Lusiana menemukan kardus yang berisi bayi kembar, ia pun membawanya pulang dan berinisiatif untuk merawatnya.
Delano Wibisana harus kehilangan istri dan kedua anaknya tepat di hari kelahiran bayi kembarnya. Entah mengapa hari itu setelah melahirkan, istri Delano membawa kedua bayi kembarnya pergi hingga kecelakaan itu terjadi dan menewaskan Karina istri Delano. Lalu dimana anak-anak Delano? sedangkan pada saat evakuasi hanya di temukan Karina seorang diri.
Dilarang plagiat Ok!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DBJ 33. Lamaran
**********
Malam ini suasana kediaman rumah mewah milik keluarga Syailendra kembali terasa hidup. Semua keluarga berkumpul. Regan berulang kali mendesah berat saat dirinya mendapat kabar mengenai acara hari ini dari ibunya.
"Ikhlas ... ikhlas Regan, dia bukan jodohmu." gumam Regan mencoba berdamai dengan hatinya.
"Regan kenapa lama sekali?" Protes Lidya saat melihat putranya masih memakai kemeja saja.
"Kenapa mama bawel banget sih. Lagipula acara masih satu jam lagi ma. Untuk apa buru-buru?"
"Lho kamu ini gimana sih Gan, om Suryo mau mengambil foto keluarga kita dulu. Sebelum nanti keluarga calon besan datang."
"Ok mamaku sayang. Aku akan siap 10 menit lagi."
Lusi dan Mitha sedang membantu Ratih bersiap. Darah biru yang melekat kental dalam diri nenek Lusi membuatnya terlihat sangat berbeda setelah di make over. Lusi berharap semua keluarganya hadir dan turut serta menjadi saksi awal takdir baru yang akan Lusi jalani kedepannya.
Ratih kembali menitikkan air matanya. Namun Lusi seketika menegur wanita tua yang renta itu.
"Nenek jangan menangis lagi. Lusi sudah mendandani nenek dengan cantik. Ini hari yang berbahagia untuk kita semua. Karena ini kali pertama Lusi bisa berkumpul satu meja makan dengan kalian semua. Kenapa nenek malah terlihat sedih? apa nenek tidak menyukainya?"
Ratih menggeleng, "Aap ... au telalu belseangat." (Maaf ... aku terlalu bersemangat)
"Sekarang kita kedepan, sebentar lagi tamunya datang." Ucap Mitha seraya mendorong kursi roda Ratih. Wanita itu tampak anggun dengan kebaya berwarna hijau tua dengan bordiran emas dan bertabur permata menambah kesan glamor. Sementara itu Ratih dan Laila memakai baju yang sama berwarna hijau daun dengan hiasan payet yang begitu penuh sehingga membuat kebaya keduanya tampak bersinar.
Setelah pengambilan foto keluarga, Lusi yang sudah tampil cantik dan menawan terlihat terus mondar mandir cemas menunggu kedatangan rombongan keluarga Delano. Dia ingin segera bertemu dengan kedua putranya.
"Duduklah dulu sayang, mereka pasti datang." ujar Lidya.
"Aku hanya berharap segera bertemu dengan kedua putraku tante." Ujar Lusi. Sejak tadi wajahnya sudah tidak bersemangat karena hampir seharian tidak bertemu dengan mereka.
Saat suara deru mobil tiba di depan mansion keluarga Syailendra. Lusi langsung di hadang oleh Lidya.
"Eits ... kamu harus tunggu di dalam. Biarkan ayahmu dan Regan yang menyambut mereka." Ujar tante Lidya. Akhirnya dengan berat hati Lusi ikut bergabung dengan ibu dan juga kedua neneknya.
Suryo dan Regan menyambut tamu-tamunya. Delano dan Diana tidak hanya membawa keluarga inti melainkan keluarga dari adik papa Delano juga. Suryo dan Delano berpelukan sesaat lalu dia beralih ke adik dari sahabatnya dan berpelukan.
"Apa kabar mas ...?" tanya Dimitri pada Suryo.
"Baik Dim. Kamu bagaimana kabarnya? lama tak bertemu."
"Aku juga baik mas, beberapa hari ini sibuk mengajari Raffi urusan kantor. Aku ingin segera pensiun mas." Ujar Dimitri..
"Oh ya, dimana putramu itu?"
"Dia tidak bisa ikut mas, lagi mencari cinta sejatinya katanya." ujar Dimitri. Akhirnya mereka semua masuk ke dalam rumah mewah itu.
Diana bergandengan dengan adik iparnya sedangkan duo D sudah berlarian karena melihat Lusi.
"Bunda .... "
"Hai anak-anak bunda." Lusi menyambut kedua anaknya dengan merentangkan tangannya. Devan dan Davin langsung masuk kedalam pelukan Lusi.
"Bunda, kenapa tidak menjemput kami tadi?"
"Maaf sayang, tadi bunda ada urusan." Ujar Lusiana.
"Sama ayah ya?" pertanyaan kedua putranya mampu membuat Lusi terpaku.
"Ayah ... " beo Lusi.
"Iya kata oma, nenek dan kakek, kami boleh memanggil om Delano ayah. Apa boleh bunda?"
Lusi menatap Delano ragu namun pria itu tersenyum dengan sangat menawan. Jantung Lusi kembali serasa berdebar.
"Ya Tuhan ada apa dengan jantungku ini?" batin Lusiana.
"Lusi ayo kita ke ruang makan. Nenek memanggilmu." Ujar Mitha membuyarkan lamunan Lusi.
"Eh iya bu .... " Lusi salah tingkah ketika ternyata semua orang sedang memandang ke arahnya.
Lusi pun berjalan mengikuti langkah Mitha dengan menggandeng dua putranya. Lusi duduk berhadapan dengan Delano. Pria itu terus saja menatap Lusi bahkan hampir tanpa berkedip.
.
.
.
Lusi Pov
Sepertinya aku perlu pergi ke dokter, kenapa jantungku berdebar kencang seperti ini, dan dia kenapa sejak tadi menatapku?
Ya Allah, ya Tuhanku ada apa dengan pria ini? kenapa dia terus memandangku seperti itu.
"Lusi apa kau melamun lagi?"
Aku tersentak saat ibuku menegur ku. Lalu apa ini? kenapa aku bertingkah memalukan seperti ini.
"Sayang, apa kau sedang sakit. Sejak tadi kau terus melamun mama rasa."
"Ti-tidak ma, hanya Lusi sedang memikirkan pekerjaan Lusi. Maaf .... "
Sepertinya semua kini memandang aneh ke arahku. Bagaimana tidak steak tenderloin yang ada di hadapanku penuh dengan gula. Tadinya aku ingin menabur gula itu di atas appetizer ku namun nyatanya tanganku justru berkhianat.
Pelayan membantuku menyingkirkan makananku dan menggantinya dengan yang baru. Berulang kali aku harus menarik dalam nafasku, dan pria itu masih tetap menatapku seperti saat pertama dia menginjakkan kakinya di rumah ini.
"Lano, berhentilah membuat Lusi grogi seperti itu. Kasihan dia." Suara tante Diana yang menginterupsi Delano membuatku kini beralih menatapnya.
Lagi-lagi pria itu tersenyum, dan sialnya mataku seakan tersihir. Huh ... aku bisa gila jika seperti ini terus.
Author Pov
Setelah makan malam, Suryo membawa keluarganya dan tamunya masuk ke ruang keluarga. Lusi duduk di samping nenek Ratih.
"Suryo, langsung saja aku mengatakan maksud dan tujuanku kesini. Aku ingin melamar putrimu untuk keponakanku Delano. Semoga anakmu mau menerima niatan baik kami." Ujar Dimitri adik dari almarhum suami Diana.
"Bagaimana Lusi apa kau mau menerima lamaran Delano." Suryo menatap putrinya lembut.
Lusi menatap Ratih dan Laila bergantian. Kedua neneknya mengangguk. Lusi berganti menatap Delano, dan lagi-lagi senyuman pria itu sungguh seperti racun yang harus ia hindari.
"Aku menerimanya ayah." Lirih Lusi.
"Apa kau yakin, tidak ada paksaan?" tanya Suryo kembali.
"Tidak ayah."
"Baiklah, kalian dengar sendiri jawaban putriku bukan?" Semua tamu itu mengangguk.
"Alhamdulillah ... " Lirih semuanya.
Kini saatnya Delano memasangkan cincin yang tadi dia pesan dari temannya. Cincin dengan batu berlian kecil tampak simpel namun tetap tampak elegan menghiasi jari manis Lusi. Lusi memasangkan cincin di jari Delano dengan tangan bergetar.
"Rileks saja .... " Bisik Delano. Bukannya semakin rileks Lusi semakin gugup menghadapi pria itu.
Setelah cincin terpasang di jemari Delano, Lusi segera mundur. Namun langkahnya terhenti saat sepupu Delano yang lain meminta Delano dan Lusi untuk di ambil gambarnya.
Mau tak mau mereka kembali berpose, padahal Lusi sudah mulai merasa tidak nyaman dengan kedekatan mereka.
"Tersenyumlah, kau lebih cantik jika tersenyum baby." bisik Delano. Lusi pun memaksakan senyumnya. Devan dan Davin mendekat.
"Bunda ayo senyum. Bunda terlihat cantik jika tersenyum." Ujar kedua bocah itu.
Delano semakin mengeratkan pelukannya dan tersenyum menghadap ke kamera. Lusi yang merasa terganggu dengan kesal menatap Delano.
Beberapa gambar diabadikan oleh sepupu Delano. Bahkan wajah kesal Lusi pun ikut diabadikan oleh mereka.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Selamat membaca guys. Senin bagi Vote nya donk ...