Cinta adalah satu kata yang tidak pernah ada dalam hidup Ruby. Hati dan kehidupannya hanya ada rasa sakit, derita, amarah, kebencian dan dendam yang membara.
Sedangkan Kevin adalah satu nama yang tidak pernah masuk dalam daftar hidupnya.
Sayangnya kehadiran Kevin yang tanpa sengaja mampu menghidupkan rasa cinta dalam hati Ruby. Sekeras apapun Ruby menolak cinta itu, tapi hatinya berkata lain yang membuatnya semakin marah.
Cinta yang seharusnya indah namun membuat hidup Ruby semakin tersiksa. Ruby merasa telah mengkhianati Ibu dan prinsipnya untuk tidak akan jatuh cinta.
Akankah Ruby mengakui dan menerima cinta itu? Atau pergi dan menghilang membawa cinta yang semakin menyiksa hidupnnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 02
Kevin membuka lipatan kertas itu dan membaca isinya. Didalamnya tertulis sebuah perjanjian secara rinci tentang hubungan yang akan mereka sepakati, bahkan surat perjanjian itu terlalu resmi seperti kontrak kerja yang bernilai miliaran rupiah.
"Apa-apaan ini?" geram Kevin mulai membaca poin-poin yang di tulis Ruby.
Tidak ada yang boleh tahu jika pihak kedua (Kevin) dan pihak pertama (Ruby) berkencan. Jika ada yang tahu, maka hubungan berakhir dan pihak yang membocorkan akan di tuntut.
Tidak ada kata putus, sampai pihak pertama (Ruby )yang memutuskan.
Hanya pihak pertama (Ruby) yang bisa menentukan kapan harus bertemu dan bersama.
Pihak kedua (Kevin) TIDAK BOLEH menuntut apapun yang sudah diberikan kepada pihak pertama (Ruby) dalam bentuk apapun, baik material maupun non material.
Pihak kedua (Kevin) boleh memiliki kekasih lain selain pihak pertama (Ruby)
Pihak pertama (Ruby) dan pihak kedua (Kevin) tidak boleh ikut campur urusan pribadi masing-masing.
Pihak pertama (Ruby) tidak boleh menuntut perhatian, kasih sayang, dan cinta pada pihak kedua (Kevin).
Pihak pertama (Ruby) dan pihak kedua (Kevin) tidak boleh saling cemburu.
Pihak kedua (Kevin) tidak boleh menuntut atau mengatur pihak pertama (Ruby).
Surat perjanjian ini akan berlaku sampai pihak pertama (Ruby) mengakhiri hubungan yang telah di sepakati.
Kevin menelan ludahnya dengan kasar setelah selesai membaca isi perjanjian itu. Poin-poin yang di tulis oleh Ruby sangat melukai harga dirinya, Kevin meremas kertas itu hingga menjadi bulatan kecil.
"Lo pikir siapa bisa ngatur gue!" ucap Kevin emosi, rahangnya mengeras. Wajah tampannya kini terlihat datar dan dingin menandakan jika dirinya sangat marah.
Pria itu berjalan kearah gedung olahraga, dimana Kevin bisa kembali mendapatkan moodnya setelah dikacaukan oleh Ruby.
"Kevinnnn!!!!!!!!" teriak para siswi saat Kevin baru melangkahkan kaki di area lapangan basket.
"Kevin! Kevin! Kevin!" teriakan gemuruh itu menyambut kedatangan sang bintang lapangan. Namun berbeda dari biasanya, sangat bintang akan menyapa dengan melambaikan tangan dan tersenyum cerah. Tapi hari ini Kevin masih memasang wajah datar tanpa berniat melambaikan tangannya.
"Kevin kenapa sih?" heran Alika bertanya pada sesama penggemar Kevin.
"Iya, kenapa mukanya gitu?" sahut yang lain.
"Apa mungkin Kevin lagi putus cinta?" timpal yang lainya.
"Ya kali seorang Kevin putus cinta." semua orang yang ada di lapangan tentu bertanya-tanya melihat wajah datar Kevin.
Dia adalah Kevin yang selalu tebar pesona dengan senyum tampannya, lalu kenapa hari ini tidak ada senyum di wajah Kevin? Apa yang membuat Kevin terlihat berbeda hari ini.
"Lo kenapa?" tanya Gio melihat Kevin tidak seperti biasanya. Kevin tidak menjawab, pria itu malah mengambil bola yang ada di tangan Steve lalu mendribble nya.
"Kenapa tuh anak?" Dino juga heran melihat sikap Kevin. Steve tersenyum tipis melihat Kevin gagal memasukan bola dalam ring.
"Apa ini ada hubungannya dengan Ruby?" tebak Gio. Sebab tadi Kevin bilang akan bertemu dengan Ruby sebelum menyusul ke lapangan.
"Mungkin." sahut Steve. Pria itu duduk mengambil botol minumnya sambil terus melihat Kevin yang lagi-lagi gagal memasukan bola.
Hari itu adalah hari tersial bagi Kevin, ia tidak menyangka jika seorang Ruby bisa membuat harinya berantakan. Bahkan bisa di bilang Kevin kalah taruhan dan harus merelakan mobil sport kesayangannya pada Gio.
***
Malam harinya, Kevin sudah berada di tempat balap liar. Sebenarnya untuk ukuran Kevin dan teman-temannya, bisa saja mereka menyewa sirkuit untuk melakukan hobinya balapan. Tapi mereka lebih suka balapan di area ilegal seperti jalanan saat ini.
"Jadi, lo gagal dapetin Ruby?" tanya Gio meremehkan Kevin yang tidak membawa Ruby malam ini.
"Gue belum kalah!" sangkal Kevin.
"Udah gue bilang kalau Ruby itu beda." kata Steve yang ada di sebelahnya angkat bicara. "Tapi lo gak percaya," sambungnya pelan.
"Udahlah Vin, relain si merah untuk Gio. Lo kan bisa beli lagi." Dino ikut menasehati Kevin.
"Betul itu kata si Dino. Lagian, lo beli mobil kan kayak beli kacang. Duit Bokap lo gak bakal abis cuma buat beli satu mobil," kata Gio yang memang sudah sangat ingin memiliki mobil Kevin.
"Tapi ini bukan perkara mobil!" ujar Kevin kesal menatap satu persatu sahabatnya.
"Jadi lo merasa tertantang buat ngedapetin Ruby, atau lo memang suka sama tuh cewek?" tanya Steve menelisik wajah Kevin mencari jawaban.
"Ya kali gue suka sama dia! Gue cuma merasa tertantang aja, selama ini gue dengan mudah dapetin cewek manapun. Tanpa terkecuali, termasuk Ruby! Gue harus dapetin dia." sahut Kevin. Pikirannya menerawang jauh menerka-nerka apa yang akan terjadi jika Kevin menandatangani surat perjanjian itu.
"Nih, gue cabut duluan!" Kevin melempar kunci mobilnya pada Gio dan pergi dari tempat itu.
"Lo mau kemana? Gak main?" teriak Dino. Kevin hanya mengangkat tangannya, bahkan pria itu tetap berjalan mencari taksi.
"Woahhh... Gue gak nyangka akhirnya punya mobil ini." Gio tersenyum melihat menatap kunci mobil yang ada di tangannya.
"Lo lagi hoki aja," kata Dino sedikit iri. Sedangkan Steve hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabat-sahabatnya.
"Konyol." ucap Steve dalam hati.
Pukul 21.30 Kevin sudah berada di rumah, ini adalah rekor karena Kevin ada di rumah di jam yang terbilang sore. Biasanya paling cepat Kevin akan pulang pukul 23.30 atau paling lambat, ya dia akan pulang menjelang subuh.
"Kevin! Are you okay?" Devina heran melihat putranya pulang cepat. Bahkan Devina menghampiri Kevin dan mengecek tubuh putranya.
"Mama kenapa, sih?" heran Kevin karena di putar-putar oleh ibunya.
"Gak demam," gumam Devina menyentuh kening Kevin.
"Mah, Kevin baik-baik aja dan gak sakit." ujarnya kesal melihat reaksi Devina yang menurutnya berlebihan.
"Mama kan khawatir, sayang." Devina memeluk Kevin. Rasanya sudah lama sekali Devina tidak memeluk putranya, jangankan memeluk. Melihat Kevin saja jarang, karena Kevin sudah mempunyai dunianya sendiri.
"Mama kangen banget sama kamu," kata Devina jujur sambil mengusap wajah tampan putranya. Kevin adalah anak tunggal, kasih sayang dan banyaknya materi yang diberikan oleh orang tuanya membuat Kevin selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan.
Termasuk soal wanita yang dengan mudahnya bisa Kevin dapatkan mengingat visual dan background yang sempurna. Itu sebabnya Kevin merasa tertantang untuk mendapatkan Ruby, sebagai pembuktian jika tidak ada yang tidak bisa Kevin dapatkan.
Diluar taruhan itu sendiri, Kevin yakin jika dirinya bisa mendapatkan Ruby cepat atau lambat.
"Mah, kita ketemu setiap hari dan mama bilang kangen." ucap Kevin menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan sikap sang Mama.
"Kita jarang bertemu meskipun tinggal di rumah yang sama. Lebih tepatnya kamu jarang di rumah, bagaimana jika nanti kamu sudah tinggal di apartemen?" keluh Devina. Sebab, rencananya setelah masuk universitas, Kevin akan tinggal di apartemen nya sendiri. Sebenarnya sudah sejak lama Kevin ingin tinggal di apartemen, tapi Devina melarangnya karena tidak ingin terlalu cepat berpisah dengan putra semata wayangnya.
*
*
*
*
*
TBC
Happy reading 🤗🤗🤗
Author akan up sesuai jadwal yaaa.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar, like, subscribe, vote, dan jangan lupa kasih semangat author 😉