Kuliah? Haruskah aku menjadi cepat dewasa, menemukan pasangan lalu menikah? Tunggu, aku harus meraih gelar sarjanaku lebih dulu. Tapi, bagaimana kalau bisa meraih keduanya?
Oh, Tidak ...! Ini benar-benar membingungkan.
Ini kisah Adinda Dewi Anjani, gadis desa yang terpaksa merantau ke kota untuk kuliah, demi menghindari perjodohan dengan anak kepala desa yang ketampanannya telah menjadi sorotan berita.
Lika-liku kisah Anjani mengejar gelar sarjana, tak luput dari godaan cinta masa kuliah. Apalagi, tren slogan "Yang Tampan Jangan Sampai Dilewatkan" di antara geng kampusnya, membuat Anjani tak luput dari sorotan kisah cinta. Lalu, akankah Anjani lebih memilih cinta sesama daripada gelar yang pernah dimimpikan olehnya? Atau justru pembelajaran selama masa kuliah membuatnya sadar dan memilih hijrah? Yuk, kepo-in ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indri Hapsari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CS1 Menguntit (part 2)
Mario terus berjalan menuju arah ngeongan. Dia terus berjalan meski telah melewati tong sampah tempat Anjani dan Meli bersembunyi.
Ha? Apakah Mario tidak melihatku dan Meli di sini? Padahal sudah jelas dia melewati kami berdua? Batin Anjani. Dia dan Meli masih bertahan pada posisi jongkok meski telah dilewati Mario.
Mario sampai di sumber suara. Rupanya itu suara kucing kecil. Kucing kecil itu sepertinya terpisah dari induknya. Mario mengelus kepala kucing kecil itu dengan harapan sedikit memberi rasa nyaman. Akan tetapi, kucing kecil itu masih tetap mengeong.
"Anjani, Meli ... bantu aku mencari air untuk kucing kecil ini!" kata Mario tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangannya pada kucing kecil itu.
"Em, hehe ... sepertinya kita sudah ketahuan, Mel." Anjani akhirnya berdiri, disusul Meli. Wajah Meli kini tidak terlihat panik, melainkan senang karena namanya disebut oleh Mario.
"Tunggu, Kak. Aku bantu!" kata Meli sambil bergegas mengambil air di kran milik warga yang tak jauh dari tempatnya bersembunyi tadi. Gelas plastik bekas air mineral menjadi wadah yang pas.
Prediksi Mario benar. Kucing kecil itu haus. Setelah meminum air di wadah plastik, kucing kecil jantan berwarna hitam putih itu seketika tenang di tangan Mario.
Anjani takjub. Kali ini dia berkesempatan melihat sisi lain dari Mario. Mario tidak hanya tampan rupanya, tapi kebaikan pada kucing kecil tadi telah membuktikan bahwa hatinya tak kalah tampan dari rupanya. Sekilas saat Anjani memandang raut wajah Mario dari samping, tempat dia berdiri, seutas senyum yang jarang sekali dilihat Anjani tergambar di wajah Mario. Begitu indah, dan ketulusan terpancar di sana.
Untuk beberapa detik Anjani terhanyut dalam purnama indah. Tanpa sadar, senyumnya pun mengembang menikmati paras indah yang tersuguh di depan mata. Anjani terlena, hingga tiba-tiba sorot purnama indah itu menatap dirinya. Ya, Mario melihat ke arah Anjani.
Kikuk, itulah yang dirasakan Anjani mendapati tatapan yang tiba-tiba. Demi mengatasi kecanggungan, Anjani pun berkedip aneh kemudian melempar pandang ke segala arah.
"Apa yang kau lihat di wajahku sampai tidak berkedip, Anjani?" tanya Mario blak-blakan. Rupanya Mario tahu bahwa Anjani sedang memperhatikan dirinya.
"Aku ngeliatin kucing itu, kok. Duh, lucunya!" kata Anjani sambil mengelus kepala kucing kecil itu.
"Ah, drama lagi, deh!" ujar Meli sambil sedikit tertawa.
"Siapa yang lagi drama, Mel." Anjani benar-benar merasa akan disudutkan oleh sahabatnya. Sementara itu, Meli yang seketika itu mendapat lirikan dari Anjani langsung bungkam sembari menahan tawa.
"Lekas kembali ke rumahmu kalau takut Juno dan Ken tahu." Mario memberi saran.
"Em, kamu tahu rumahku? Sejak kapan?" tanya Anjani yang tiba-tiba penasaran.
"Aku tahu sejak kau dan Meli memutuskan untuk menguntit kami. Tidak mungkin kalian menguntit dari rumahku, karena kalian tidak tahu di mana rumahku. Itu artinya rumahmu jelas di sekitar sini." Mario menjelaskan dengan sikap tenang andalannya, sambil tetap mengelus kepala kucing kecil.
"Kau benar. Aku tidak menguntit dari rumahmu karena memang tidak tau di mana rumahmu." Anjani membenarkan bahkan mengulang pernyataan Mario soal menguntit. Dia benar-benar kesulitan menyusun kata saat itu, bahkan sejenak lupa bahwa Mario adalah seniornya. Sapaan yang biasanya menggunakan kata "Kak" seketika tergantikan dengan aku kamu.
"Bagus. Seperti itu saja saat ngobrol denganku. Aku kamu seolah menghapus batasan senior dan junior. Lebih nyaman, kan? Tidak perlu lagi terlalu formal saat berbicara denganku, Anjani. Dan ... apakah kau ingin tau di mana rumahku?" tanya Mario tiba-tiba, dan kembali menatap Anjani.
Pertanyaan itu membuat Anjani kaget. Meli bahkan sudah melongo dan bergegas menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
"Tidak, tidak ingin tahu sama sekali. Aku pulang dulu. Ayo, Mel. Tidak perlu lagi menguntit mereka!" Anjani menarik lengan Meli untuk ikut bersamanya, tapi kemudian berhenti karena ada yang terlupa. "Mario, pastikan kau merawat kucing kecil itu dengan baik. Permisi!" kata Anjani, kemudian bergegas meninggalkan Mario sendiri.
Mario tersenyum. Dia benar-benar tersenyum saat itu. Entah mengapa dia seolah puas karena berhasil menggoda Anjani hingga membuatnya salah tingkah, bahkan Anjani tidak lagi menyebutnya dengan sebutan 'kak'.
"Mario Dana Putra. Kali ini kau sedikit kelewatan hingga membuat juniormu salah tingkah," kata Mario berbicara pada dirinya sendiri.
Beberapa menit kemudian, Juno dan Ken terlihat menemui Mario. Mereka berdua telah berhasil menemukan rumah pelanggan.
"Hai Mario. Kemana aja, sih. Ngilang gitu aja!" Ken kesal.
"Rupanya Mas Mario main kucing di sini, toh. Duh, lucunya!" Sebenarnya Juno hendak menanyakan hal yang sama pada Mario, tapi lupa begitu melihat kucing kecil yang sedang digendong Mario.
"Sepertinya kalian sudah berhasil melaksanakan misi dengan baik. Terima kasih Ken, Juno. Dan ... ucapkan selamat datang pada anggota baru tim kita. Juno, kau yang urus nama kucing kecil ini." Mario menjelaskan.
"What? Kenapa harus Juno? Aku juga bisa membuat nama yang keren untuknya." Ken tidak terima.
"Biar aku aja, Mas. Dijamin oke." Juno tetap berharap agar dia yang membuat nama untuk kucing kecil tersebut.
"Sudah cukup, ayo kita kembali ke mobil. Ken, gendong kucing kecil ini." Mario menyerahkan kucing kecil itu pada Ken.
"Kenapa harus aku yang menggendong?" protes Ken.
"Agar kau lebih akrab dengannya," kata Mario sambil berlalu pergi menuju mobilnya.
Meski protes, Ken tetap menggendong kucing kecil itu. Sesekali dia tampak berbincang dengan si kucing kecil. Apakah kucing kecil itu menjawab? Tentu saja dia hanya mengeong. Juno-lah yang menjawab setiap obrolan Ken pada si kucing kecil.
***
Di rumah Paman Sam
"Anjani, kenapa nggak bilang iya aja, sih? Aku kan juga ingin tau rumahnya di mana." Meli protes, bahkan sejak perjalanan pulang dari menguntit tadi.
Anjani tidak menanggapi protes dari Meli. Dia langsung mengambil air dingin dari kulkas, menuangkannya segelas, dan cepat-cepat meneguknya hingga tandas.
Sesungguhnya Anjani masih merasa malu dengan kejadian tadi. Jelas-jelas Mario memergoki Anjani yang sempat menatap wajah Mario. Anjani bahkan menyalahkan dirinya yang sempat salah tingkah.
"Ah, tidak Anjani. Nggak perlu mikir macam-macam." Anjani meyakinkan dirinya sendiri. Dia kembali menuang air dingin segelas penuh, dan kembali menghabiskannya.
"Anjani! Jangan cuekin aku, dong!" kata Meli dari arah ruang tamu.
"Iya. Nih, kuambilin minuman dingin." Anjani memberikan segelas untuk Meli. Sama seperti Anjani sebelumnya, Meli juga menghabiskannya dengan segera.
"Anjani, tadi itu kemajuan banget, lho. Bener-bener nggak nyangka Kak Mario akan berkata seperti itu. Hihi. Lain kali kalau kamu nggak mau mengiyakan, biar aku aja yang menjawab." Meli kembali antusias.
"Terserah kamu, deh." Anjani malas berkomentar. "Oya, besok jangan lupa ada kuliah pukul 7 pagi." Anjani mengingatkan, lebih tepatnya mengalihkan topik agar Meli tidak terus membahas Mario.
"Oke, kalau gitu aku pulang dulu, deh. Sampai ketemu besok, ya." Meli pamit.
Acara menguntit berakhir dengan kejadian yang sungguh tak terduga. Anjani masih mengingat jelas kejadian tadi. Bahkan dia masih merasa malu hingga saat ini.
Uh, kenapa juga aku harus bersikap seperti itu tadi. Ah! Ada apa sih denganku? Batin Anjani.
***
Ups, tunggu lanjutannya, ya. Beri tahu author jika kalian memiliki usulan nama untuk kucing kecil dalam cerita. ❤ See You ❤
FB : Bintang Aeri
IG : bintang_aeri
Dukung karya author di sana ya 💙
Eh, aku juga punya cerita nih guys.
Nggak usah penasaran ya, karena bikin nagih cerita nya🥺
jgn lupa mampir juga di novelku dg judul "My Annoying wife" 🔥🔥🔥
kisah cewe bar bar yang jatuh cinta sama cowo polos 🌸🌸🌸
tinggalkan like and comment ya 🙏🙏
salam dari Junio Sandreas, jangan lupa mampir ya
salam hangat juga dari "Aster Veren". 😊