NovelToon NovelToon
Gu Xiulan, Harapan Dan Pembalasan

Gu Xiulan, Harapan Dan Pembalasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

Dulu aku menangis dalam diam—sekarang, mereka yang akan menangis di hadapanku.”

“Mereka menjualku demi bertahan hidup, kini aku kembali untuk membeli harga diri mereka.”

“Gu Xiulan yang lama telah mati. Yang kembali… tidak akan diam lagi.”
Dari lumpur desa hingga langit kekuasaan—aku akan memijak siapa pun yang dulu menginjakku.”

“Satu kehidupan kuhabiskan sebagai alat. Di kehidupan kedua, aku akan jadi pisau.”

“Mereka pikir aku hanya gadis desa. Tapi aku membawa masa depan dalam genggamanku.”

“Mereka membuangku seolah aku sampah. Tapi kini aku datang… dan aku membawa emas.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

Malam itu, suasana rumah keluarga kepala desa sanga tegang.

Tangisan Ulan belum juga mereda sejak tadi. Namun yang terdengar paling nyaring bukanlah isaknya, melainkan bentakan nenek yang membahana dari ruang utama.

kepala desa menyebutkan kejadian itu kepada nenek dan ayah Ulan. Tapi dia menyembunyikan Jika ulan sudah melakukan sesuatu .

Salahkan saja weiran dalam hal ini.

Seandainya wanita tua itu mengetahui nya, ulan akan menjadi bulan bulanan.

Jadi nenek saat ini memarahi Jiang weiran yang menurutnya sudah sangat kurang ajar.

Apa yang dia pikirkan saat itu.

"Memalukan! Benar-benar memalukan!" Nenek menggebrak meja, membuat cangkir teh retak di sisi. "Apa yang ada di kepala anak itu?!"

Ayah Ulan duduk membisu di sisi ruangan, menatap lantai dengan sorot mata kosong. Dia tidak berkata apa-apa, seperti biasanya. Jika ibunya sudah berbicara, dia tahu tempatnya hanya sebagai pendengar.

Tapi kepala desa berkata dengan nada tenang dan sikap yang tidak bisa dibantah.

"Sudah cukup," kata kepala desa, menengahi sebelum amarah keluarga makin liar. "Ada hal-hal yang perlu kalian tahu… dan ada pula yang harus tetap dirahasiakan."

Semua orang menoleh, terdiam. Kepala desa berbicara hati-hati, menutup-nutupi bagian penting dari misi militer, tapi cukup memberi gambaran bahwa pria bernama Weiran bukan orang sembarangan.

"Dia bukan sembarang tamu. Dia masih kerabat jauh saya, dan… dia juga seorang prajurit."

"Kalau begitu kenapa dia…" nenek tak melanjutkan kalimatnya.

Nenek berjanji membawa bulan ke tempat seseorang untuk menginap malam ini. tapi Ulan tidak ada jadi konsekuensinya adalah uang harus dikembalikan.

Rp200 sudah masuk ke dalam kantongnya bagaimana mungkin dia mereka mengeluarkan lagi.

Tidak, saya kurang ajar ini harus diperas sampai kering.

Oh masih seorang prajurit,hehehe, ini bahkan lebih bagus.

Kepala desa memotong cepat, "Apa pun yang terjadi tadi, dia bersedia bertanggung jawab. Mahar sudah disiapkan, Rp500."

Nenek terdiam sejenak, tapi kemudian mencondongkan tubuh. "Hanya lima ratus?"

Kepala desa tersenyum samar.Wanita tua ini memang rakus.Mahar ulan kemarin juga rp500 dan sepotong kain

Padahal hari ini harga mahar gadis desa sebenarnya hanya 100 sudah paling tinggi.

Siapa Ulan yang memerlukan harga semahal itu, jika bukan pihak laki-lakinya memiliki kekurangan.

Tapi Jiang weiran adalah seorang kapten. Jika kita menikahinya itu seperti mendapatkan berkat. tapi wanita tua ini masih tidak puas dengan 500 rupiah.

Ckckck.

Meskipun agak risih Tapi kepala desa masih berkata"Adik ku juga mengajukan permintaan, dia ingin menjadikan Ulan sebagai anak angkatnya. kejadian ini berlaku di rumahnya dan dia meminta maaf. Dia bahkan rela menambahkan Rp500 sebagai mahar kehormatan. Jadi semuanya… Rp1.000.Mahar dari lihat perempuan akan ditanggung oleh adikku, bagaimana"

Sorot mata nenek langsung berubah. Wajah yang tadinya garang kini menunjukkan tanda-tanda kalkulasi. Ia mengingat tawaran lama yang diberikan keluarga yang hendak membeli Ulan sebagai 'pengantin semalam'—Rp200. Tawaran kali ini lima kali lipat lebih tinggi.

Hem tapi...

Kepala desa menambahkan umpan terakhirnya, "Dan hutang Rp200 ke kantor desa… akan saya lunasi secara pribadi, asal masalah ini tidak disebarkan keluar."

Itu sudah lebih dari cukup untuk menutup mulut nenek. Namun, sebagai wanita tua yang lihai dalam tawar-menawar, dia belum menyerah sepenuhnya.

"Aku mau dua potong kain tambahan, dan pakaian baru untuk semua anggota keluarga. Tidak boleh kain lusuh."

Kepala desa menatap nenek dengan datar. "Disetujui."

Ayah Ulan hanya mengangguk, seperti boneka kayu yang kehilangan roh. Ia tidak menyela, tidak menentang. Seperti biasa.

Dan keputusan pun dibuat.

Pernikahan akan dilangsungkan dua hari lagi. Ulan, sementara waktu, tidak boleh kembali ke rumah lamanya. Ia akan tinggal di rumah kepala desa sampai hari pernikahan. Setelah itu, secara resmi dia akan diangkat sebagai putri oleh Paman Lu ,sekaligus menjadi istri sah dari pria yang semua orang kira hanyalah tamu biasa.

Adapun uang nya, akan diberikan pada hari pernikahan. Alasannya kepala desa tidak percaya mulut nenek bisa diam.

Nenek akhirnya tersenyum. Senyum lebar yang tidak pernah Ulan dapatkan, bahkan ketika dia menangis kesakitan. Senyum kemenangan.

Nenek memandangi Ulan sekali lagi sebelum beranjak dari ruang tamu rumah kepala desa. Senyumnya penuh kepuasan, seperti pedagang tua yang berhasil menjual barang yang sudah lama dianggap tak berguna. Dalam benaknya, Ulan akhirnya memiliki nilai. Cucu yang selama ini hanya dianggap sebagai beban kini berhasil menghasilkan seribu rupiah dan bahkan melunasi hutang keluarga kepada desa.

“Lihat saja,” bisik nenek sambil tertawa kecil pada ayah Ulan, “si bodoh itu akhirnya juga membawa untung.”

Ayah Ulan, seperti biasa, hanya mengangguk setuju .Ia tak banyak bicara, hanya mengikuti langkah ibunya menuruni beranda rumah kepala desa dengan langkah ringan. Tak ada rasa bersalah di wajah mereka

. Yang tertinggal hanya harapan akan lembaran uang yang belum datang.

Ibu dan anak tak menoleh ke belakang, tak memeriksa bagaimana keadaan ulan .Mereka pikir Ulan pasti menangis, mungkin meraung karena dijual lagi. Tapi di balik pintu rumah, Ulan hanya berdiri diam dengan tubuh tegak.

Air mata masih menetes dari sudut matanya, tapi senyum kecil menghiasi bibirnya.

 Ulan tidak merasa kalah.

Dalam diamnya, ia menggenggam kedua tangannya erat. Hatinya dingin dan tegas. Orang-orang itu yang menyebut dirinya keluarga ,tidak akan pernah mengerti. Tapi itu tak penting.

Karena mulai sekarang, hidup Ulan bukan untuk mereka.

Dan mereka, juga takkan pernah bisa mengendalikan takdirnya lagi.

Ketika Ulan berbalik, langkahnya tertahan oleh sosok tinggi yang berdiri di balik tiang kayu. Jiang Weiran. Tatapan mata pria itu tidak lagi dingin seperti saat pertama mereka berbicara, tapi masih tajam dan menusuk.

“Benar-benar licik kau,” katanya pelan, nada suaranya seperti ejekan yang ditutupi senyum tipis. “Gadis desa dengan cara pikir seperti musuh "

Ulan tidak membantah. Tidak ada gunanya menyangkal. Dia hanya menunduk sedikit dan menjawab tenang, “Aku memang licik, tapi aku juga berterima kasih. Aku akan menjadi istri yang baik. Aku tidak akan membuatmu malu.”

Weiran tersenyum miring. “Kau masih tidak mengerti rupanya,” katanya sembari menyilangkan tangan di depan dada. “Aku tidak pernah serius ingin menikah denganmu.”

Ulan menatapnya, bingung. “Tapi… bukankah tadi kau berkata seperti itu di depan nenek dan kepala desa?”

“Benar,” jawabnya tenang. “Tapi itu hanya untuk menyelamatkan situasi. Aku hanya membantu, tidak lebih. Yang disebut pernikahan itu… kita tak akan punya surat nikah, tak akan ada perjamuan, tidak akan ada ikatan militer. Cukup buat warga desa percaya bahwa kau sudah menikah. Selesai.”

Ulan terpana.

Weiran melanjutkan, “Mereka hanya butuh melihat kau mengenakan pakaian merah dan berjalan ke rumah ini. Itu cukup. Dan ketika misiku selesai, aku akan pergi. Mungkin selamanya. Dan saat itu, kau bisa bilang pada semua orang kalau suamimu meninggal. Bukankah itu yang kau inginkan saat mencoba menjebakku? Jadi janda, tapi terlindungi?”

Ucapan itu seperti cambuk. Tapi Ulan tidak bisa marah. Karena semua itu benar.

Ulan tidak akan munafik, jujur dia juga tidak ingin menikah dengan pria yang tidak dikenal.Dengan Paman Lu, yang akan meninggal sebentar lagi dia merasa aman dan nyaman.

Tapi dengan pria ini...

Takutnya ulan masih akan jatuh ke dalam lubang api yang sama.

Dia diam sejenak, menatap tanah, lalu mendongak dan mengangguk pelan. “Kalau begitu… aku berterima kasih sebelumnya.”

Weiran menatapnya lama. Seakan menimbang sesuatu di matanya.

"bagus jika kau mengerti"

Tapi dia tidak berkata apa-apa lagi, hanya berbalik dan masuk kembali ke rumah Paman lu, membiarkan Ulan berdiri sendiri di bawah langit malam yang mulai gelap.

Langit sudah berubah warna, dan begitu pula hidup Ulan.

Bahkan jika semua ini palsu,itu lebih baik daripada hidup yang dia tinggalkan.

Untuk saat ini, itu cukup.

Ulan pergi ke rumah kepala desa.

Saat itu Weiran belum sempat melangkah ke kamarnya ketika suara berat dan penuh rasa bersalah menghentikannya di lorong sempit rumah tua itu.

“Kapten…” suara itu datang dari Paman Lu yang berdiri di ambang pintu dengan wajah penuh penyesalan.

“Maafkan aku… semua ini terjadi di rumahku. Tempat yang seharusnya paling tenang malah menjadi pusat kekacauan.” katanya lagi.

Suaranya bener-bener menyiratkan permintaan maaf dari lubuk hatinya yang paling dalam .

Dulu Jiang weiran pangkatnya jauh di bawah dirinya.tapi pria muda ini melangkahinya ketika dia mendapatkan beberapa prestasi bahkan pangkatnya sudah lebih tinggi dibandingkan saat dia pensiun dan kembali ke desa.

Baik karakter dan prestasinya sama-sama luar biasa. Tapi harus dinodai dengan kejadian yang tidak disangka-sangka dan itu terjadi di rumahnya .

Paman lu menyesal.

Weiran berhenti, menoleh. Sorot matanya tidak marah, justru tenang. “Lu tua, aku tidak menyalahkanmu sedikit pun,” katanya datar, tapi tulus. “Sebelum Anda pensiun, Anda adalah panutan banyak tentara muda. Termasuk aku. Tidak ada yang memalukan dari ini… semua hanyalah kecelakaan yang tak terduga.”

Meskipun ada intrik di tengahnya tapi itu tidak ada sangkut pautnya dengan lu tua. Hanya gadis desa yang memiliki otak yang mengerikan.

Paman Lu menunduk, namun mendengar nada tulus itu membuat bahunya sedikit lebih tegak. Weiran menepuk lengan paman lu pelan.

Setelah pensiun semangat perjuangan pria tua di depannya ini juga padam. Tidak ada lagi jejak kepahlawanan di matanya hanya sebuah kesedihan panjang akibat cacat yang dideritanya karena perang.

Banyak mantan prajurit yang mengalami hal seperti itu, weiran mengerti. Dia juga tidak ingin menambahkan beban pria tua ini lagi.

“Aku sudah putuskan,” lanjutnya. “Aku akan pura-pura menikah dengan gadis itu. Setidaknya, dia akan punya nama. Status. Dan setelah aku pergi, dia bisa bilang bahwa suaminya gugur dalam tugas. Menjadi janda di desa ini lebih mulia daripada jadi budak dalam keluarga sendiri.”

Paman Lu menatapnya, tak berkata-kata sejenak.

"apa maksudnya kau ingin mempermainkan gadis itu?"

"Hah bagaimana aku bisa dikatakan mempermainkan sementara dia sendiri licik?"

Paman Lu tahu Wulan licik tapi bukankah itu hanya untuk memperjuangkan masa depannya sendiri .Saat itu targetnya adalah dia bukan weiran.

Jadi meskipun ada intrik tapi sebenarnya ini juga adalah kesalahpahaman dan kecelakaan.

"Weiran... aku mengerti maksudmu tapi, Ulan sebenarnya adalah gadis baik dia hanya tidak berdaya."

Jika melaporkan masalah keluarga yang ingin menjualnya, gimana bukti dari kejahatan itu. Seandaipun menemukan bukti, tidak semua keluarga akan ditarik ke kantor polisi.

Jadi ulan hanya ingin meninggalkan rumah itu tapi sekaligus tidak ingin menikah.

Jadi dia hanya tidak memiliki pilihan lain.

Weiran berkata dengan mencibir “Dia memang tidak buruk. Pintar, cekatan. Tapi sayang… strateginya menyakiti orang lain. Itu yang membuatku tidak bisa simpati sepenuhnya. Tapi mungkin, ini pelajaran. Baginya. Dan bagiku juga.”

Weiran menarik napas. “Soal uang, jangan khawatir. Aku akan ajukan ke atasan. Anggap saja ini sebagai bagian dari biaya penyamaran dan operasi. Bukan aku yang membayar, tapi negara.”

Paman Lu mengangguk cepat, matanya sedikit memerah. “Terima kasih, Kapten. Ulan bukan gadis sembarangan. Dia tidak jujur tapi dia hidup di era yang tidak memberinya kesempatan. Kalau dia lahir di kota, mungkin dia sudah jadi perempuan hebat.”

Weiran tersenyum tipis. Tidak menjawab. Hanya mengangguk singkat, lalu melangkah masuk ke dalam kamarnya.

Paman Lu menatap punggung prajurit muda itu menghilang di balik pintu, dan dalam hatinya, dia berdoa… semoga dunia yang keras ini tidak mengubah Ulan menjadi seseorang yang sepenuhnya dingin.

Dan semoga, gadis itu masih bisa punya harapan.

Paman Lu mengusap dadanya yang kembali berdenyut. Mengingat penyakitnya, Dia hanya bisa menarik nafas panjang .

seandainya dia bisa berumur panjang,dia bisa melindungi ulan seutuhnya sebagai anak angkat tapi sayang.

Hem.

1
Etty Rohaeti
lanjut
Fauziah Daud
yup betul ulan.. trusemangattt
Fauziah Daud
trusemangattt... lanjut
Fauziah Daud
trusemangattt
Cha Sumuk
sdh bab 3 tp mc cewek nya msh bodoh ms ga phm2 bahwa dirinya lg ngulang waktu, cerita ga jls berbelit Belit kesan nya,
samsuryati: say mc nya, sejak awal hanyalah seorang gadis tanpa pengalaman bahkan tanpa ilmu pengetahuan. tidak seperti kita yang tahu membaca dia hanya tahu desa bahkan belum pernah menikmati kota. meninggal pada tahun 70 sekian, hidupnya memang seperti katak di bawah tempurung.

jadi kelahiran kembali memberikan dia pilihan namun pilihan itu belum serta merta membuat dirinya berubah dari gadis muda yang bodoh menjadi gadis muda yang pintar.
ingatlah di dalam dua kehidupan dia bahkan belum pernah belajar.
Ini bukan tentang transmigrasi gadis pintar era 21 ke zaman 60-an di mana era kelaparan terjadi.
bukan say, cerita ini di buat membuat ulan mampu merubah hidupnya selangkah demi selangkah tidak langsung instan.

salah satunya adalah dia yang tidak pernah belajar sebenarnya bisa membaca tulisan-tulisan yang dipaparkan oleh layar virtual.
ya say, anggap saja itu adalah modal pertama dia untuk berubah.
jadi aku masih perlu kamu untuk mendukung agar perubahannya bisa membuatmu puas
total 1 replies
Fauziah Daud
bagus.. trusemangattt
Fauziah Daud
trusemangattt
Andira Rahmawati
ulan nya terlalu lambat telminya kelamaan..😔
Fauziah Daud
bijak ulang.. trusemangattt
Fauziah Daud
trusemangattt.. lanjut
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Fauziah Daud
trusemangattt
Fauziah Daud
lanjuttt
Fauziah Daud
luarbiasa
Fauziah Daud
trusemangattt
Fauziah Daud
hadir thor
Cilel Cilel
luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!