorang yang terburu-buru lewat di belakangnya tanpa sengaja menabraknya.

Laras kehilangan keseimbangan.

Refleks, Edward menangkapnya sebelum ia jatuh ke lantai.

Saat Laras menegakkan wajahnya, ia baru sadar seberapa dekat mereka. Wajah Edward hanya beberapa inci darinya. Napas pria itu terasa hangat di kulitnya.

Dan sebelum Laras bisa bergerak, Edward menurunkan kepalanya dan mencium bibirnya.

Laras membelalak.

Seketika darahnya mendidih.

Tanpa berpikir panjang, ia mendorong Edward sekuat tenaga hingga pria itu sedikit terhuyung ke belakang.

PLAKK!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Edward.

Suara itu bergema di seluruh ballroom, menghentikan percakapan orang-orang di sekitar mereka. Semua mata kini tertuju pada mereka.

Laras menatap Edward dengan tatapan penuh amarah, dadanya naik turun karena emosi yang meledak. "Apa kau sudah gila?!"

Edward tetap diam sejenak, pipinya memerah akibat tamparan itu. Sorot matanya gelap, tapi bibirnya perlahan melengkung membentuk senyum samar.

Sementara itu, bisik-bisik mulai terdengar di antara para tamu. Beberapa orang tampak terkejut, beberapa lainnya menahan senyum geli melihat seorang Edward—pria yang selalu mendapatkan apa yang ia inginkan—akhirnya kena tamparan telak.

Edward akhirnya berbicara, suaranya tetap tenang meskipun jelas menahan malu. "Itu hanya kecelakaan, Laras."

Laras tertawa pendek, penuh ejekan. "Kecelakaan? Oh, maaf, saya lupa, Anda memang terbiasa mendapatkan wanita dengan cara seperti ini, 'kan?"

Wajah Edward menegang. Beberapa tamu yang mengenal reputasinya menahan napas, menyadari bahwa Laras baru saja menyinggung sesuatu yang sangat sensitif.

Laras melangkah maju, mendekati Edward, lalu berbicara dengan suara rendah namun tajam, cukup untuk didengar oleh orang-orang di sekitar mereka.

"Saya bukan wanita yang bisa Anda beli, Pak Edward. Dan saya bukan bagian dari daftar wanita yang bisa Anda tiduri."

Edward menatapnya dalam. Ia ingin menanggapi, ingin membalikkan keadaan, tapi ia tahu—untuk pertama kalinya dalam hidupnya—ia kalah.

Dengan tatapan tajam penuh kemarahan, Laras berbalik dan meninggalkannya di tengah perhatian semua orang.

Sementara itu, Edward tetap berdiri di tempatnya, menahan malu dengan cap lima jari yang jelas membekas di pipinya.

Setelah kejadian di acara amal itu, Laras dan Edward sama-sama membawa pulang emosi yang berbeda.

Begitu sampai di rumah, Laras langsung melepas high heels-nya dengan kasar dan menghempaskan tas ke atas meja. Dadanya masih naik turun, sisa-sisa kemarahannya belum mereda.

Wati dan Sherin yang masih duduk di ruang tamu menatapnya dengan penasaran.

"Kamu kenapa, sih?" Sherin bertanya, mencoba menyembunyikan rasa ingin tahunya di balik nada santai.

Laras tak menjawab. Ia langsung berjalan ke kamarnya dan menutup pintu dengan keras.

Begitu sendirian, ia menutup wajah dengan kedua tangannya, menghela napas panjang.

Apa yang baru saja terjadi?!

Ingatan tentang ciuman itu membuatnya semakin marah. Kurang ajar! Pria itu benar-benar melewati batas!

Laras berjalan ke cermin, menatap refleksi dirinya. Bibirnya masih terasa hangat, tapi bukan karena perasaan suka—melainkan karena jijik.

"Apa dia pikir aku bisa diperlakukan seperti wanita-wanitanya yang lain?" gumamnya dengan nada penuh kebencian.

Ia menggigit bibir, matanya berkaca-kaca karena emosi. Tidak akan pernah! Edward harus tahu bahwa aku bukan mainannya.

Laras mengepalkan tangan, meneguhkan hati. Ini bukan hanya tentang dirinya, tapi tentang bagaimana ia menolak tunduk pada pria yang merasa bisa mendapatkan segalanya dengan uang.

***

Di sisi lain, Edward duduk diam di dalam mobilnya yang melaju di bawah lampu-lampu kota. Sopirnya tak berani berkata apa-apa, menyadari bahwa bosnya sedang dalam suasana hati yang buruk.

Edward meraba pipinya yang masih terasa panas akibat tamparan Laras.

Tatapan matanya gelap. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis, tapi bukan senyum geli atau senang—melainkan senyum penuh pikiran.

...🔸🔸🔸...

...Menjunjung tinggi harga diri, bukan haus validasi, apalagi tinggi hati. ...

...Ada hal-hal yang tak bisa dibeli dan tetap berharga meski tak berharta. ...

..."Dhanaa724"...

...🍁💦🍁...

.

To be continued

1
abimasta
selamatka laras dar keegoisan ortunya bayyuu dan habisi edward yg sudah menabrakmu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
selamatkan laras, Bayu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
yes bayu kembali... 😭😭😭😭😭... selamatkan juga laras dari kejahatan Edward & Sherin, bayu...
syisya
ayo bay muncullah
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
apakah Edward memang se maha Kuasa itu? tak adakah hukum untuknya? bisa semena-mena begitu?
Ranasartika Lacony
lsg viralin aja Bon, si Edwin
Ranasartika Lacony
lsg viralin aja Bon, si Beni
abimasta
laras lagi yang jadi korban
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
apa yg laras khawatirkan pun terjadi. lekaslah sembuh bayuuu... boni & laras butuh hadirmuuuu
Dek Sri
lanjut
syisya
belum tau aja tu darma&wati kalau calon mantu yg selama ini kalian tidak restui itu adalah pewaris tunggal, bos besar..hidup laras nantinya akan bahagia tanpa dia tau perjuangan hubungan mereka selama ini tidak sia" bahwa bayu sebenarnya adalah anak orang kaya..sabar ya bon sebentar lagi semoga semua perbuatan baikmu akan dibalas oleh bayu karna dia tidak akan benar" meninggalkanmu yg sudah dianggap seperti saudara
Vincen Party
tenanglah....Bayu psti akan DTG genti membantumu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bagus laras. ayo bayu, cari solusi. semangat!
Vincen Party
jujur.....maaf TPI q GK suka cerita Edwar terlalu byk Thor.....tlng fokus ke bayu dan boni
abimasta
jangan sampai laras jatuh ke tangan edward
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bayu, kenapa kau tak meminta papamu mempertemukanmu dengan boni & laras?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semoga laras berhasil menyelamatkan adiknya. semangat laras
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
ini bukan naif tapi tamak. mereka akan terjebak edward
syisya
dasar matre, nanti kalau habis manis sepah dibuang baru nangis" kau sherin 🤭
syisya
sudah jatuh tertimpa tangga ya bon, semoga Bayu cepat pulih agar bisa membantu keadaan Boni🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!