CINTA STRATA 1
Yuk, kenalan sama bintang utama 'Cinta Strata 1' 💌
Adinda Dewi Anjani
Adinda Dewi Anjani, berpostur tinggi kurus, kulit sawo matang, dan terbiasa menggunakan gaya rambut kepang satu. Dia terkenal jago berdebat. Bakat itu dia dapatkan karena sering berlatih dengan ibunya. Ya, biasalah, perdebatan ibu dan anak.
Adinda Dewi Anjani memiliki panggilan nama yang berbeda. Keluarganya memanggilnya dengan julukan Anjani. Sementara oleh warga desa, dia dipanggil Bunga. Padahal, sudah jelas tidak ada kata Bunga sama sekali pada namanya. Apa nama itu mendefinisikan wajahnya? Bukan, sama sekali bukan. Dia justru seorang gadis desa yang memiliki penampilan paling sederhana dibanding teman seusianya. Bahkan, ibu-ibu yang usianya jauh di atasnya, penampilannya lebih modis dibandingkan dengan dirinya.
Rupanya definisi sederhana yang ada di pikiran Anjani benar-benar sederhana. Dia jarang berhias muka. Pernah beberapa kali berhias muka, saat disuruh ibunya pergi ke undangan pernikahan tetangga. Itu pun hanya memakai lipstik tipis dan bedak tabur milik ibunya. Namun, penampilan yang seperti itu tidak terlalu dipermasalahkan oleh ibunya. Ada hal yang lebih meresahkan bagi ibunya. Apa itu? Yap, Anjani tidak pernah jatuh cinta.
Tentang asal-usul nama Bunga yang disematkan padanya, berawal dari kisah di pertengahan bangku SMA. Tepat setahun lalu, ada sosok yang memberi julukan Bunga padanya. Sosok itu adalah pengeran tertampan di desanya. Kangmas Juno, begitulah julukan warga desa. Juno merupakan anak semata wayang kepala desa. Pria yang kata orang paling tampan dan memesona.
Kala itu, usai pelaksanaan rapat umum warga di balai desa, tidak ada angin tidak ada hujan, Juno tiba-tiba menghampiri Anjani dan membuat julukan viral untuknya, bahkan tetap berlaku hingga saat ini.
"Hai, Bunga!" sapa Juno pada Anjani dengan penuh keyakinan diri.
Anjani menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan bahwa yang disapa bukan dirinya. Akan tetapi, sorot mata dan senyuman yang tersungging itu jelas mengarah padanya.
"Aku?" tanya Anjani sambil menunjuk diri sendiri.
"Iya, kamu!" Juno membenarkan.
Anjani sempat tertegun beberapa saat. Dia pun bertemu tatap dengan Juno. Barulah, dehem singkat dari seseorang berhasil menyadarkan dirinya. Tidak disangka, hanya beberapa kata sapaan dan tatapan singkat saja sudah membuat banyak pasang mata tersorot licik seperti mau menikamnya. Ya, mungkin karena yang menyapa adalah Juno, yang sudah memiliki penggemar di mana-mana. Juga, Juno memberinya julukan hangat yang tentu saja bisa membuat orang lain yang mendengar salah paham.
Sejak saat itu, julukan Bunga menjadi tidak asing di telinga warga. Jelas, itu sama sekali tidak menguntungkan, karena di balik julukan indah itu telah terbentuk komunitas para pembenci Anjani.
Nah, ibu Anjani yang mengetahui hal itu pun senang luar biasa. Bahkan, dia bergegas menemui kepala desa untuk menyusun rencana perjodohan. Rencana itu pun dilakukan secara terang-terangan. Tidak peduli hasilnya akan mulus atau malah membuat Anjani malu tak tertahankan. Bagi ibunya, saat ide muncul di benaknya, maka akan muncul beragam cara untuk meraihnya.
Anjani yang mengetahui hal itu pun tentu berusaha mencegah. Apalagi dia sama sekali tidak memiliki rasa pada Juno.
"Ma, sudah hentikan saja. Aku tidak mau dijodoh-jodohkan. Lagi pula, aku masih SMA." Anjani berusaha membujuk sang ibu.
"Juno itu paket lengkap. Rugi kalau kau lewatkan." Sang ibu menegaskan.
"Tapi aku tidak mencintai dia, Ma." Sekali lagi Anjani membujuk.
"He, tau apa kau tentang cinta. Jatuh cinta saja kau tak pernah. Sudah, tunggu saja di sini. Biar aku yang urus semuanya."
Rencana ibu Anjani berjalan mulus. Juno dan keluarganya setuju. Hari pernikahannya pun sudah ditentukan, yakni tujuh hari setelah kelulusan SMA.
Tersebarlah berita itu ke seluruh penjuru desa. Tentu saja, semakin banyak hati yang patah karena berita yang tidak terduga. Penggemar Juno memberi label Penjahat Cinta pada Anjani. Alhasil, selama setahun penuh Anjani menghadapi beragam teror yang justru membuat ibunya tertawa penuh kemenangan.
"Teror yang ada saat ini, besok lusa sudah menjadi masa lalu. Tak perlulah kau ambil pusing. Mereka itu hanya iri padamu. Lihat, kau sudah lulus SMA, seminggu lagi kau sudah menjadi istri orang. Betapa senang hati Ma kau ini."
"Tapi, aku masih tidak bisa mencintai Juno, Ma."
"Sudahlah, belajar cinta-cintaannya nanti saja kalau sudah menikah. Dijamin pasti cinta. Seperti Ma kau ini sama ayahmu dulu."
Setelah perdebatan singkat dengan ibunya, keesokan harinya Anjani menghilang. Dia meninggalkan tiga pucuk surat di atas kasurnya. Mengetahui hal itu, ibu Anjani pun bergegas menuju rumah kepala desa. Dengan tergopoh, ibu Anjani menyampaikan kabar kepergian Anjani sambil menunjukkan tiga pucuk surat yang ditinggalkan.
"Di amplop ini tertulis surat untuk saya. Isinya permohonan maaf tidak bisa melangsungkan perjodohan. Em, anak saya saat ini ada di kota, di rumah pamannya. Dia memutuskan untuk kuliah di sana. Bagaimana ini, Pak Kades?" Ibu Anjani terlihat kebingungan.
"Tenang dulu, Bu. Kalau surat yang ditujukan untuk saya hanya memuat satu kata saja. Maaf. Hanya itu saja isi suratnya. Bagaimana dengan isi surat untukmu itu, Juno. Cepat kau baca." Pak Kades menyuruh anaknya.
"Ayah, isinya di luar dugaan. Coba Ayah baca sendiri."
Jika kau merasa laki-laki, ikuti jejakku untuk kuliah. Jadikan dirimu lebih berguna untuk desa.
TTD
Aku yang tak pernah bisa menyerahkan hatiku pada lelaki manja.
"Hahaha. Ini baru menantu idaman. Juno, besok kamu kuliah. Susul Anjani, jangan kembali ke desa sebelum kau sukses meraih gelar sarjana." Pak Kades memberi perintah pada Juno.
Sejak saat itu, menjadi langkah baru bagi Anjani untuk memulai kisah baru di jenjang Strata 1. Masihkan Anjani sulit untuk jatuh cinta?
Mario Dana Putra
Mario Dana Putra, berpostur tinggi gagah, tampan, kulit sawo matang, dan memiliki gaya berpakaian yang modis. Dia anak orang kaya yang memiliki pabrik sepatu di tiga kota. Dia terlihat acuh dengan sekitar, tapi itu palsu. Dia memiliki sejuta perhatian yang terpendam.
Mario memiliki mobil, hadiah di ulang tahunnya yang ke-17. Meski memiliki mobil, dia hanya menggunakannya sesekali, dan lebih suka berkendara motor. Tampan dan kaya raya tidak membuatnya harus bertingkah dan bergaya mewah. Dia lebih senang dikatakan biasa-biasa saja.
Mario baru saja selesai berkunjung dari salah satu pabrik sepatu ayahnya. Dia parkir motornya di depan salah satu toko bunga. Sudah kesekian kali dia membeli bunga di toko itu, dan bunga yang dibeli selalu sama, setangkai bunga mawar putih. Selesai membayar, dia pun bergegas keluar. Akan tetapi ....
Brukk!
"Aaaaaa!" teriak seorang gadis.
Pintu yang Mario buka sukses mendarat di wajah seorang gadis. Dia benar-benar tidak menyadari ada gadis di depan pintu toko bunga.
"Maaf, mungkin aku mendorongnya terlalu keras." Mario berusaha meminta maaf.
"Itu bukan salahmu. Seharusnya aku tidak berdiri di sana."
"Baik, sebagai permintaan maaf, aku belikan buket bunga untukmu. Oh iya, bolehkah aku tau namamu? Akan kutuliskan pesan permintaan maafnya di buket itu." Mario tersenyum ramah.
"Boleh. Namaku Anjani. Dan ... terima kasih ..."
"Mario, namaku Mario. Ini buket bunga untukmu. Sekali lagi maaf, ya. Sampai jumpa."
"Daa ...."
***
Ups, sampai di sini dulu ya perkenalannya .... Buat yang penasaran sama cerita CINTA STRATA 1, tunggu update selanjutnya yaa. See You.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲
aku mampir kk
2021-12-26
0
Dhina ♑
CS1
2021-01-02
0
DIKUTUK CUMI JADI CUMI 🍁
semangat semangat terus yah kak semoga selalu sehat serta sukses dan izin ngasih boom like dan vote semangat semangat semangat
2020-11-27
1